2


"Selamat pagi Kei, sini makan dulu!" Seru sang ibu dari dapur, disana sudah ada ayah dan kakak laki-lakinya. Kei menempatkan diri disamping ayahnya, di sebrang kakaknya, Tsukishima Akiteru.

"Kei, mau berangkat bersama hari ini?" Tawar kakaknya.

Kei menyesap susu strawberry kesukaannya. "Nii-chan tidak ada latihan pagi?"

"Ah... Yah, tidak ada kok," Kei menaruh curiga pada kakaknya, akhir-akhir ini kakaknya tidak bersemangat dengan Voli.

"Hmm, oke..."

"Gitu dong, lagian udah lama gak berangkat bareng." Kei mangangguk mengiyakan perkataan Akiteru.

Setelah makan ia kembali ke kamarnya mengambil perlengkapan sekolah yang sudah ia siapkan semalam. Mengecek PR sekali lagi, takut ada yang tertinggal. Ia membuka gorden, menengok kanan kiri dan mengecek bawah jendelanya.

Ah, pesawat kertas. Lagi.

Setiap pagi Kei mendapat pesawat kertas dengan kata-kata yang sama sekali tidak ia mengerti. Menggunakan alphabet dan bahsa yang bukan bahasa jepang.

Kei membuka pesawat itu.

"Bonjour, Ça va, comment t'appelle?"

Lagi... Kei sama sekali tidak mengerti apa yang ia baca, dan ia juga tidak tahu bagaimana membacanya. Ia menyimpan kertas itu di kantongnya bersama dengan kertas yang lain, yang ia terima setiap pagi kadang malam. Biasanya berisi tulisan yang sama. Hanya 'Bonjour' tiap pagi dan 'Bonne Soiree' pada malam hari. Kei bisa mengira bahwa itu sapaan pagi dan malam dalam suatu bahasa, untuk bahasanya, ia masih tidak tahu.

"Keii~ kenapa lama sekali?"

"Ah! Aku kesana Nii-chan" Kei bergegas pergi setelah menutup kembali jendela, sudah waktunya untuk berangkat sekolah.
.
.
.

Sore ini setelah pulang dari kegiatan klub, bukannya masuk ke dalam rumah, Kei memeriksa bawah jendelanya. Dan apa yang dipikirkannya benar. Pesawat kertas itu ada lagi, kali ini dua pesawat kertas.

"Tu parle Le Japonais?"

Dan satu lagi

"Yamaguchi Tadashi" yang di tulis dengan huruf kanji. Kali ini Kei bisa membacanya, bukan hal sulit bagi Kei untuk membaca kanji, ia termasuk yang pintar dalam pelajaran bahasa jepang.

"Yamaguchi... Ini namanya kah? Ah... Apa selama ini dia menanyakan nama?" Kei menatap pada jendela yang berada diatasnya, tertutup.

Ia menulis namanya di bawah nama 'Yamaguchi Tadashi' menggunakan alphabet, ia teringat perkataan tetangganya bahwa keluarga Yamaguchi sepertinya bukan orang jepang. Kei melipatnya menjadi pesawat dan menerbangkannya sampai ke jendela. Bunyi 'tuk' kecil terdengar ketika ujung peswat keryas bertabrakkan dengan jendela. Pesawat itu tersangkut di bawah jendela, tapi setidaknya masih bisa diambil.

Jendela itu perlahan terbuka menampilkan tangan mungil yang mencoba mencari-cari di jendela. Kei memerhatikannya terus, sampai gorden itu tersibak dan menampakkan wajah dengan mata hijau cemerlang yang ia lihat malam itu.

Dan rambut yang benar-benar hijau.

Ia mengambil kertas itu. Dan membacanya. Ia menoleh kebawah dan melihat Kei sedang memerhatikannya. Ia terkejut dan masuk kembali ke dalam jendela.

"HEI! Kau siapa? Kenapa kau malah ngumpet?!" Seru Kei dari bawah, ia yakin suaranya sampai pada jendela itu. "Apa yang kau inginkan?? Kenapa kau menerbangkan pesawat kertas ke jendela ku tiap hari?!"

Kei berpikir keras, bagaimana caranya agar anak itu mau keluar, apa ia harus bicara dengan bahasa yang dipakai oleh anak itu? Tapi... Ia bahkan gak paham bagaimana bacanya.

Ah, orang asing pasti bisa bahasa inggris!

Kei mengingat-ingat kembali pelajaran yang ia dapatkan di sekolah, ini sore maka, good evening pasti bisa ia pakai.

"Ehm... Heyy Guut Ibening!" Apalah...yang kau katakan Kei...

"Eeh Whats... Your Namae?!" Ini lagi dicampur-campur...

"Come on! Tunjukiin diri you!"

"Why you... menerbangkan pesa—plane... kertas ke... My?!"

Abaikan bahasa inggris amburadul yang diucapkan oleh Kei, atau matamu akan sakit. Kei berhenti sebelum dimarahi tetangga karena teriak-teriak. Tak lama anak itu keluar dari jendela. Menampakkan wajahnya.

"Je... Je parle pas bien Le Japonais et... Je parle pas bien L'anglais, Tu parle Francais"

Nani?!

"Ak-aku gak paham kamu ngomong apa? I tidak... Andersten! You bisa bahasa... Japan?"

Kalau begini terus mereka gak bakal mengerti satu sama lain, Kei mencoba menggunakan bahasa isyarat. Ia menggelengkan kepala tanda tak paham. Ah, sepertinya anak itu mulai mengerti.

Kei menunjukkan dirinya sendiri, lalu menunjuk pada anak itu. Tepatnya pada kertas yang dipegangnya.

"....Tsu—Tsukishima Kei??"

Ah syukurlah anak itu bisa membacanya, Kei mengangguk, kemudian menunjuk pada anak itu lagi.

Anak itu berpikir, mencoba menyambungkan obrolan mereka. Anak itu merubah ekspresi menjadi sumringah, sepertinya ia mengerti bahwa Kei menanyakan nama.  "Moi? Ah— Je M'appelle, Yamaguchi Tadashi!"

Kei lega, dan Yamaguchi Tadashi memang namanya. Nama marga itu sama dengan yang tertulis pada papan nama di pagar rumah hijau itu.

Kei mengangguk, kemudian menunjuknya lagi, 'kamu' lalu menulis dengan bahasa inggris, 'Japan' yang besar agar terlihat dan bendera jepang, dan menunjuknya.

Anak itu menggeleng. Ah, benar saja ia bukan orang jepang. Anak itu masuk ke dalam ruangan, ia mengambil buku gambar dan spidol warna-warni membuat sebuah bendera jepang dan satu bendera lagi berwarna biru-putih-merah. Dan membuat tanda tambah di antaranya.

Kei memiringkan kepala, Ah, apa itu maksdunya Half?

"Kamu... Half?" Ujar Kei sambil mencoret setengah kertas untuk menunjukkan kata setengah.

Anak itu mengangguk, dia paham. Ia menutup bendera biru putih merah dengan tangannya, menunjuk Tsukishima dan bendera jepang bergantian.

"Iya! Aku orang jepang!" Sahut Tsukishima sambil mengangguk. Anak bernama Yamaguchi Tadashi itu tersenyum cerah, ia senang akhirnya pembicaraan mereka tersambung. Tak terasa matahari hampir terbenam, Kei berpamitan dengan melambai padanya dan segera masuk ke rumah.

"Nee Akiteru Nii-chan, ini bendera apa?" Tanya Kei saat Akiteru berjalan melewati kamarnya, Kei menunjukkan gambar bendera yang ditunjukkan oleh Yamaguchi. Ia yakin bahwa Yamaguchi menggambarnya seperti ini. Biru disamping kiri, lalu putih, dan tetakhir merah.

"Eh? Bendera... Hemm geografi bukan bidangku sih... Tapi coba lihat..."

Kei menunjukkan gambarnya.

"Ah... Ini bendera... Hmm aku agak lupa ini Prancis atau Belanda... Coba kita cek di internet..." Akiteru mengambil handphonenya yang tersimpan di kantong celana.

"Nih, itu bendera Prancis."

"Hee... Jadi ini bahasa Prancis ya Nii-chan?" Tanya Kei lagi sambil menunjukkan kertas-kertas yang berisi tulisan dari Yamaguchi.

"Eh, Nii-chan gak tau deh, bahasa eropa rata-rata mirip sih, dan bahasa inggrisku aja jeblok masa kamu nanya bahasa lain?"

"Kali aja Nii-san tau, yaudah makasih ya." Kei kembali ke meja belajarnya dan mengambil tablet yang ayahnya pinjamkan. Ia sering meminjam tablet ayahnya untuk belajar, mencari tambahan ilmu di internet atau sekedar tulis-tulis di memo. Ada game sih, tapi karena makin lama makin susah Kei jadi gak semangat mainnya.

"Etto... Google Translate, tadi ini... Prancis ke jepang ya..." Kei memasukan keyword ke Google Search untuk mentranslate apa yang dituliskan oleh anak itu. Perlahan ia mengetik apa yang ada di kertas, mengoreksu berkali-kali takut ada kesalahan dan arti malaj berubah.

Bonjour = Selamat Pagi/Siang

Bonne Soiree = Selamat Sore/Malam

Ça va = Hai

Tu parle Japonais = Kamu bicara bahasa jepang?

Comment t'appelle = Siapa namamu?

Kei akhirnya mengerti, otaknya yang pintar itu sudah menduga kalau artinya seperti ini. Terakhir ia penasaran dengan arti kalimat yang diucapkan oleh Yamaguchi. Tapi ia merasa itu tidak terlalu penting, paling hanya mengatakan bahwa Yamaguchi tidak bisa bahasa jepang.

Suara tok pelan terdengar menabrak jendelanya. Ia melihat adanya pesawat kertas, lagi. Mengambilnya dan menoleh pada jendela Yamaguchi, gadis cilik itu terlihat sedang bersembunyi dibalik tirai. Kei melambai kecil dan membacanya.

Kali ini tulisannya dengan huruf hiragana...

"Selamat malam Tsukishima Kei, aku belajar bahasa jepang..."

Kei menoleh, tangannya teracung membentuk jempol. Tulisan itu masih banyak salahnya namun Kei mengerti maksudnya.

"Semangat! Aku juga akan belajar memahami bahasa mu...!" Walau mereka bicara bahasa yang berbeda, tapi itu tidak menghalangi mereka untuk saling memahami.

Yamaguchi menampilkan senyuman manis wajahnya diterangi cahaya bulan. Helai hijaunya terkibas oleh angin malam membuat dada Kei sedikit berdesir.

Disitulah persahabatan dengan bumbu cinta monyet mereka dimulai.











Hai maap kalo bahasa prancisnya amburadul

Yah cuma bermodal belajar di Du*lingo + Buku percakapan + Google Translate

si yu neks taim

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top