Chapter 30 - Penyelamatan
Dari pada merasa tersanjung, aku lebih merasa merana. Pasalnya, jika kuingat lagi. Nalu telah menyatakan perasaannya padaku. Kuharap Ios tidak tahu soal ini.
"Ia ... aku merindukanmu. Apa kau merindukanku juga?"
"Emm, Ios aku---"
Sesuatu mendadak mendekati kami, jelas hal itu memotong pembicaraan. Ios seakan melompat di udara begitu sesuatu seperti ingin melukai kami. Jauh ... dari pelupuk mataku. Aku bisa melihat siluet Ursa Mayor dari kejauhan.
Pusara tornado seperti ingin menenggelamkan kapal kami. Aku tahu, kapten Maru tidak akan tinggal diam melihat kejadian tersebut.
"Awas!" Aku mendengar seseorang berseru. Tentakel milik Kraken mulai bergerak liar untuk menangkap kami kembali. Sorot mata hewan tersebut terlihat garang.
Ios terus bergerak gesit ke sena kemari. Sang Kraken seolah tidak mau memberi jeda sedikit pun untuk Putra Hades menarik napas.
"Ayo! Sampai kapan kalian bisa bertahan?" Kapten Decken tampak pongah.
Di kejauhan suara denting pedang atau apapun itu saling bertemu satu sama lain. Kurasa, para penghuni Ursa Mayor telah bertempur bersama pasukan The Flying Dutchman.
"Ios, turunkan aku."
Sorot matanya teralihkan dan itu menjadi nasib buruk untuk kami berdua. Ios kehilangan keseimbangan untuk membopongku. Sontak, aku jatuh ke laut dengan sangat cepat. Kupikir, aku akan mati begitu tubuhku menghantam tekanan air.
Namun anehnya, mendekati air dan tercebur ke dalamnya waktu terasa sangat lambat untuk bergerak. Seolah-olah sesuatu sedang memang melindungiku.
Begitu masuk ke dalam air. Hal pertama yang kupikirkan adalah berenang sejauh mungkin. Tidak akan kubiarkan diriku tertangkap si gurita raksasa.
Dengan sangat hati-hati, aku berenang mendekati lambung kapal yang berlumut dan ditumbuhi terumbu karang. Di atas geladak, beberapa bajak laut tengkorak tengah bertempur pada seseorang.
Aku diam-diam mendekat ke sisi kapal. Sementara Putra Hades mengalihkan perhatian sang Kapten. Aku harus segera menolong Nalu.
"Putri Poseidon."
Sontak, aku langsung menoleh begitu ada yang memanggil. Wajahku langsung menyergit saat melihat sosok yang memanggil.
"Diam."
Dia menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya sendiri. Dia tidak datang dengan sekoci, melainkan menenggelamkan seluruh tubuhnya hingga sebatas dada.
"Rigel sudah naik menemani Nalu. Kita akan menunggu di sini sebentar. Seharusnya kau tidak membuat Putra Hades kehilangan fokus."
"Iras," lirihku.
"Kami mendapatkan pesan dari Nalu melalui Hoshi. Tentu saja, selama kalian di atas sekoci, Kapten Maru telah membuat rencana. Tapi kedatangan para Siren malah membuat fokus kami terbagi."
Sekarang, Putra Ares malah melirikku tajam.
"Itu kekacauan, hingga rencana berubah. Kapten Maru bermaksud memanggil penyihir lautan. Tapi Nalu malah diculik dan kau ikutan menghilang. Rigel merasa kacau. Jadi ... jangan berbuat apapun."
Sorot matanya begitu dalam dan mengintimidasi. Aku seakan larut dalam auranya yang begitu mencekam.
"Kami punya rencana. Kau ingat? Aku Putra Ares sang Dewa Perang. Aku tahu cara mengalahkan lawan di medan perang. Jadi untuk saat ini." Dia memberi jeda. "jangan mengacau."
Aku memilih diam. Sebagian ucapan Iras ada benarnya. Jika aku menyelinap lagi di atas geladak ... mungkin saja rencana matang yang telah disusun bakal hancur.
__////____///____
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top