#39 : Runaway
"Harry..."
Harry Styles menggigit bibir bawahnya mendengar suara parau gadis yang sangat dicintainya itu. Stella yang duduk di samping Harry, menatap sahabatnya itu dengan cemas. Stella tahu, Harry bukanlah orang yang mudah melepaskan sesuatu. Harry akan mendapatkan Taylor kembali dan Stefan tak akan lepas dari cengkraman Harry.
"Aku sudah ada tak jauh dari tempatmu. Range Rover hitam."
Harry melepaskan sabuk pengaman yang dia kenakan dan membuka pintu mobil. Satu tangannya menggenggam erat ponsel yang menempel di telinganya tersebut.
Mata hijau pemuda itu terarah pada rumah megah di hadapannya. Rumah megah di mana gadisnya berada. Rumah megah yang sudah membuat gadisnya tersiksa. Harry bersumpah, Stefan akan mendapat ganjaran darinya.
"Stefan mengunciku. Aku...takut, Harry. Aku..mereka...mereka akan me-,"
"Tay, aku bersamamu. Kau aman bersamaku, ingat?" Harry berkata lembut. Matanya masih fokus terarah pada rumah megah yang terlihat sangat menawan itu.
"Mengendaplah, lewat jendela yang biasa kugunakan. Tak terlalu tinggi tapi kau harus tetap berhati-hati. Aku akan mengawasimu." Harry memberi perintah seraya hendak melangkahkan kakinya mendekati rumah namun, sebuah suara membuat Harry menahan langkahnya.
"Apa yang akan kau lakukan?!"
Stella sudah berdiri di dekat mobil dan menatap Harry dengan mata melotot. Harry berdecak. "Stel, kau tak akan mengerti. Tunggu di dalam mobil. Aku akan segera kembali. Bersama Taylor."
"Kau gila? Kau ingin menjadi samsak para penjaga di sana?!"
Harry memicingkan matanya. "Stel, aku memintamu menunggu di mobil. Terima kasih."
Setelah itu, Harry melangkahkan kaki menuju ke salah satu sisi rumah tersebut. Stella memperhatikan Harry dengan mulut menganga. Harry tampak sudah sangat mengenal tiap sisi rumah tersebut.
Harry mencapai pagar yang tak jauh dari jendela tempat Taylor berada. Harry menatap cemas ke sekelilingnya. Sepi. Memang tak banyak penjaga di sini. Bodohnya, Stefan hanya memfokuskan penjagaan di sisi depan dan belakang, tidak samping.
Tak lama kemudian, jendela tersebut terbuka secara sangat perlahan. Harry menahan nafas saat melihat gadisnya mengendap-endap ke luar dari jendela itu, tak membawa apapun tapi, penampilan Taylor menjelaskan segalanya.
Pakaian Taylor terlihat basah dan berantakan. Begitupun dengan rambut dan wajahnya yang terlihat sangat letih. Tangan Harry mengepal. Sungguh, sampai mati Harry tak akan memaafkan Stefan Olsen.
Taylor menoleh sesampainya ia di luar rumah. Mata birunya tak menunjukkan cahaya, seperti biasa namun, senyuman tipis terukir di bibir pucatnya. Gadis itu menggumamkan nama 'Harry' saat matanya menangkap keberadaan Harry.
Taylor melangkah mendekati pagar seperti orang kesetanan. Harry menyambut Taylor dengan genggaman tangannya. Merek saling menggenggam. Yang memisahkan mereka hanya pagar tinggi itu.
"Aku takut... Aku tak mau berada di sini..." Suara Taylor terdengar bergetar, sesekali gadis itu menatap kiri dan kanannya. Memastikan jika keadaan aman.
"Kau akan baik-baik saja, Tay. Jika kau ingin ke luar, memanjatlah. Aku akan memegangimu dan memastikan kau tidak akan terjatuh." Harry berkata pelan namun tegas.
"Aku..takut..."
"Tay, kita pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya." Tangan Harry mengelus lembut punggung tangan Taylor. Taylor terdiam dan tampak berpikir keras.
"Kau percaya padaku, kan?" Harry kembali bertanya.
Taylor mengangkat wajah dan menatap dalam mata Harry sebelum menganggukkan kepalanya.
"Aku sangat mencintaimu, kau tahu itu. Aku berjanji, aku akan membahagiakanmu. Aku akan menjadikanmu ratu. Aku..aku ingin menghabiskan hidupku bersamamu, Tay."
Senyuman tipis muncul di bibir Taylor, beriringan dengan air mata kebahagiaan yang mengalir di pipinya.
"Let's go from here. I'll make sure you are safe."
Taylor mengangguk dan menghapus air matanya. Gadis itu mulai memberanikan diri memanjat pagar dengan sangat berhati-hati. Harry memegangi kaki Taylor dengan cemas. Pagar ini sangat tinggi.
Tepat saat Taylor mencapai puncak pagar, sebuah teriakan keras terdengar.
"TAYLOR!"
Taylor dan Harry menoleh, mendapati Stefan yang melotot dari dalam kamar Taylor. Taylor panik, begitupun Harry. Suara derap kaki dan teriakan penjaga mulai terdengar.
"Lompat, Taylor! Aku akan menangkapmu!"
Taylor menatap Harry ragu dan penjaga semakin mendekat. Taylor memejamkan mata sebelum melompat dari atas sana.
Harry menangkap Taylor dengan tepat. Harry menurunkan Taylor dan segera menarik tangan gadis itu untuk berlari bersamanya. Taylor membuka mata dan sudah mendapati dirinya yang diseret untuk berlari oleh Harry ke arah Range Rover hitam yang tak terparkir jauh dari sana.
Taylor menoleh sekilas dan penjaga itu sudah sangat dekat. Harry mendorong Taylor masuk ke dalam mobil, duduk di samping Stella sementara, Harry harus berjibaku dengan dua orang penjaga yang sudah mencapainya.
Taylor tak melihat detail apa yang Harry lakukan pada dua penjaga itu sebelum masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mesin.
Kesadaran Taylor hilang bersamaan dengan laju mobil yang semakin menjauhi neraka itu.
----
Ngetik ulang di hape. Alurnya beda sama yg udah dibuat di laptop. Semua data di laptop lenyap termasuk alur ff ini yang seharusnya udah kelar :"
Maaf kalo ngaco. Thanks yg udah baca...
All the love. A x
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top