#34 : Get Your Girl Back, Harry

Siapa yang tak risih harus pergi ke manapun ditemani orang yang bahkan bukan teman atau siapapun itu? Setidaknya, itulah yang Taylor rasakan, tiap kali ingin pergi ke luar dari rumah. Taylor tahu, Stefan sudah berangkat ke Dubai sejak beberapa jam yang lalu.

Sesekali, Taylor melirik ke arah ponsel yang ada di tangannya. Sungguh, rasanya, Taylor ingin menghubungi Harry dan meminta pria itu agar mau membawanya pergi dari tempat ini. Tapi, tidak mungkin. Sama saja seperti Taylor melibatkan Harry dalam masalah yang sama seperti beberapa tahun lalu.

Tiba-tiba saja ponsel Taylor bergetar. Taylor mengernyitkan dahi mendapati nomor tak dikenal tengah menghubunginya. Taylor mengabaikan panggilan tersebut, hingga lebih dari lima kali nomor yang sama menghubunginya.

Akhirnya, Taylor memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut, sambil menghela nafas.

Astaga, Tay! Kenapa sangat lama mengangkat panggilan dariku?!”

Taylor terdiam sejenak. Siapa ini? Menghubungi Taylor dengan tiba-tiba, tanpa memberitahu siapa dan langsung memarahi Taylor. Tapi, suaranya tak terdengar asing.

Hei, ini aku! Apa kau masih mengingat suaraku? Ini aku, Niall. Kau mengingatku?

Mata Taylor membulat. Niall? Tunggu. Seumur-umur Taylor tak pernah…eh? Bukankah Niall adalah teman Harry yang…berambut pirang itu, kan?

“Niall? Kau bercanda? Bag-Bagaimana bisa kau…?”

Taylor kehabisan kata-kata. Sungguh, akhir-akhir ini, banyak kejutan dalam hidupnya. Dimulai dari pertemuannya dengan Jessica dan Stella secara tak sengaja beberapa bulan lalu, Harry yang kembali menghubunginya dan sekarang Niall?

Aku ada di depan rumahmu sekarang! Bisakah kau mengendap lewat belakang? Aku bersama Louis saat ini!”

Louis.  Mendengar nama itu, pikiran Taylor kembali melayang pada kejadian yang dulu pernah terjadi padanya. Louis adalah orang yang..mendorong Taylor dan mengusir Taylor untuk menjauh dari hidup Harry. Louis tidak menyukai Taylor.

Ayolah, Taylor. Cepat temui kami. Ada yang ingin kami bicarakan. Ayolah, aku tak mau kunjungan kami ke Los Angeles sia-sia.

Ucapan Niall menarik Taylor kembali ke dunia nyata. Taylor mengangguk, walaupun Niall tak akan melihatnya mengangguk.

“Aku akan ke luar sekarang. Di mana lokasi kalian?”

“Tepat belakang rumahmu. Tak ada penjaga di sini. Tak seperti depan rumahmu.

“Aku akan segera ke sana.”

Sudah lama sekali sejak Taylor mengendap-endap untuk dapat ke lua rumah.

*****

“Gadis bernama Celia itu terlihat seperti gadis baik, Harry. Ditambah lagi, dia sangat cantik. Apa lagi yang kurang darinya? Dia terlihat sangat menyukaimu. Apa salahnya membuka hati untuk dia?”

Harry mendesah mendengar ucapan sang Ibu. Harry menggelengkan kepalanya. “Kau tak mengerti, Mom. Aku tidak menyukainya sama sekali. Aku hanya berusaha untuk profesional. Dia aktris dan aku sutradara. Hubungan kami, hanya sebatas rekan kerja.”

Kakak Harry, Gemma, tiba-tiba muncul ke ruang makan sambil menguap dan dengan polosnya berkata, “Tentu saja kau tak akan menerima gadis bernama Celia itu jika tiap malam, yang kau igaukan adalah Taylor, Taylor dan Taylor.”

Harry memicingkan matanya kepada Gemma. “Shut up, Sister.”

Gemma kembali menguap dan menarik kursi yang berhadapan dengan Harry. Masih dengan mata yang sayu, Gemma mengambil roti bakar di hadapannya dan menggigit tepi roti tersebut.

“Kau selalu mengigaukan namanya, tak pernah sekalipun kau memperkenalkan gadis bernama Taylor kepada kami. Setidaknya, beritahu tentang ciri-cirinya atau apa kesukaannya kepada kami, begitu. Kau membuatku mati penasaran dengan Taylor-mu itu.”

Harry memutar bola matanya. “Kau tak akan mengerti. Aku dan dia…kami sudah tak bersama. Dia sudah memiliki hidup baru sekarang dan aku tak mau mengganggu hidup barunya.”

“Maksudmu, dia sudah menikah?” Tiba-tiba Anne—Ibu Harry—ikut berkomentar. Harry mengalihkan perhatiannya kepada Anne dan menggeleng.

“Tidak, belum. Tapi, mereka sudah bertunangan.”

Gemma tertawa keras. Harry menatapnya dengan aneh.

“Ayolah, Harry. Gadis yang sudah menikah saja mau meninggalkan suaminya untuk dapat bersamamu, kenapa kau tak bisa merebut gadis yang sudah bertunangan? Apa kau menyerah begitu saja?”

Harry memicingkan mmatanya. “Kau memintaku untuk menjadi perusak hubungan orang?”

Gemma menggeleng. “Tidak. Tapi, siapa tahu jika dia jodohmu? Jadi, kau tidak merusak hubungan mereka. Kau hanya hadir di hubungan mereka untuk memberitahu gadis itu, jika kaulah jodohnya. Sehingga gadis itu tak salah memilih.”

Perkataan Gemma memang rumit tapi, Harry tak menyangkal.

*****

“Aku sudah melupakan semua kejadian itu jadi, tenang saja. Kalian semua, sudah kumaafkan.”

Taylor tersenyum tipis kepada Louis dan Niall yang duduk di hadapannya. Taylor tak menyangka, dia mampu kembali mengendap-endap ke luar dari tempat tinggalnya dan Stefan, setelah hampir ketahuan oleh seorang penjaga yang nyatanya ada di belakang rumah, hingga akhirnya dia sampai di sini. Di sebuah restoran sederhana yang tak begitu jauh dari tempat tinggalnya.

Louis dan Niall datang hanya untuk minta maaf kepada Taylor, terlebih lagi Louis. Louis menjelaskan semuanya kepada Taylor dan Taylor memahami semua itu. Lagipula, Taylor tak menyalahkan Louis. Hubungannya dan Harry memang kacau sejak awal. Mereka tak seharusnya bersama.

“Bagaimana dengan hubunganmu dan Stefan?”

Louis bertanya, mengalihkan pokok pembicaraan mereka. Niall sedari tadi tak banyak bicara. Pemuda berambut pirang itu masih sama seperti dulu. Masih jauh lebih mencintai makanan daripada gadis.

Taylor menahan nafas sebelum menjawab singkat, “Baik.”

Louis menggeleng. “Jangan bercanda, Taylor. Jika kau tak ingin bersamanya, pergilah. Jangan bersamanya. Kau tidak bisa memaksakan diri untuk terus bersamanya.”

Mata Taylor memicing. “Kau bahkan tak mengerti apapun, Louis. Kita baru bertemu.”

“Kita pernah tinggal di satu atap yang sama, selama beberapa bulan, Taylor. Itu cukup bagiku, untuk mengenalmu dan aku tahu, bersamanya bukanlah keinginanmu.” Louis berkata dengan serius.

Taylor menundukkan kepalanya sesaat sebelum mengangkat wajah dan berusaha tersenyum lebar. “Harry mengirimiku email kemarin. Dia juga ada di Los Angeles. Kalian sudah bertemu dengannya?”

Louis menampilkan wajah hendak protes karena Taylor mengalihkan pembicaraan mereka namun, Niall dengan polosnya menjawab, “Kami akan menemui Harry setelah ini. Kau mau ikut bertemu dengannya? Aku tahu, kau pasti juga belum bertemu dengannya, kan?”

Taylor terkekeh dan menggeleng. “Tidak, terima kasih. Kalian saja yang bertemu dengannya. Aku tak bisa. Aku harus kembali secepatnya. Aku tak mau orang di rumah curiga jika aku terlalu lama ikut dengan kalian.”

“Tapi, kau dulu berani menjauh dari rumah, selama beberapa bulan, Taylor. Kenapa sekarang tidak?”

“Karena semua manusia berubah, Niall.”

Taylor menjawab dengan senyuman tipis di bibirnya.

*****

Kedatangan tiba-tiba Louis dan Niall sangat membuat Harry tak habis pikir. Pasalnya, sudah hampir lima tahun mereka tak berhubungan sama sekali. Harry akui, dia memang masih tak begitu dapat mempercayai Louis tapi, kedatangan Louis dan Niall sekarang, benar-benar tak terduga.

Lebih tak terduga lagi saat Louis menceritakan segalanya, sedetail mungkin. Louis sudah menemukan seseorang dan kembali menjadi pria normal. Louis bilang, dia akan bertunangan dengan gadisnya itu sebentar lagi dan dia berharap Harry dapat datang ke acara pertunangan itu.

Louis sudah membuka sebuah rumah makan di London. Rumah makan yang cukup sukses dengan banyaknya pelanggan. Bahkan, rencananya, Louis akan membuka beberapa cabang dari rumah makannya itu, di kota-kota lain selain London.

Yang lebih mengejutkan lagi saat Louis berkata jika Niall adalah partner-nya dalam membuka rumah makan. Harry tak percaya, Niall yang hanya tahu cara untuk makan tiba-tiba saja bekerja sama dengan Louis untuk membuka rumah makan. Sangat sulit dipercaya.

“Oh, ya, sebelum ke sini, kami bertemu dengan Taylor tadi. Ya, Taylor Swift-mu, Harry.”

Dengan mulut yang penuh dengan makanan, Niall berkata. Harry memicingkan mata kepada Niall, meminta penjelasan. Sungguh, nama Taylor sudah seperti magnet tersendiri untuk Harry.

Louis menahan bahu Niall saat Niall hendak bercerita tentang Taylor. Louis menatap Harry tajam.

Get your girl back, Harry. She needs you.








------------
Sebentar lagi end, insya Allah.
Aku gatau bakal nulis lagi atau enggak. Udah mulai sibuk sama kegiatan baru tapi…entahlah masih ada waktu atau enggak, hehe.
Tapi, kalo ada waktu…ada saran cerita yang kayak gimana? Mungkin aku bisa coba kalo sempet :D
Btw, thanks yang udah bacaa :D

All the love. A x

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top