3; CEPRAT

((mohon jangan ricuh, cerita di bawah benar-benar unfaedah untuk dibaca))

"Jangan bilang siapa-siapa tapinya."

Dih mas Taeyong tuh kelamaan ngoceh deh. Sebel gue tuh.

"Iya cepetan."

"Kalau mau datengin ujan, cuman satu. Bakar sempak."

"Sumpah lo, Mas?"

"Terserah elo percaya apa kaga."

"Sempak dibakar? Emang baunya nggak nyenget gitu?"

"Loh itu malah bagus," lah anjir kok dia jadi antusias gini. Tapi kayaknya menarik juga. Dengerin aja deh.

"Terus gimana lagi, Mas? Abis sempaknya dibakar."

"Eh tapi jangan bakar sembarang sempak, Ra. Kudu sempak yang berlubang. Itu syarat."

"Wah, sempak gue nggak ada yang berlubang, Mas."

"Lah kalo nggak berlubang, lo masukin kaki lewat mana, Ra?"

"Oh iya ya?"

KOK GUE BEGO SIH

IHH MALU MALUIN DEPAN MAS TAEYONG KOK BEGO

Engga deh gue nggak bego aslinya tuh. Percaya sama gue pliiiissss T^T

"Tapi sempaknya kudu punya lubang lebih dari tiga. Apalagi lubangnya nggak boleh disengaja. Jadi musti alami."

"Lah mas, bisa alami gimana?"

"Sobek misalnya. Lo buat lap ingus sampe iritasi juga bisa."

"Ohhh, bisa gitu ya?"

Dan mas Taeyong senyum lebar. Apanya yang lucu sih? Kan gue nggak tau makanya tanya.

"Terus, terus, Mas."

"Yaudah lo bakar tuh sempak, sambil ambil dupa empat biji, terus lo tancepin dupanya di abu sempak yang lo bakar."

"Wangi dong entar?"

"Lo kira kenapa hujan itu aromanya menenangkan?"

"OH JANGAN JANGAN KARENA SEMPAK SAMA DUPA YANG DIBAKAR BERSAMAAN YA?"

"Udah kenceng, salah lagi."

"Lah kenapa?"

"Karena di dalam hujan memiliki aroma yang timbul karena adanya bakteri yang bernam Actinomycetes. Bakteri ini tumbuh di tanah yang hangat dan lembab. Saat tanah tersebut mengering karena kemarau panjang, bakteri tersebut akan menghasilkan spora."

"Yailaaahhh, gue udah menduga yang iya-iya niiiihhh."

"Tiraaa, Tiraa, lo kapan sih nggak ngegemesin? Dari dulu lo selalu moodmaker banget."

"Eh masa? Kok temen-temen gue pada bilang gue bloon ya?"

"Hmmm, ya itu yang bikin asik, bikin pengen bully. Hahaha."

"Ah lo mah kampret, Mas. Gue dari tadi serius juga."

"Jangan serius-serius. Entar ubanan kayak petapa genit baru tau rasa lo."

"Eh? Kok mas Taeyong tau soal petapa genit?"

"Kan kalo sore pas lo SD dulu suka nonton naruto di rumah gue. Masa lo nggak inget?"

"OH IYA. YANG WAKTU ITU MAMA LO SAMPE SERING BUATIN GUE KUE KERING KAN?"

"Sumpah deh, Ra. Habit lo yang etis napa sih, jangan teriak-teriak melulu. Berisik."

"Ehe. Gue seneng aja keinget waktu dulu. Soalnya ingatan gue lemah, Mas."

Mas Taeyong mainin bibir sambil menampung air ujan di tangan kanannya.

"Inget doang ya, Ra. Tapi susah buat diulang."

"Hah? Kok diulang? Kan kita udah gede, Mas. Lagian naruto juga beranak pinak. Jangan diulang terus entar bosen."

CEPRAT

AIR UJANNYA DISIRATIN KE MUKA GUE ANJING

SUMPAH NGESELIIIINNN

"MAS TAEYONG BANGKEEE!"

Dia ketawa sambil ngejauh dari gue. Ujannya udah reda. Jadi gue bisa ngejar dia.

Tapi dia tuh curang. Ya masa ada genangan air mesti diinjek sama dia, terus air comberannya kena ke celana gue.

Dari dulu dia tuh pasti bikin gue kesel deh. Awas aja kalau sampe gue bisa bales.

IYAAA GUE NGGAK PERNAH BISA BALES DIA T^T





On tag; hippoyeaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top