Chapter 10 - Kelas Runne Kuno
Aku merasa gila. Ke mana pun aku melangkah, Ios selalu berjalan di sisiku, sedangkan Iras, terus saja melemparkan ledekan saat berjalan di belakang kami.
Hoshi tidak terlihat pagi ini. Dia sepertinya sibuk memeriksa kapal, mengingat dia adalah bosun.
Pelajaran hari ini adalah mempelajari alphabet dari bangsa kurcaci. Profesor Asrina terlihat normal dari dua Profesor yang sebelumnya.
Dia tidak menyinggung apapun mengenai para Dewa-Dewi. Sikapnya lebih serius ketika mengajar. Aku sedikit menyukainya.
Di kelas ini, kuperhatikan ada sekitar sepuluh orang yang menghadiri kelas. Kami tidak saling sapa. Iras juga sepertinya tidak terlalu mengenal mereka. Dia terdiam bagai sosok yang baru diubah menjadi batu oleh Medusa.
Pelajaran berlangsung senyap. Pertemuan selesai saat Profesor Asrina menguji beberapa huruf dan meminta kami menyalin sebuah pekerjaan rumah.
Beberapa anak memilih meninggalkan kelas segera. Bahkan, aku belum sempat berkenalan dengan mereka.
"Mau ikut ke klub?" Aku tertengun menatap Ios yang duduk di samping ku. Keningku menyergit.
"Klub Laut," ujarnya datar.
"Ah, pelajaran ekstrakurikuler itu?"
Ios mengganguk takzim. Aku teringat bahwa kelas itu berlangsung sampai hari jumat. Sabtu dan minggu adalah hari libur. Kelas di Pasific hanya berlaku dari senin sampai kamis.
"Di ruang belajar," seruku, "aku tidak menemukan tentang kegiatan klub."
"Memang tidak ada. Hanya ada satu klub di sini. Klub laut. Murid-murid yang datang ke sini. Datang dan pergi dengan tidak bertahan lama."
Dari pada memikirkan soal kegiatan klub. Aku jadi penasaran dengan hal yang dibuat Ios kemarin di dasar laut.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Tentu."
Aku tersenyum lega mendengarnya. Tetapi aku ragu, jika Ios tahu apa yang kutanyakan dia akan berubah pikiran.
"Apa yang kau lakukan kemarin hingga kau dimarahi oleh laut? Aku melihat trisula ayah."
Binar mata Ios tersentak. Sudah kuduga, dia bakal terkejut. Ios memalingkan wajahnya. Terlihat sekali, dia tidak ingin membahasnya.
"Tidak apa, jika kau tidak bisa menjawabnya."
Tanpa menunggu, aku bergegas bangkit dari tempat duduk. Namun, sekonyong-konyong Putra Hades malah menahan pergelangan tanganku.
Aku mendongak menatap kontak fisik tersebut. Tahu-tahu petir menyambar dengan keras. Saking takutnya, aku pun segera menutup kedua telingaku.
"Ahahah. Poseidon bahkan mengawasi putri manjanya."
Aku tersadar, bahwa Iras masih berada dalam kelas. Pria menyebalkan itu terlihat sangat menikmati apa yang sedang ia saksikan dengan duduk berpangku dagu.
Tetapi dari pada memperhatikannya. Aku lebih memilih menatap pergelangan tanganku yang masih digenggam oleh Ios.
"Kau tidak takut?" Aku sadar, petir itu dari ayah. Ios menggeleng.
"Tidak. Akan kuajak kau ke ruang klub."
Aku bingung, entah atau gugup? Aku tidak cukup yakin. Tetapi, kubiarkan diriku dibawa pergi oleh Ios.
Pipiku terasa panas saat dia menyentuhku. Jujur, ini kali pertama aku bisa berada jauh lebih dekat dengan lawan jenis.
Sorot mataku terus terpaku pada punggung Ios. Sedari kemarin, dia selalu saja menggunakan tunik berwarna hitam.
Saat aku bergeming menatap sekitar. Dia membawaku menapaki anak tangga yang melingkar turun ke bawah.
"Ios? Ke mana kau akan membawaku pergi?"
Dia tidak menyahut. Terus saja berjalan. Tangga ini terlihat seperti tangga kapal. Terbuat dari kayu dan dek-nya ... benar-benar menggambarkan suasana kapal yang sesungguhnya. Bentuk ruangannya cukup luas.
Kami melewati lorong dengan ruangan yang memiliki jendela kaca bulat. Lalu, tahu-tahu saja. Sebuah pintu terbuka dan Ios menyampingkan tubuhnya dengan bersandar pada daun pintu.
"Ruang Klub Laut." Dia memperkenalkannya dengan datar. Alisku bertaut bingung menatapnya.
Ruangan ini sama besarnya dengan ruang kelas. Berbagai rak menempel ke dinding. Isinya beragam, ada buku-buku, kotak-kotak misterius, globe, dan hiasan-hiasan bernuansa laut.
Lantainya dilapisi karpet berwarna biru tua yang berbulu halus. Beberapa bantal bulat dan barang-barang kecil berceceran di atasnya. Oh, ada sebuah peta perkamen tua yang menggambarkan beberapa daratan.
"Siapa yang berada di sini?"
"Aku." Ios menyahut mantap. Alisku naik satu.
"Kau sendiri?"
"Menurutmu Ragil dan Nalu akan meluangkan waktu untuk hal seperti ini?"
Aku menggeleng. Tetapi kemudian mengganguk.
"Apa yang sedang kau jawab?" Dia malah bingung.
"Aku rasa tidak," jelasku, "tetapi aku rasa bisa jadi. Bagaimana?"
Ios sekonyong-konyong melangkah ke dalam ruangan. Lalu duduk bersila di atas karpet berbulu. Tangannya bergerak memanggil. Tetapi kepalaku menggeleng.
"Aku tidak mau."
"Kenapa?"
"Aku tidak mau berduaan dengan lawan jenis. Pertama, Ayah bisa mengeluarkan trisula saat kau merusak laut. Kedua, dia bisa meruntuhkan langit karena kau memegang tanganku dan ketiga," jelasku dengan mantap.
"Apa kau bisa tebak apa yang terjadi, jika dia melihatmu dan aku bersama?"
Putra Hades terdiam. Raut wajahnya tidak menunjukkan perubahan apapun. Kemudian aku melanjutkan.
"Setidaknya kita bisa bertiga. Jangan berdua. Ayah selalu mengawasiku."
"Ya, kau benar Putri Manja. Akan bahaya jika kau berduaan saja di dek bawah bersama Ios."
Mendengarnya saja, sudah membuat kedua tanganku terkepal kuat. Aku berpaling dan mendapati Iras tengah terkekeh penuh kemenangan. Orang ini memiliki rupa seperti permen karet.
"Sejak kapan kau ada di sini?"
"Hah! Menurutmu? Apa kalian tidak menyadariku sejak tadi?" tanya Iras congkak.
Aku menggeleng. "Tidak. Kenapa kau terus mengikutiku? Apa kau menyukaiku? Apa kau butuh kasih sayang dariku? Hoshi berkata, orang-orang yang suka menggangu biasanya tidak bahagia."
Raut wajah Iras seketika memerah. Dia mungkin merasa malu atau ... entahlah. Tetapi tampangnya terlihat kesal.
"Bisakah kau tidak bersikap seperti benalu, Iras?" Kata-kata Ios seketika seperti sebuah tusukan tajam bagi Iras.
Wajahnya semakin memerah seperti kepiting rebus. Dia menggeram kesal. Awalnya kupikir dia akan pergi. Tetapi yang ada, dia malah menobros masuk ke dalam ruang klub. Lalu duduk di samping Ios sembari memeluk bantal empuk berbentuk bulat.
"Kenapa kau duduk di sampingku?" Iras memprotes
"Apa ada hukum yang melarang? Tidak, 'kan? Jadi diamlah dan mulai bahas kegiatan klub bodohmu."
Kerutan di dahi Ios semakin tercipta.
"Apa kau ingin mendaftar juga?"
"Tentu saja! Kau pikir, buat apa aku datang ke sini. Aku butuh hiburan, Putra Hades." Decakan kesalnya membuat Ios seperti sekonyong-konyong ingin menghadiahinya sebuah bogem mentah dan aku sangat setuju melihat hal itu terjadi pada Iras.
__/_/___/_____
Tbc...
Akhirnya, bisa edit sampai bab 10. Masih ada bab 11- 20 lagi. Kemungkinan, ini mungkin sampai bab 40 atau 50.
Emm, entahlah. Bisa ya dan bisa tidak. Rencananya, mau ku daftarkan wattys kalau mencapai 40000 kata. Kalau gk, ikut kontes WIA saja untuk tahun depan kalau bisa....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top