Chapter 32- Selamat

Aku tidak mengerti apa yang sedang dimaksud oleh Rigel. Tetapi gelagat Nalu yang seolah melindungiku dari tiga pria yang berada di sekitarku  sangat terlihat mencurigakan bagi ia dan yang lain.

Rigel menuntut agar aku naik dan berjalan di atas air bersamanya dan Iras yang terus memegang lengannya dengan kuat.

Tetapi Nalu menolak bahwa ia akan menemaniku berenang hingga Ursa Mayor menepi pada kami.

Ios tidak melemparkan pertanyaan. Dia lebih memilih diam dengan tatapan yang seolah ikut berkata aku perlu penjelasan setelah ini.

Bukan tanpa sebab Nalu seperti ini. Tetapi mungkin saja, hingga detik ini. Tidak seorang pun menyadari bahwa aku telah berubah menjadi Duyung. Ya, selain Nalu. Tidak ada yang tahu.

Iras tadi bersamaku, tetapi aku bersyukur dia tidak melihat kakiku yang telah berubah menjadi ekor. Kalau pun dia melihatnya. Putra Ares itu pasti akan mengejekku habis-habisan. Tahulah, dia seperti apa.

Ketika Ursa Mayor mendekat. Aku harap-harap cemas. Ingin rasanya, aku menyelam sebentar ke dalam laut. Aku ingin memastikan sesuatu. Bukankah kata Pino, tungkaiku akan kembali saat kutukan telah hilang. Tetapi bagaimana bisa aku mengeceknya.

"Kaia." Aku bergidik geli, tatkala napas hangat Nalu menerpa daun telingaku.

Ios, Iras, dan Rigel sudah naik di atas geladak. Jika Ios tiba dengan kemampuan terbangnya. Rigel justru melompat dari atas air bersama Iras yang memegang kuat.

"Ap- Apa?" seruku gugup. Tahu-tahu saja, Nalu sudah menenggelamkan diri dari dalam laut. Ios yang melihatnya menatap curiga.

"Putri Poseidon." Atensiku terahlikan pada Thalia Putri Hephaetus. "Kau baik-baik saja? Aku ingin berbicara padamu." Dia berdiri di pinggir pagar pembatas geladak.

Aku mengganguk. "Tunggu sebentar."

Lalu, tahu-tahu saja. Ios sudah kembali terbang turun ke bawah badan kapal. Dia mengulurkan tangan padaku tepat saat Nalu menyembulkan kepala dari dalam air.

"Raih tanganku sekarang juga."

Aku seperti mendengar bahwa dia tidak ingin mendengar kata penolakan dari bibirku. Aku menatap tangan Ios dengan ragu. Di dalam air, diam-diam Nalu meraih jemari tanganku.

Demi ayah Poseidonku. Aku merasa berada di waktu salah. Aku merasa ... seperti sedang berselingkuh. Maka dari itu. Diam-diam aku membalas genggaman tangan Nalu di dalam air. Bersamaan dengan itu, aku merasa gerak pada jari-jari kakiku.

Kemudian, aku meraih tangan Ios. Yang mana dia langsung menarikku naik ke atas air dengan begitu mudah. Aku melayang ... iya. Melayang dengan dua kaki telanjang.

Pino benar dan sepertinya Nalu tadi benar-benar ingin mengetahui perubahan wujudku. Tidak ada ekor bersirip kebiruan. Awalnya, kupikir. Badanku akan basah kuyup begitu tiba di atas permukaan.

Namun anehnya, tubuhku justru kering. Begitu pula dengan Nalu yang kini berdiri di atas air. Seluruh pakaiannya benar-benar kering. Seolah-olah, dia memang tidak pernah menyentuh air sama sekali.

Sebelum aku berpikir apa yang terjadi. Ios sudah membawaku naik ke atas geladak. Dari posisiku yang sekarang. Aku bisa melihat seluruh awak kapal resmi Ursa Mayor, kecuali Kapten Maru.

Tubuh mereka bermandikan keringat malam. Tatapan semua orang terlihat menusuk dan itu membuatku risih.

"Selamat Putri dan Putra Laut." Thalia berujar. "Kapten Maru telah membantu melenyapkan kutukan kalian bertiga."

Jujur saja, mendengar ungkapan Thalia. Hatiku seperti memberi pertanda, ada pengorbanan yang begitu dalam pada insiden penyelamatan kami ... dan itu. Bagiku terdengar seperti kabar buruk.

__/_/_____
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top