{ Selembaran Berkelana }

Kutunjukkan, membuat cerita itu sederhana, sangat sederhana, hanya saja para kritikus lebih mempersulitnya dan kebanyakan dari mereka lebih mengkritisi tentang tata bahasa saja, aku tak perlu sebut nama komunitasnya. Mereka benar-benar hadir begitu meresahkan di sebuah platform berwarna biru dengan inisial F.

Hal pertama yang harus ditulis adalah harapan. Apa harapan kalian dalam membuat novel. Ingin terkenal? Atau malah sebaliknya? Aku telah bertemu dengan pengarang novel yang memiliki harapan luar biasa. Batas-batas mengenai imajinasi ditabrak begitu saja. Sangat unik, tetapi sangat kurang diapresiasi oleh pembaca lokal kita.

Berulang kali aku di bawa ke dunia yang begitu indah. Dunia yang tak pernah kulihat sebelumnya dengan cahaya yang menyilaukan dipenuhi oleh taman bunga dan pelangi di langit. Apa yang memotivasinya? Benar, harapan itu yang memotivasinya.

"Lebih baik jadi penulis di luar negeri, siapa tahu cerita fantasi jauh lebih dihargai di luar sana," ucapnya saat kami tengah duduk di perpustakaan universitas.

"Kelihatannya mustahil sih kalau aku menargetkan pasar di luar negeri," pikirku.

"Jangan terlalu stuck di satu hal saja." Ia menepuk pundakku. "Dunia ini jauh lebih indah dari yang kamu bayangkan."

Apakah statement itu benar? Aku rasa tidak juga, ia selalu melihat idealismenya tanpa memperhatikan realitas yang begitu menyakitkan. Aku harap ia tidak dibawa ke dunia gelap yang penuh dengan sihir kecaman yang mampu mengutuknya. Kurasa memang penulis Indonesia kebanyakan masih belum berani mendobrak pasar lokal, mereka begitu takut tenggelam di dasar lautan yang begitu gelap. Tak seorang pun mengetahui kalau kamu berada di sana.

Namun, berbeda dengan penulis yang kukenal itu, ia terus berenang seperti Dory dalam Finding Nemo menuju ke permukaan. Padahal laut terus menariknya menuju ke dasar. Harapan dan impiannya begitu kuat. Aku sangat kagum padanya.

Itulah harapan, kadang kita selalu terbelenggu dalam harapan palsu. Itu membuat kita sulit menjadi diri kita yang sebenarnya. Selanjutnya dari harapan tersebut kita tulis dalam selembaran kertas.

Mau berbentuk cerita pendek atau mungkin artikel terserah kalian. Akan tetapilebih baik kutulis dalam bentuk cerita pendek dengan genre fantasi, kalau tidak nanti tulisan ini tidak memenuhi syarat untuk prompt bulanan di BPC yang sebenarnya cukup membakar otak karena kadang promptnya agak sulit direalisasikan ke genre fantasi.

Baiklah waktunya menulis cerita, tubuhku menciut dan berada di sebuah dunia fantasi. Tidak kusangka aku tidak berdiri di kertas kosong, melainkan aku sudah berdiri di dunia fantasi kerajaan. Mari kita renungkan harapan kita yang harus dituangkan dalam kertas kosong.

Meski ada dunia yang disediakan, tetapi tidak ada cerita yang hadir jadinya aku perlu pendeskripsian karakter. Aku hanya perlu karakter yang klise saja kalau rumit nantinya bakal lebih panjang. Mari kita sebut Bastian. Kayaknya terlalu lokal sih, lebih baik kuganti saja Michael. Nama satu ini sesuai dengan dunia fantasi kerajaan ala Eropa abad pertengahan mungkin.

"Hei kau berbicara dengan siapa?" Michael bertanya padaku.

"Hanya berbicara sendiri, pergilah ke desa setempat, di dekat sini ada desa."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Karena aku adalah pengarang novelmu kocak!"

Michael memiringkan kepala, ia pun mengedikkan bahu, meninggalkanku sendirian. Tadi sampai mana? Oh ya harapan menjadi populer memang memiliki tantangan. Michael pergi ke desa terdekat dan memulai petualangan di desa terdekat itu. Awalnya penduduk setempat mengabaikan.

Menjelang malam seekor naga muncul menyemburkan api di desa itu. Michael pun turut membantu warga desa. Klise, tetapi seperti inilah sederhananya. Ia bertarung melawan naga dengan pedang yang dipinjamkan oleh warga setempat. Kemampuannya begitu membuat warga desa terpukau. Ia berhasil membunuh naga itu.

Benar saja, harapan menjadi populer itu terwujud begitu saja. Pada dasarnya ini bukan tipikal ceritaku. Aku menghela napas. Michael pun melanjutkan perjalanan menuju ke kota. Pencarian jati diri seorang ksatria bernama Michael pun dimulai!

"Dari tadi kau berisik, kenapa kau ini?" Michael mulai mencurigaiku yang duduk di dalam gerobak berdampingan dengannya.

"Sudah kubilang aku sedang merangkai cerita, urus saja urusanmu!"

"Tapi kau tahu tentang kepopuleranku? Apa kau penyihir yang bisa membaca masa depan?"

Aku menepuk jidat, "aku bukan penyihir dan gabut sekali aku harus mengikutimu. Aku berusaha merangkai cerita untuk para pembacaku atau kalau tidak, BPC akan memecatku!"

"BPC?" tanyanya penasaran.

"Percuma saja menjelaskannya padamu," dengusku.

Proses demi proses Michael lewati sampai ia menjadi ksatria yang didambakan oleh wanita di kota yang dikunjungi. Saat sudah mencapai puncak karir, kini waktunya memasuki hal yang paling kubenci. Akhir dari kisah.

Setiap penulis punya cara tersendiri untuk mengakhiri cerita. Tapi aku paling benci dengan kematian tokoh dalam cerita. Membunuh tokoh adalah hal yang sulit apa lagi tokoh itu adalah tokoh utama. Antara harus dibuat sekuel atau mengakhiri ceritanya.

Saat harapannya telah terpenuhi dan ia juga dikaruniai oleh dua anak serta istrinya yang bukan orang biasa, melainkan bangsawan. Aku sangat iri sih dengannya, wajar kalau aku memang jomblo dan terakhir aku menembak temanku yang merupakan seorang penulis dengan ide brilian, aku ditolak.

Baiklah kembali ke topik, kehidupan yang tenang kini menyelimuti Michael hingga rambut di kepala telah memutih serta kulit semakin keriput. Menjelang kematiannya, Michael mengalami sakit keras dan di saat-saat terakhirnya ia tersenyum karena berhasil mewujudkan apa yang diinginkan. Seorang pahlawan kini menghembuskan napas terakhir. Kematiannya benar-benar heroik bagi mereka yang mengenal dan mengaguminya.

Sudah waktunya kembali ke dunia nyata. Kertas yang semula kosong itu kini telah dipenuhi oleh tulisan mengenai cerita-cerita tentang Michael dan harapannya. Kini aku berdiri di dekat jendela.

"Apa kalian semua punya harapan yang akan ditulis hingga waktu kematian tiba?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top