Prolog

"Saya terima, nikah dan kawinnya Rosaline Dewi Pramono binti Hendri Pramono dengan mas kawin tersebut, tunai."

"Sah saudara-saudara?"

Rosa menutup matanya. Jika boleh, dia berharap ada suara lantang yang berkata TIDAK SAH saat ini juga. Entah itu teman-temannya, ataupun seorang wanita yang selama ini berkuasa di hati dan pikirannya.

"Sah..."

Helaan nafas Rosa terdengar berat. Harapannya sama sekali tak memiliki kesempatan untuk dikabulkan.

"SAH SAH!!! UDAH SAH TUH... UDAAAAAAH!!!"

Mata Rosa terbuka. Suara barusan itu benar-benar mengganggunya.

Benny bego!

"Alhamdulillah."

Selanjutnya, lantunan do'a yang terdengar mendengung di telinga Rosa. Ia sedikit menoleh ke belakang, memberi tatapan horor kepada Benny yang bersuara norak dan terlalu keras di antara orang-orang yang menjawab SAH tadi. Adik laki-lakinya memang perlu ditampar setelah ini.

Sentuhan pelan di paha Rosa membuatnya menoleh ke samping. Rahma dan Vony terlihat di sana memberikan senyum terbaiknya.

"Cece, selamat yaaaa..." Vony memeluknya erat, lalu melepaskan tubuhnya dengan senyum yang belum juga luntur sedari tadi.

Tatapan Rosa beralih ke Rahma, sosok yang selalu terlihat cantik baginya itu tersenyum bahagia dengan bulir air mata yang siap tumpah kapan saja di mata kecokelatannya. Tangan Rahma terangkat untuk membelai kepala Rosa yang terlapisi selendang berenda putih.

"Makasih ya, Nak."

Seketika itu, seluruh tulang dan organ dalam Rosa terasa luruh dan runtuh perlahan.

.

.

.

Terimakasih?

.

.

.

Rosa tak tahu, dan mungkin tak akan pernah tahu bagaimana seharusnya ia membalas belaian kasih sayang dan ucapan Mamanya saat itu. Yang ia tahu, cepat atau lambat seluruh hidupnya akan segera berubah karena permintaan Rahma, wanita yang paling utama di hidupnya.

.

Ya... karena menjadi istri dari seorang pria tak pernah sedikitpun terlintas di otaknya.

Istri dari Rolansyah Wardhana.

.

.

.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top