1
"Kamu tau rumah ijo di blok A? Yang tingkat 2 itu loh,"
"Ohh tau-tau, emang bener ya rumornya itu rumah berhantu?"
"Bener tau, ngeri deh, aku kan tinggal di deket situ. Setiap malem ada suara ghaib xixixixi,"
"Ehh!? Jangan bercanda dong!"
"Mau cek nanti malem? Uji nyali kita..."
"Ihh kamu aja kalau itu!"
Yang namanya cerita hantu memang paling digemari oleh anak sekolah dasar. Yang gosip hantu pakai daster di toilet atau sekolah bekas kuburan adalah buah bibir yang sangat populer saat sekolah dasar. Rumor seram yang kebanyakan tak berdasar itu selalu di sambut meriah oleh anak-anak.
Tapi tidak untuk anak lelaki yang memiliki tinggi diatas rata-rata anak SD ini, baru menyentuh umur sepuluh tahun, kelas 4, tapi tingginya sudah mencapai 160 centi. Tsukishima Kei namanya, orang yang sangat realistis, menyebalkan, dan suka dinosaurus. Lihat saja gantungan tasnya, bentuk dino.
"Tsukishima-kun, bukannya rumahmu ada di sebelah rumah hantu itu?? Nee.. Kau mendengar suara-suara aneh atau penampakan?" Tanya seorang gadis cilik, teman sekelasnya.
"Tidak ada," jawabnya singkat tanpa melirik sedikit pun, matanya masih berfokus pada ensiklopedia mini tentang makhluk purba. "Hantu itu tak ada, lagian rumah itu ada penghuninya, aku berkali-kali lihat ada jemuran baju."
"Ya- Ya itu penghuninya hantu!"
"Hantu gak pakai baju, dah sana..."
Anak perempuan yang biasa dipanggil Aiko itu memasang wajah kesal. Memang yang namanya mengambil atensi Tsukishima itu sangat sulit. Aiko pun pergi dengan bersungut-sungut, Tsukishima tak peduli.
"Si Tsukishima itu minta di slepet ya..."
"Iya tuh, padahal Aiko 'kan cewe tercantik seangkatan..."
"Aku denger dia gak suka cewek loh,"
Kasak-kusuk anak sekelas sudah biasa di tunjukkan padanya. Dia juga tahu kalau dirinya tidak disukai dengan sifatnya yang acuh itu, tapi apa boleh buat, ia terlahir seperti ini. Tapi disamping sifat yang menyebalkannya Tsukishima menjadi cowo populer karena visualnya yang tinggi dan ganteng. Sudah gitu main voli lagi, tambah keren iya.
'Aku masih suka perempuan kok... Tapi bukan seperti itu perempuan yang kusuka.'
Kupingnya memanas mendengar gosip-gosip dan fitnah dari teman sekelas. Ia terus berdoa agar jam istirahat segera selesai dan ia bisa tenang belajar.
.
.
.
Akhirnya bell pulang berbunyi, Tsukishima bukanlah anak yang suka main dulu sebelum pulang, mendingan langsung ke rumah dan istirahat. Hari ini ia sedang tidak mood untuk berlatih voli, gak apa-apa lah, ia bukan reguler di kelompoknya.
Tsukishima berjalan perlahan sambil memikirkan hal-hal yang terlintas saja di kepalanya. Seperti pelajaran tadi, atau mau makan apa nanti di rumah. Tinggal beberapa meter untuk sampai ke rumahnya, atensinya tertarik pada rumah hijau yang dibicarakan anak-anak sekelasnya tadi siang. Matanya menyusuri rumah cantik dengan cat hijau muda-putih yang sejujurnya cukup terawat, tidak terlihat seperti rumah hantu sama sekali, hanya saja memang tak pernah terlihat ada orang di dalamnya.
"Ara... Kei-kun ada apa?" Tsukishima menoleh, itu tetangga seberang rumahnya.
"Tante Sato... Enggak ada apa-apa," Tsukishima berancang-ancang untuk pergi, takut tetangga sebelahnya itu malah mengajak ngobrol. Sebisa mungkin ia menghindar dari pada malah terjebak omongan panjang ibu-ibu.
"Kau lagi melihat rumah itu?"
"Iya, hanya sedikit penasaran, kenapa orangnya tidak ada," Tsukishima berhenti sebentar. Jujur saja ia memang sedikit penasaran dengan tetangganya ini, tidak pernah ada tanda-tanda kehidupan. Saat keluarga Tsukishima pindah ke sana rumah itu sudah ada, namun belum kelihatan penghuninya.
"Mau tante ceritakan tentang rumah ini? Tante tahu sedikit loh," jawab Tante Sato. Tsukishima mengangguk.
"Singkat saja ya, Tante..."
"Hmm... Waktu itu tante sudah tinggal disini saat penghuni rumah hijau ini pindah, mereka cukup aneh, yang jelas mereka tidak terlihat ingin berbaur dengan kita-kita..." Tante Sato mulai bercerita, Tsukishima mendengarkan dengan serius sesekali menatap papan nama rumah itu.
"Saat mereka pindah, tante sempat bertemu dengan tuan rumah, hanya ada ibu dan anak perempuan yang terlihat, tante tak pernah lihat ayahnya. Tante kemudian bertamu untuk sekedar mengenalkan diri, tapi tidak masuk ke rumah, hanya di teras saja. Eh, kita duduk di situ yu..." Tante Sato menarik tangan Tsukishima ke pinggir jalan dibawah pohon.
"Siapa nama tuan rumah itu Tante?"
"Tertulis di papannya, Yamaguchi namanya. Kami sempat berbicara sebentar, Yamaguchi-san itu sebenarnya cukup enak diajak bicara. Tapi ia terlalu misterius, bahkan saat berbicara padaku ia menggunakan masker, dan berkata ia sedang flu...
Ia bilang ia memiliki anak perempuan, saat aku bertanya dimana ayahnya ia hanya menggeleng tak jelas. Tante beranggapan kalau ayahnya sudah meninggal."
"Tante... Pernah lihat anak itu?" Tanya Tsukishima lagi.
"Hanya sekilas, dibanding ibunya yang berambut hitam biasa, anak itu benar-benar aneh. Rambutnya hijau gelap, aku beberapa kali melihat mata hijau cerah dari balik jendela kupikir itu dia karena ibunya memiliki mata hitam. Dan warna kulitnya tidak seperti kulit orang jepang," Jelas Tante Sato, Tsukishima mengangguk paham, ia tidak bisa membayangkan seperti apa anak itu. Rambut hijau? Itu rambut, apa daun?
"Ada yang bilang... Jangan terlalu dipikirkan ya Kei-kun, ini baru rumor... Tapi ada rumor yang bilang... Kalau anak itu bukan anak manusia..."
Tsukishima menyeritkan dahi sampai alisnya menyatu. "Aku tidak percaya hantu tante..."
"Aah! Kamu ini memang realistis, mirip bapakmu! Sudah deh, tante harus masak buat malam, dah Kei-kun,"
"Dadah..." Tsukishima melambai kecil melihat tetangganya hilang ditelan pagar. Tsukishima berjalan masuk ke rumah disambut dengan suara ibunya dari dapur. Dan kakaknya sudah pulang duluan.
Malamnya setelah mandi, sebagai anak yang rajin, Tsukishima mengambil tas dan duduk dia meja belajarnya. Membuka lagi materi-materi yang di pelajari tadi siang, walau pikirannya sama sekali tak fokus ke pelajaran.
Ia mengambil earphone merk Somy dan memutar lagu apa-pun yang ada di MP3 player milik ayahnya, dia pinjam kok, bukan nyolong. Mengantongi MP3 player, Tsukishima naik ke meja belajarnya dan membuka jendela. Meja belajarnya memang menghadap langsung dengan jendela, dari situ ia bisa melihat rumah hantu yang dibicarakan teman-temannya.
Takut? Tentu tidak, ia lebih takut pada bundanya, karena kalau hantu tembus bundanya tidak. Dipukul hantu pasti tidak lebih sakit dari dipukul bunda.
Duduk di meja yang buku-bukunya sudah ia bereskan dulu, Tsukishima kecil menatap penasaran pada jendela yang juga mengarah pada jendelanya, perbedaannya hanyalah tingkatnya. Jendela itu jendela lantai dua sementara jendela Tsukishima adalah jendela lantai satu.
"Coba gitu ada yang ngintip." Gumamnya pelan.
Tsukishima mengerutkan keningnya sesaat namun ia melihatnya, jendela itu bergerak, dan cahaya terlihat seberkas disana. Ada yang membawa lampu pasti.
"Hmm sepertinya pemilik rumah— Yamaguchi-san?— ada disana?" Tanyanya ragu-ragu.
Tsukishima kecil mencondongkan kepalanya ke luar jendela, ia bisa melihat bahawasannya cahaya itu semakin jelas bergerak ke jendela. Warna hijau muda yang ia tebak berasal dari gorden yang menutupi semakin terlihat.
Tak lama lampu itu mati.
Dan gorden pun tersibak. Tsukishima buru-buru masuk kembali ke kamar dan menutup jendela, namun gorden ia biarkan terbuka sedikit untuk mengintip. Matanya menyelisik, ia tidak menemukan eksistensi orang di jendela itu. Ah yasudah, ia kembali belajar saja.
Tok
Tsukishima memekik pelan, ada yang mengetuk jendelanya. Perlahan ia mengintip dari gorden, tak menemukan apapun. Ia menyumpahi apapun itu yang mengetuk jendelanya karena telah membuatnya memekik seperti anak kecil.
Padahal memang anak kecil...
Ia membuka jendela dan melihat keluar, ia menemukan pesawat kertas yang ujungnya terlihat sudah lecek. "ah... Pasti ini yang menabrak jendela ku..." Batinnya
Tsukishima mengambil pesawat itu, bertanya-tanya siapa yang menerbangkannya di jam sembilan malam ini. Wajahnya mendongak. Jendela itu terbuka, seberkas cahaya, yang Tsukishima duga sebagai lampu tidur yang bisa dibawa-bawa menerangi bagian luar jendela itu.
Sesuatu bergerak.
Setengah kepala menyembul dari jendela, mata besar berwarna hijau terang memandang balik Tsukishima. Memelototi.
Tsukishima bergidik dan langsung membanting jendelanya.
"Apa itu tadi?!"
Ingat dengan pesawat tadi, Tsukishima memerhatikan bahwa sesuatu tertulis dalam pesawat kertas itu, perlahan ia membukanya.
"Bonne Soiree..."
Hanya satu kata yang terlintas di kepala Tsukishima.
"Maksud?!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top