Chapter 31- Berhasil
"Kaia? Hey! Putri Poseidon."
Aku tersentak dari lamunan saat Iras mencipratkan air laut pada wajahku.
"Kita tidak punya waktu banyak. Ini malam terakhir kalian. Jadi jangan merusak rencana. Yaa, itu pun kalau kau mau jadi anggota si kapal hantu."
"Tidak!" desisku dengan sekuat tenaga.
"Kau terlihat memikirkan sesuatu."
"Jelas itu bukan dirimu," balasku sewot.
"Ck."
Aku menunggu sekaligus mencemaskan apa yang terjadi. Di kejauhan, Ios masih bertempur melawan si Kraken, di atas kapal Nalu dan Rigel sedang melawan perompak tengkorak sedangkan Kapten Maru dan kru lainnya, sedang berjuang melawan pusara air.
Aku menggigit bibir bawahku. Jantungku berdebar cepat. Rasanya aku tidak bisa tinggal diam. Tapi aku sudah berjanji pada Iras. Bagaimana pun caranya, aku tidak bisa mengacaukan rencana. Waktu kami hampir habis.
"Sedikit lagi."
Kulirik Iras yang sedang bergumam menatap langit.
"Ada apa?" Putra Ares itu menoleh.
"Perhatikan tanda kutukannya."
Aku menurut, lalu mengangkat tangan ke atas permukaan air. Jejak berlendir itu masih di sana, setiap kali melihatnya membuatku merasa jijik.
Lalu sesuatu seperti letusan entah dari mana asalnya. Ada sebuah tiupan besar yang meniup ke arah larutan. Mendadak, suasana menjadi hening.
Saat mataku tidak sengaja menatap telapak tanganku. Jejak kutukan itu telah menghilang. Lalu bayangan kapal The Flying Dutchman mendadak lenyap dari hadapan kami.
Pupil mataku melebar. Rasanya kapal itu tengah berdiri kokoh di hadapanku. Aku masih ingat lumut dan terumbu karang yang menempel.
Lalu aku berpaling pada si Kraken. Makhluk mitologi itu pun juga lenyap bersama pemiliknya.
"Apa yang terjadi?"
"Kutukan telah menghilang." Iras yang menjawab pertanyaanku. Satu-satunya hal yang tidak aneh adalah keberadaannya. Padahal aku senang, jika ia ikut lenyap.
"Ia."
Aku tahu siapa yang memanggil. Di atas permukaan laut, Ios masih terbang dengan jubah hitam yang berkobar karena angin laut.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Aku---"
Sebelum aku sempat menjawab. Sesuatu yang lembut dan agak berat membungkus tubuhku. Itu adalah sebuah mantel cokelat lusuh. Aku berpaling pada orang yang memakaikan benda itu padaku.
"Aku takut. Orang lain akan melihat tubuhmu."
Seketika saja, aku merinding mendengar suara Nalu yang hangat di dekat telingaku.
"Em ... terima kasih," ucapku malu. Lalu dengan canggung. Aku melirik ke arah Ios. Tatapan matanya yang tadi terlihat lembut, kini terlihat membara. Tentu saja dia cemburu dengan perlakuan Nalu.
Dia tidak bisa mendekat atau menyentuh air laut. Aku baru sadar, dia sangat dibenci oleh laut. Maka dari itu, ia terus-menerus terbang di atas permukaan.
"Aku rasa reuni pertemuan sudah selesai." Iras memotong suasana. "Kapten Maru akan segera menjemput kita. Dan sepertinya ....,"
Aku tidak suka tatapan licik yang dilayangkan Iras padaku.
"Nalu!"
Suara Rigel dan entah dari mana ia muncul. Pria itu kini berdiri di atas air. Tubuhnya sama sekali tidak terlihat basah. Dia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Lalu salah satu tangannya masuk dalam saku celana.
"Kau dan Kaia, berhutang penjelasan padaku."
Aku menelan saliva dengan sesak.
"Laut membisikkan sesuatu padaku."
__/_/____//____
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top