19. Gagal
Noura tersedu.
Lusa adalah hari bahagianya.
Tapi Nenek Amary justru terbaring tak berdaya di peti mati.
Tubuhku dicengkeram Noura, air matanya meninggalkan jejak basah.
"Seharusnya ini kupakai besok, bahkan aku belum mencobanya. Tapi aku terlambat. Nenek kenapa pergi dulu ... Hiks ...."
Noura menciumku,
Aku pun ikut sedih.
Teringat saat Nenek memilihku di toko lalu sibuk bermain mesin jahit denganku.
Tubuh berkilauku selalu dibelainya lembut.
Nenek Amary sangat bersemangat membuat kado pernikahan untuk cucu kesayangannya.
Bahkan setiap tusukan jarum yang mengikat payet di sekujur tubuhku, dia lakukan penuh cinta.
"Aku akan menjadi putri salju, Nek, seperti impian masa kecilku."
Noura mencium Nenek.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top