Chapter 25 - Tawaran Untuk Siren
Walau masih tidak cukup yakin. Aku mengikuti si penerang ini pergi. Kupikir kami akan berenang lebih dalam ke laut atlas. Namun rupanya aku salah.
Si Angelfish malah berenang naik sedikit ke permukaan lalu mulai berenang lurus ke arah yang tidak kuketahui. Cukup lama kami berenang di dalam laut. Lalu sekonyong-konyong, dia mulai berenang naik ke permukaan. Kurasa, ini sudah di atas 1000 meter. Tekanan airnya terasa normal dan sedikit ada rasa hangat.
"Di depan sana, ada tumpukan batu karang yang menyembul ke atas laut. Itu tempat para Siren. Tapi kau harus berhati-hati."
"Kenapa?" tanyaku penasaran. Si Angelfish malah melototiku tajam.
"Kau dan mereka kan bermusuhan. Hati-hati, mereka anak buah The Flying Dutchman. Aku sudah berenang sangat jauh dari keberadaanku yang seharusnya. Jadi ... aku minta imbalanku."
"Tunggu dulu!" sergahku. "Bantu aku mendapatkan temanku." Aku tidak akan membiarkan ikan ini pergi meninggalkanku sendiri.
"Akan kutunggu di sini. Jika terlalu ke perairan dangkal, aku tidak bisa. Aku ini hewan laut dalam. Kau ini bodoh ya? Dewa laut mungkin akan menghukummu. Cepat pergi sana! Temanmu mungkin bisa dinikahi para Siren."
Sepertinya tidak butuh waktu untuk menunggu. Mendengar itu, aku sontak berenang ke atas permukaan. Tetapi, secara samar. Aku bisa melihat senyum misterius si Angelfish lewat ekor mataku.
Saat kepalaku menyundul keluar dari dalam air. Aku baru menyadari, rasanya ... aku sudah berenang jauh dari Ursa Mayor. Lalu, tak jauh di hadapanku. Terdapat gugusan batu karang yang terlihat seperti membentuk sebuah pulau terapung.
Cahaya bulan sabit masih cukup menerangi. Mungkin sekarang sudah tengah malam. Bagaimana pun caranya, aku akan membawa Nalu pulang sebelum matahari terbit.
Dengan penuh kehati-hatian, aku berenang mendekat. Aura nan mencekam terasa sangat di area sini. Suara tawa melengking terdengar di beberapa sisi. Kuputuskan untuk mendekat ke salah satu sumber suara.
Aku harus bersembunyi dibalik batu karang yang sedikit tajam.
"Dia tampan bukan? Pria ini milikku."
Aku mencoba mengintip. Nalu ada di sana, di salah satu batu karang dengan tubuh dililit oleh ganggang laut. Ada sekitar tujuh orang Siren yang mengelilinginya. Namun, ada satu yang mendominasi. Sepertinya dia yang telah membawa Nalu.
"Kau menculiknya dari kapal itu?" Seseorang sedang bertanya.
"Ya, dari atas sekoci. Ada pria dan wanita di atas sana. Yang ini sungguh menarik."
Nalu bergidik ngeri, saat jemari sang Siren mengelus pipinya. Nalu mengerang ketakutan. Mulutnya telah ditutup oleh sebuah sumbatan aneh.
"Kudengar itu kapal bajak laut."
"Bukan, itu kapal sebuah sekolah."
Yang lain malah terkikih geli.
"Ada banyak pria tampan di buritan. Mungkin kita bisa mengambil satu lagi?"
"Tidak, jika kita ke sana. Kapten kapal akan membunuh kita. Dia sudah sering ke sini. Kudengar, dia berhasil membuat makhluk laut mati di tangannya dan terlebih lagi. The Flyng Dutchman tidak pernah bisa mengalahkan mereka."
Beberapa Siren berbisik-bisik kecil. Lalu sang Siren penculik, malah mengecup pipi Nalu dengan manja. Aku merasa sangat bersalah melihat itu, raut wajah Nalu, seperti ingin mati.
"Penyusup!"
Sebuah suara menggangetkanku. Saat aku berpaling, entah dari mana. Aku malah sudah di kelilingi kumpulan Siren.
"Dasar duyung gila! Beraninya kau masuk wilayah kami. Apa kau ingin cari mati?"
Rasanya, aku sudah mendengar dua makhluk memanggilku duyung gila hari ini.
"Lepaskan saudaraku!" ancamku pada mereka semua.
"Hahaha." Sebagian dari mereka tertawa.
"Kau ... bersaudara dengan manusia?"
"Dia anak Dewa Neptunus," ucapku.
Petir tahu-tahu menggelegar dari langit. Padahal, cuaca terang tanpa berawan. Para Siren terlihat cukup tercengang.
Mereka saling menatap dengan bisik-bisik yang tidak bisa kutangkap.
"Cepat kembalikan temanku. Atau aku akan ....,"
"Akan apa?" Sosok yang menculik Nalu berenang mendekatku. Aku tidak tahu, sejak kapan dia sudah bergabung dalam lingkaran aneh ini.
Aku mengatur deru napasku. Jantungku berdebar cepat. Walau aku sendiri cukup merasa takut dan tidak yakin, seharusnya aku tidak perlu merasa menyerah.
"Aku akan mengklaim diri kalian." Jika ada Hoshi, dia pasti akan memarahiku, kalau tahu. Aku melakukan ini lagi.
"Sombong sekali kau. Memangnya kau siapa? Putri Dewa Laut? Ratu Duyung?"
"Aku Putri Poseidon."
Petir kembali menggelegar. Angin bertiup lebat dalam sedetik. Lalu berhenti. Seolah, alam ikut membenarkan apa yang kuucapkan.
"Jika kau melepas saudara selautku, Putra Neptunus. Aku akan menawarkan sebuah penawaran dengan eksistensi kalian."
Untuk perjanjian ini, aku tahu, harus bersikap apa. Aku tidak akan sembarang mengucap klaim.
"Lihat ini." Kutunjukkan tanda trisula di bagian tulang dadaku yang bercahaya. "Ini sudah jelas bukan?"
Seorang Siren menatapku curiga.
"Putri Dewa Laut seorang Duyung?"
"Ayahku bahkan bisa membuat manekin Siren di dalam istananya," balasku penuh ancaman. "Memangnya apa yang menarik jadi pengikut The Flying Dutchman? Dikenal sebagai makhluk tidak berguna dan beretika? Ayolah, para Siren cantik seperti kalian itu harus diperlakukan baik."
Dalam situasi seperti ini. Aku mempelajari satu hal. Ini tentang, bagaimana kau bisa mengambil hati musuhmu dengan sebuah kecerdikan. Yaa, jika kau tidak punya cukup otot untuk melawan. Setidaknya, kau punya otak untuk mengalahkan musuhmu.
"Apa tawaran itu benar?"
"Kau hanya bisa membuktikan itu dengan melepaskan saudara selautku ... Saudariku," tuturku dengan penuh makna tersirat.
__/_/_/___
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top