|1| Emerald Eyes

"I can't keep my eyes on from you." -Lifehouse

Satu minggu kemudian ...

Mesin Electrocardiograph itu berbunyi dengan nyaring mengisi keheningan kamar rawat gadis berambut merah muda. Layar monitornya menunjukkan garis-garis tak beraturan. Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa manusia yang tergeletak tak berdaya di atas ranjang masih hidup dan bernapas walau pun dibantu dengan selang oksigen. Detak jantungnya masih terdengar lemah. Dan sang empunya tubuh masih ingin memejamkan matanya lama-lama. Membuat beberapa orang menunggu-nunggu kesadarannya dengan cemas.

Seperti Uchiha Sasuke.

Kepala kepolisian itu kini sedang menatap tubuh tak berdaya seorang gadis yang tergeletak bersama dengan alat bantu yang menunjang kehidupannya. Ia sedang menunggu dokter selesai memeriksa keadaan gadis itu di dalam sana. Dengan ekspresi datar, dia memandang lewat kaca kamar rawat Sakura. Setelah melewati masa kritisnya seminggu lalu, para dokter memutuskan untuk memindahkannya ke kamar rawat dengan prioritas terbaik dan penjagaan ketat dari beberapa polisi.

Pembunuh itu masih berkeliaran di luar sana dengan bebas. Mengetahui fakta bahwa satu-satunya yang tersisa dari keluarga Haruno masih hidup bukan tidak mungkin membuat pembunuh itu datang dan mencoba menewaskan Haruno Sakura sekali lagi. Dan Sasuke tidak ingin kehilangan kunci berharganya untuk titik terang kasus yang belum bisa ia selesaikan sejak sepuluh hari lalu. Sakura adalah satu-satunya saksi yang masih hidup, dan Sasuke harus mendapat keterangan terbaik dari gadis itu untuk menyelesaikan kasus pembantaian keluarga Haruno.

Dokter Hyuuga keluar dari kamar rawat Sakura dengan papan kayu yang menjepit kertas-kertas yang memuat informasi tentang perkembangan terbaru Haruno Sakura. Dokter yang bernama Neji itu tersenyum tipis mendapati Uchiha Sasuke berdiri dengan ekspresi tegang di wajahnya. Segera, dokter itu menghampiri Sasuke dan memberikan keterangan tentang kondisi kesehatan Sakura yang baru saja ia periksa.

"Kapten Sasuke." Sasuke terkesiap, menetupi keterkejutannya itu dengan wajah datar dan memandangi orang yang memanggilnya tadi.

"Sakura-san sudah berhasil melewati masa kritisnya dalam tiga hari. Itu adalah kemajuan pesat yang pernah kulihat, mengetahui fakta bahwa ia mendapatkan luka yang cukup parah. Seharusnya dia membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk mencapai kondisi stabil. Tapi sekarang dia baik-baik saja, meskipun detak jantungnya masih terasa lemah. Kita hanya tinggal menunggunya sadar."

"Dia berkembang pesat?" Sasuke menghela napas. "Dia harus segera sadar, kami pihak kepolisian harus mendapatkan keterangan darinya tentang pembantaian keluarganya."

"Ya, sepuluh hari telah berlalu. Aku bisa melihat bahwa anggota kepolisian tengah berusaha keras." Neji tersenyum pada Sasuke. Rambut panjang dokter itu kini tergerai. Jas putihnya tidak terkancing dengan rapih, dia memandang Sasuke dengan jenis pandangan yang mengatakan bahwa semua akan berjalan dengan baik.

Sasuke mengangguk singkat. "Boleh aku masuk?"

"Tentu saja. Jika ada apa-apa, tekan saja tombol daruratnya."

"Terimakasih, Dokter Hyuuga." Sasuke menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan dokter itu. Ucapan terimakasih yang formal, yang biasa Sasuke lakukan kepada rekan-rekan kerjanya atau orang-orang yang telah banyak membantunya.

"Santai saja Kapten. Aku permisi." lalu dokter Hyuuga itu melangkahkan kakinya menjauhi kamar rawat Sakura setelah membalas jabatan tangan Sasuke.

Uchiha bungsu itu menyimpan satu tangannya di dalam saku celana bahan berwarna biru gelap miliknya. Menggunakan tangan lain untuk membuka pintu kamar rawat Sakura. Berjalan dengan perlahan dengan langkah pasti menghampiri sosok yang belum sadarkan diri itu.

Cantik.

Itu adalah kesan pertama saat sang Uchiha prodigy melihat Sakura. Lalu terlihat sangat rapuh dan lemah, seolah-olah ia bisa mati kapan saja jika tidak ada orang yang bersedia membantunya. Bibir pucat itu berhasil menarik perhatian Sasuke. Bibir itu membentuk sebuah garis tipis, namun mampu membuat Sasuke terpaku selama beberapa saat hanya karena Sasuke menatapnya. Dia terlihat begitu kurus dengan kantung mata yang terlihat jelas. Terdapat luka dengan pola satu garis lurus yang tidak terlalu panjang pada bagian pipi sebelah kirinya, garis luka itu tersebar juga pada pipi kanan, dan dagunya. Dahi lebarnya terlihat memar yang memiliki warna keunguan. Sasuke bahkan dapat melihat tulang selangka Sakura dari balik baju khas rumah sakit itu. Dia tidak melakukan apa-apa, hanya berdiam diri sembari terus memandangi sosok yang terbaring lemah di hadapannya.

Sakura telah melewati masa kritisnya dengan begitu cepat. Bahkan untuk ukuran orang yang terluka parah, waktu tiga hari adalah waktu yang tidak wajar. Meski pun dia senang-senang saja saat gadis itu masih berminat meneruskan kehidupannya walau pun saat dia bangun nanti, dia telah menjadi sebatang kara.

Uchiha bungsu itu mendekatkan bibirnya ke telinga Sakura, berniat untuk membisikkan sesuatu yang ia tahu bahwa gadis itu akan mendengarnya meski dia tengah berselancar di alam mimpi. "Dengar, aku suka semangatmu, Nona. Jadi jika kau ingin kembali, kembalilah. Aku yakin kau memiliki orang yang sangat mencintaimu di luar sana. Kau tidak akan sendirian dan aku tahu itu. Lagipula tugasmu belum selesai. Kau harus membalaskan kematian anggota keluargamu. Penjahat itu masih berkeliaran di luar sana, kau harus membantuku untuk menangkap dan menghukumnya atas apa yang telah ia lakukan padamu dan keluargamu."

Sasuke tidak pernah berbicara pada pasien yang tengah tertidur. Berbicara untuk menyemangatinya. Dia tidak pernah langsung turun tangan untuk membantu seseorang melewati apa yang telah terjadi. Terlebih, itu adalah seorang korban. Dia hanya akan menunggu laporan, membuat stratergi sepanjang hari di meja kerjanya dan membuat perintah. Termasuk pada kasus-kasus besar seperti apa yang telah dialami oleh Sakura. Kecuali jika dia menginginkan untuk turun tangan seperti pada apa yang terjadi pada setiap tahun baru.

Tapi pada gadis ini, dia tidak tahu mengapa ia ingin membantu. Apalagi ketika dia mendengar bahwa Sakura tidak memiliki satu keluarga pun selain keluarganya yang telah terbunuh pada malam Natal sepuluh hari lalu. Dan selama sepuluh hari telah berlalu dari di mana kasus pembantaian keluarga Haruno, tidak ada satu pun kerabat yang datang untuk menjenguk dan melihat keadaan Sakura. Sasuke berpikir bahwa Sakura memang benar-benar hanya sendirian di dunia sekarang. Dan ia merasa kasihan pada gadis itu. Dia terlihat rapuh hari ini, dan Sasuke tidak tahu apakah Sakura bisa melewati hari-harinya dengan baik setelah setelah semua yang terjadi.

Lalu, kenapa dia merasa bahwa dia harus begitu peduli?

Sasuke tersentak saat tiba-tiba tangan milik Sakura bergerak-gerak. Disusul dengan tubuh gadis itu yang melonjak ke atas, bernapas dengan terengah-engah seperti dia habis menyelam di dalam air dengan waktu yang cukup lama. Helai merah mudanya jatuh menutupi kepala, tangan mungilnya memukul-mukul dadanya sendiri. Seolah-olah ada benda yang menghimpit dada gadis itu sehingga dia tidak bisa bernapas dengan baik. Sasuke melotot selama beberapa saat sebelum kembali pada kesadarannya.

"Jangan lakukan itu!" Sasuke berseru, dan Sakura sepenuhnya mengabaikan ucapan Sasuke.

Pria berhelai raven itu mencengkram tangan Sakura, menghalangi niat gadis itu untuk memukul dadanya lagi. Membetulkan selang bantu pernapasan yang telah terlepas karena gadis itu terus meronta. Sesekali bibir Sakura mengerang merasakan sakit yang menghimpitnya karena ia mencoba untuk bernapas dengan baik. Butuh waktu lama bagi Sasuke untuk mengingat tombol darurat berwarna merah di sisi ranjang gadis itu. Sasuke menekan tombol itu dengan tergesa-gesa, agak kewalahan karena dia melakukannya dengan satu tangan yang terus mencengkram kedua tangan gadis itu.

"Hei, dengarkan aku! Bernapaslah perlahan-lahan, jangan memukul dadamu seperti itu!"

Namun bagai angin lalu, Sakura mengabaikannya. Masih terus meronta agar ia bisa bernapas dengan baik. Paru-parunya terasa sakit sekali dan Sasuke tidak tahu bahwa gadis itu memiliki masalah dengan pernapasannya atau sesuatu yang berhubungan dengan organ dalam seperti paru-paru.

"Tarik, dan hembuskan Sakura!"

Uchiha itu tidak tahu bahwa Sakura tidak bisa melakukan apa yang ia perintahkan dengan mudah. Dia tidak bisa bernapas, dan itu adalah hal yang paling menyakitkan untuk Sakura. Dokter dan suster berdatangan, memenuhi kamar rawat Sakura. Hyuuga Neji mengeluarkan jarum suntik dari dalam saku jas dokternya, membuka penutup jarum suntik yang masih steril itu dan yang telah diisi oleh cairan yang tidak Sasuke apa fungsinya lalu menyuntikkannya pada selang infus Sakura. Suntikkan itu membuat Sakura perlahan-lahan melemas, melemahkan setiap pergerakannya. Sasuke membaringkannya ke atas brankar dengan perlahan-lahan, membiarkan dokter Hyuuga memasang kembali alat bantu pernapasan untuk Sakura.

"Itu obat penenang, Kapten." Dokter Hyuuga itu memberi keterangan yang hanya ditanggapi dengan anggukan Sasuke.

Para suster memeriksa alat pendeteksi detak jantung Sakura tanpa merasa terganggu akan kehadiran Sasuke di sana. Sementara mata Sasuke hanya terfokus kepada satu titik, ke tempat di mana dia pertama kali melihat sesuatu yang meneduhkan yang gadis itu miliki, ia terus memerhatikan hal itu, sampai saatnya hal itu menghilang seiiring dengan mata terpejam Sakura. Walau terlihat kerapuhan yang begitu nyata, Sasuke diam-diam tetap menyukainya dan diam-diam dia berharap bahwa ia akan melihat hal itu lagi nanti.

Sepasang mata emerald yang begitu indah.

A/n : seperti janji aku, kalo unfaithful sudah selesai, ini akan di up.

Enjoy 🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top