#33 : Yellow
“Dia membantuku menulis lagu Who Says. Kau tahu laguku yang satu itu, kan?"
Harry mengangguk mendengar perkataan aktris sekaligus penyanyi cantik yang tengah menjadi klien-nya saat ini. Selena Gomez. Siapa yang tidak mengenal Selena Gomez? Mantan Disney yang terkenal berkat talentanya di bidang musik dan akting.
Harry sudah tiba di Los Angeles sejak dua hari lalu, untuk menjadi sutradara untuk video klip terbaru Selena yang berjudul Good For You.
“Kau mengenal Taylor? Aku berteman baik dengannya. Selain penulis lagu yang handal, dia juga sahabat yang sangat baik. Kami dekat sejak beberapa tahun belakangan.” Selena kembali menambahkan dengan ceria. Sang make up artist tetap sibuk memoles wajah Selena sedemikian mungkin. Senyuman tipis muncul di bibir Harry sebelum menggeleng. “Tidak, tidak. Aku tidak mengenalnya. Aku hanya mendengar namanya sekali dan yeah, kau tahu? Aku penasaran. Aku mencari tentangnya di Google dan tak kusangka, kau dan dia berteman.”
Selena terkekeh mendengar ucapan Harry. Memang baru beberapa hari belakangan, Selena dan Harry saling mengenal. Tapi, karena sifat keduanya yang mudah berbaur, tak heran jika mereka terlihat seperti teman lama.
“Kau tertarik dengannya? Kusarankan untuk mundur. Stefan tak akan membiarkanmu berada dekat dengannya. Pemuda itu benar-benar protektif kepada gadisnya.”
Harry mengangkat satu alisnya. “Sebegitu protektif, kah?”
Selena mengangguk. “Ya. Aku sendiri sulit bertemu dengan Taylor, tanpa adanya kawalan dari orang suruhan Stefan. Aku tak mengerti kenapa harus seperti itu tapi, Stefan akan selalu memastikan tak ada yang dekat dengan Taylor. Dia egois.”
“Apa…Taylor tak pernah bercerita tentang bagaimana perasaannya akibat keoverprotektifan Stefan?” Harry kembali bertanya. Sungguh, sejak mengobrol dengan Taylor lewat pesan singkat beberapa hari yang lalu, Harry tak bisa berhenti memikirkan gadis itu. Taylor memang seperti…menjaga jarak?
Selena memicingkan mata. “Kenapa kau sangat ingin tahu tentangnya? Duh, Harry. Kukatakan sekali lagi, jika kau menyukainya, menyerahlah. Taylor sudah dimiliki Stefan. Stefan tak akan membiarkan siapapun merebut Taylor darinya. Stefan akan membunuhmu dalam sekali kedipan jika kau berani mendekati gadisnya.”
Harry memutar bola matanya. “Kau sangat berlebihan, Sel. Mana mungkin seperti itu.”
“Kau tak percaya? Sudah ada beberapa pria bernasib buruk sejak berkata ingin mengenal Taylor lebih dekat, tanpa tahu jika Taylor sudah bertunangan. Stefan punya banyak mata-mata, Harry, jadi…” Selena memotong ucapannya seraya melirik ke kanan kiri sebelum mendekatkan wajahnya ke wajah Harry.
“Aku serius. Jauhi dia. Jangan coba dekati dia jika kau masih ingin hidup tenang di dunia ini.”
Selena menjauhkan wajahnya dan mulai menyandarkan kepala pada sandaran kursi yang tengah dia duduki sementara, si make up artist terus memoles make up pada wajah aktrisnya.
Harry diam sejenak sebelum menghela nafas.
*****
“Aku akan berada di Dubai selama seminggu.”
Suara Stefan memecah keheningan makan malam di antara dia dan juga Taylor. Sejak mereka bertunangan, Stefan mengharuskan Taylor tinggal satu rumah dengannya. Orangtua Taylor dengan senang hati mengizinkan walaupun, Taylor menolak mati-matian permintaan Stefan tersebut. Tapi, Taylor benar-benar tak bisa menentang permintaan orangtuanya.
“Jangan pergi ke manapun tanpa meminta izin kepadaku dan tanpa pengawal. Mengerti?” Stefan bertanya dan Taylor mengangguk perlahan. Stefan berdecak, tak mendapati jawaban apapun dari mulut Taylor.
Menyadari decakan tak suka Stefan, buru-buru Taylor menjawab, “Aku mengerti.”
Stefan mengangguk. “Begitu seharusnya kau bersikap, Taylor. Turuti semua perkataanku. Jika tidak, kau tahu apa yang akan terjadi. Aku tak akan main-main kali ini.”
“Aku mengerti.”
Stefan tersenyum miring.
“Bagus. Teruslah menjadi gadis penurut, Taylor. Apa kau tak lelah dan merasa sakit jika aku terus menyakitimu karena sifat membangkangmu? Sebenarnya, aku adalah pria yang baik. Aku tak suka bermain kekerasan tapi, kau memaksaku untuk menggunakan kekerasan kepadamu.”
Taylor tak menjawab perkataan Stefan kali ini. Suasana hening itu terus berlangsung sampai makan malam selesai dan di saat bersamaan, Stefan mendapat panggilan masuk dari seseorang.
Saat itu pula, Taylor berjalan bergegas untuk menuju ke kamarnya. Tidak, Stefan dan Taylor tidak tidur di kamar yang sama. Status mereka hanya bertunangan, belum menjadi suami-istri. Mereka tak pernah melakukan sesuatu yang lebih dari sebuah ciuman. Saat berciuman pun, Stefan yang memaksa. Taylor tak pernah mau bibirnya dikecup oleh pria sekejam Stefan.
Sesampainya di kamar, Taylor membuka laptop, emailnya. Selama beberapa hari belakangan, hanya satu yang Taylor harapkan. Kabar dari Harry.
Hampir setahun lamanya Taylor tak mendapat kabar apapun tentang Harry, secara langsung. Tapi, Taylor tahu tentang karir Harry yang kian menanjak. Bahkan, setiap hari, Taylor selalu mencari nama Harry Styles di berbagai situs, hanya ingin mengetahui tentang perkembangan Harry.
Kemarin, ketika Harry mulai kembali mengiriminya pesan, Harry tak pernah tahu seberapa senangnya Taylor. Bahkan, Taylor hampir lupa, jika satu jam sebelumnya, Stefan menjambak rambutnya dengan kencang.
Senyuman muncul di bibir Taylor saat mendapati ada email baru di sana, dari orang yang beberapa hari lalu, mulai kembali menghubunginya.
From : [email protected]
Cc : -
Subject : Heeeeyyyy!!
Heeyyyy!!
Kapan terakhir kali kita berkirim email? Sepertinya sudah lama sekali daaannn…aku memutuskan untuk mengirim email lagi untukmu.
Sejak tiga hari lalu, aku mendapat pekerjaan dalam menggarap video klip. Aku mengobrol banyak dengan Selena dan aku cukup terkejut saat Selena menyebut namamu. Kau membuatkan lagu untuknya? Woah, Taylor. Kinda miss your voice, haha
Selena juga bercerita tentang pertemananmu dan dia. Juga, tentang…sifat over-protektif Stefan kepadamu. Aku tahu, aku tak berhak untuk ikut campur urusanmu dan Stefan tapi, um, aku tak tahu. Abaikan saja. Aku bingung harus memprotes apa, hehe.
By the way, aku ada di Los Angeles saat ini. Bagaimana jika kita bertemu? Well, itu juga kalau kau mau. Aku tak akan memaksa.
Semoga harimu menyenangkan, Taylor!
PS: hubungi aku secepatnya!
Senyuman muncul di bibir Taylor. Taylor meletakkan laptop di atas ranjang dan mulai beralih meraih gitar yang ada di sudut ruangan. Taylor menempatkan gitar pada posisi seharusnya, sebelum mulai menyalakan kamera video yang ada pada laptopnya.
Tanpa aba-aba apapun, gadis itu memainkan gitar dan bernyanyi, sesekali tersenyum ke arah kamera laptop. Lagu kesukaan mereka berdua, saat mereka masih bersama.
Yellow, dari Coldplay.
Selesai merekam, Taylor mengirim video cover-nya itu kepada Harry dengan subject : Kinda miss your voice, too.
Sekitar sepuluh menit setelah mengirim video tersebut, Taylor mendapat balasan dari Harry. Balasan yang singkat namun, terkesan sangat tegas dan mengharuskan.
From : [email protected]
Cc : -
Subject : Your number
Taylor, berikan nomor ponselmu kepadaku. Sekarang. Saat ini juga!
Taylor membalas pesan tersebut dengan cepat dan singkat. Benar-benar memberikan nomor ponselnya kepada Harry. Nomor ponsel yang baru dua tahun belakangan dia gunakan. Nomor ponsel yang diberikan Stefan, sejak mereka resmi bertunangan. Stefan mengambil ponsel lama Taylor dan membuangnya, entah ke mana dan memberikan ponsel baru serta nomor baru kepada Taylor. Begitu mudahnya.
Baru satu menit sejak Taylor mengirimkan balasan kepada Harry tentang nomor ponselnya, ponsel Taylor telah bergetar. Taylor membulatkan mata. Nomor tak dikenal menghubunginya dan entah kenapa, jantung Taylor berdegup tak karuan.
Bukan, bukan nomor tak dikenal. Yang menghubungi Taylor adalah nomor yang sangat dikenalnya. Nomor yang sudah dihafalnya di luar kepala. Nomor yang juga mirip dengan nomor ponsel lamanya dulu.
Harry.
Dengan ragu-ragu, Taylor hendak mengangkat panggilan tersebut namun, di saat bersamaan, pintu kamarnya terketuk dan suara Stefan terdengar, memanggilnya dengan keras
Taylor memejamkan mata, melemparkan ponsel yang masih bergetar ke atas ranjang, sebelum berjalan ke pintu dan membalas panggilan Stefan.
“I’m sorry, Haz.”
----
I have no idea how to end this one. Maap kalo makin ngaco. Pengen cepet2 ngelarin tapi masih cari ending yg tepat :(
Thanks buat yg masih mau baca.
All the love. A x
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top