Chapter 24 - Si Penerang
Kenapa aku harus berubah jadi Duyung?!
Sungguh, sejak masuk Pirate Academy, duniaku menjadi jungkir balik. Aku merasakan segala sesuatu terjadi lebih dari apa yang aku bayangkan.
Seperti sekarang ini. Aku menjelma menjadi seorang duyung. Ibu kandungku baru saja mengklaim diriku. Aku tahu, ini akan jadi masalah saat ayah datang menemuiku.
Berenanglah ke bawah putri. Jika Putri menjadi duyung, Putri akan dengan mudah melakukannya.
Si penerang ada di kedalaman 1400 meter lebih. Aku tidak bisa mengantar lebih jauh.
"Baiklah."
Kurasa, aku perlu menyampingkan perubahan wujudku. Masih ada Nalu yang harus segera kuselamatkan. Maka dari itu, walau aku masih tidak cukup yakin dengan perubahan mendadak ini.
Aku mencoba menggerakkan ekor untuk berenang ke dasar laut. Rasanya seperti sedang melangkah ragu di atas lantai. Tapi yang ini dengan cara berbeda.
Saat aku berhenti sejenak berenang. Aku menoleh menatap Pino yang kini sudah tampak jauh di belakangku, ia masih ada di sana. Entah, apa berenangku yang sudah lumayan cepat atau hanya perasaanku saja.
Kuputuskan untuk menggerakkan ekor lebih dalam dan semakin dalam. Tekanan air yang kuat semakin kurasa, bahkan saat aku menoleh untuk melihat keberadaan Pino lagi. Keberadaan lumba-lumba itu benar-benar telah menghilang.
500 meter dari jarak awal. Aku hanya perlu berenang semakin ke bawah untuk mencapai 1400 meter. Aku tidak tahu, bagaimana mengukur kedalaman lautan sebagai putri duyung.
Tapi kurasa, makluk laut di sini bisa menjelaskannya. Di kejauhan, aku bisa melihat seekor cumi-cumi raksasa berwarna merah yang sedang berenang. Yeah, aku suka cumi goreng tepung. Namun melihat yang ini, kurasa aku harus berpikir dua kali untuk memakannya.
Kembali ke dasar lautan yang rasanya tidak bisa kujamah. Ekorku terus bergerak dan bergerak mengibas di dalam air. Semakin berenang, aku semakin merasakan bahwa tekanan di bawah sini semakin besar.
Mendadak, aku berhenti berenang. Ada seekor hiu putih besar yang sedang berenang ke arahku dari arah bawah.
Kutahan napas dalam-dalam. Bulu kudukku berdiri dan jantungku berdetak cepat. Ini adalah predator laut yang paling ditakuti.
Jika cumi-cumi raksasa tadi mungkin saja terlihat besar dan menyeramkan. Aku sama sekali tidak merasa ia adalah makhluk yang berbahaya. Namun yang ini, predator dengan hanya menghirup aroma darah saja bisa menerkam apapun yang ada di sekitarnya.
Hiu putih itu semakin mendekat. Deru napasku pun seolah mengikuti. Dadaku naik turun tidak karuan. Saat moncongnya tepat di hadapanku. Aku memejamkan mata kuat-kuat.
Kupikir, sesuatu akan mengoyakku dengan rasa sakit yang luar biasa. Tetapi, begitu aku membuka mataku kembali, hiu putih itu sudah berenang menjauh.
Entah dia melihatku atau tidak. Kuputuskan untuk berenang segera mungkin ke dasar laut. Aku sama sekali tidak menginginkan pertemuan kedua di antara kami.
Kedalaman laut atlas tidak bisa kutebak. Di kejauhan, aku melihat sebuah cahaya yang bersinar terang. Aneh sekali, jika ada cahaya seterang ini di dasar laut.
Namun bisa saja itu adalah lampu dari kapal Kapten Decken. Saat aku mendekat. Aku malah tidak menemukan apapun. Hanya sebuah cahaya yang terlihat menggantung. Melihatnya saja, membuat perasaan menjadi tidak enak.
Mungkinkah ....
"Sang penerang?"
Sebuah mata besar tiba-tiba terbuka lebar di hadapanku. Cahaya dari lampu gantung itu merambat pada punggung sebuah ikan dengan wajah yang sangat menyeramkan. Giginya yang taring terlihat saat ia membuka mulutnya lebar-lebar.
"Duyung?" Suaranya seperti radio rusak.
Aku meneguk air ludahku.
"Ak- Aku teman Pino si lumba-lumba," ujarku cepat. Lampu gantung di atas kepalanya membuatku takut. Ikan ini....
"Duyung jarang berenang ke sini. Tidak, sepupu jauh mereka." Matanya memincing tajam. Jika bisa kusebut, si penerang yang Pino maksud sebenarnya adalah Ikan bernama Angelfish. Aku pernah mempelajarinya di buku ikan bergambar.
Rasanya menyenangkan, apa yang dipelajari menjadi sangat berguna.
"Pino? Lumba-lumba?"
Dia terlihat sedang mengingat sesuatu. Lalu matanya memincing tajam padaku. Tatapannya terlihat sedang menilai sebuah objek.
"Kaum duyung. Tentu ... tentu. Kau bukan duyung biasa, bukan? Jarang ada duyung gila pergi ke sini."
Aku merasa sangat kesal dia menyebut kata gila padaku.
"Kubantu kau, karena wajahmu tampak kasian. Tetapi di laut ini, tidak ada yang gratis, Duyung. Apa yang kau tawarkan?"
Seharusnya, Pino menjelaskan soal transaksi ini.
"Aku tidak punya apapun," aku ku.
"Kau tidak punya apapun?!" Suaranya seperti menggema dalam air. Aku mengganguk takzim.
"Benar-benar duyung gila."
"Temanku diculik para Siren," seruku cepat, aku tidak ingin mendengar dia menyebutku gila lagi. "Bantu aku menyelamatkannya. Setelah itu, apapun yang kau minta akan kukabulkan."
Si Angelfish mungkin tersentak dengan ucapanku. Bola matanya yang besar, terlihat berkedut. Kuharap, imbalanya mudah.
"Menarik." Dia tersenyum misterius. "Aku tahu di mana kau bisa menemukan temanmu, Duyung."
__/_/____
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top