'Til the end of time

Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca☀

.

.

.

.

17 Tahun Kemudian,,,

"Oii, Kana!!!"

Kana yang sedang berbincang dengan teman 1 tim basketnya langsung melirik ke arah suara.

"Oi, Mild!"

"Hah,, hah,, uhuk uhuk,, hah,, shia!! Susah sekali untuk menemukanmu dimana-mana"

Kana mendengus lemah. "Ada apa?"

Mild menyerahkan setumpuk kertas ke hadapan Kana. "Nah"

Kana bingung sampai menaikkan sebelah alis tegasnya. "Apa ini?"

"Naskah untuk kau bacakan saat pidato didepan anak ospek besok"

"Oh. Terima kasih" Kana memasukkan semua kertas itu ke dalam tas yang ia tenteng.

"Oho,, lihatlah murid teladan sekaligus kebanggaan sekolah ini. Dia membuka semua kancing kemeja dan mengganti celana abu-abunya sesuka hati" Mild tiba-tiba mengusap perut sixpax Kana. "Mau pamer perut ke siapa, huh? Dessy?"

Kana menepis tangan Mild dari perutnya. "Murid teladan pantatmu dan berhenti menyebut nama jalang itu!" Berlalu.

"Kana, mau ke mana?" Tanya Mild sambil berteriak.

"Pulang"

"Cepat sekali, Kana. Tidak mau sparing dulu 2 rounde di lapangan? Atau, bermain dengan gadis-gadis yang menunggumu disana" Ucap Earth dengan nada tinggi sambil menunjuk memakai dagu ke arah dimana banyak wanita berkerumun sambil memandang ke arah Kana dan teman-temannya.

"Atau makan di kantin" Teriak Champ.

"Malas. Lain kali saja. Papaku sendirian di toko. Sampai jumpa besok" Melambaikan tangan sekilas tanpa menoleh pada mereka ber-3.

"Berbakti sekali" Lirih Champ.

"Maksudmu?" Tanya Mild.

"Dia terkenal playboy di sini, tapi kalau masalah membantu Papanya, dia nomor 1. Aku mau deh punya anak yang seperti itu"

.

DUG

.

Mild langsung menyikut perut Champ.

"Aw??"

"Pikirkan dulu bagaimana cara kau bertaubat dari ke-15 mantanmu. Aku juga mau pulang. Sampai jumpa besok" Berlari, meninggalkan Champ dan Earth.

Champ dan Earth saling memandang.

"Kantin?" Tanya Champ dan langsung di angguki Earth.

"Let's go!"

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

"KYAAAAAAAAAAA!!! KANAWUT!!!! KAU SUDAH PULANG?" Teriak salah satu pengunjung wanita yang mana memiliki obsesi tersendiri pada ketampanan wajah Kana.

Teriakan wanita itu mampu mengundang kejut bagi semua pengunjung yang hadir di kedai Miu, sampai-sampai, Miu yang sedang merapikan barang ikut terkejut.

Kana memberi senyum tipis pada wanita itu sambil berjalan lurus menuju sang Papa tercinta, Miu.

"Kamu sudah pulang, Nak?"

Kana memeluk Miu yang jauh lebih pendek dengan manja. "Hmm" Mengangguk kecil sambil menghirup aroma vanila di ceruk leher sang Papa.

Miu membalas pelukan Kana.

"Kamu bau keringat. Mandi dulu, sana. Papa sudah siapkan air hangat untukmu" Mengusap kepala Kana.

"Iya, Papaku tercinta"

CUPPPP

Kana mengecup pipi kanan Miu dalam-dalam kemudian beranjak ke kamarnya di lantai 2.

Ketika Kana sudah pergi, Miu baru sadar bahwa pengunjung kedai menatap ke arahnya dan Kana sejak tadi.

Miu berdeham singkat untuk menetralkan ketegangannya.

Sontak, gadis-gadis berhamburan ke sekitar Miu.

"Paman, itu anak Paman?"

"Apakah anak Paman sudah punya pacar?"

"Anak Paman namanya siapa?"

"Itu anak Paman atau kekasih Paman?"

"Paman, orang tadi sungguh sexy dan tampan. Bolehkan aku berkenalan dengannya?"

"Boleh aku berfoto dengan pria tadi, Paman?"

Miu hanya bisa menggaruk pelipis sambil tersenyum, bingung menjawab mereka seperti apa.

"Ehm,, nanti kalian tanyakan sendiri ya sama orangnya langsung. Sebentar lagi dia akan turun kok. Hehehe"

Mendengar hal itu, gadis-gadis menjadi antusias karena dapat bertemu dengan pangeran mereka kembali.

"Baik, Paman! Kami akan menunggu disini. Terima kasih atas informasinya" Perlahan mereka menjauh dari Miu untuk kembali ke tempat duduk masing-masing.

Miu menghembuskan nafas lega sambil tersenyum. *Kana, bagaimana kamu mengatasi penggemar-penggemarmu ini? Maaf karena kamu jadi tampan karena Papa* Sombong Miu dan kembali merapikan barang.

.

30 menit berlalu,,

"Paman, apakah pria tadi akan kembali turun?"

Miu yang sedang melayani pembeli di meja kasir memperhatikan jam tangannya.

"Seharusnya dia sudah turun. Tunggu sebentar, ya. Paman akan coba panggil dia di atas"

"Baik, Paman. Terima kasih"

Selesai melayani pembeli, Miu naik ke atas untuk menemui Kana.

.

CEKLEK

.

"Kana?"

Kana yang sedang makan siang sambil membaca naskah, melirik Miu. "Ya, Papa? Ada apa?"

"Ehm,, kamu tidak berniat untuk turun ke bawah?"

Kana yang mengerti maksud sang Papa menggelengkan kepalanya. "Kana tidak mau. Mereka terlalu kasar. Papa tidak ingat kemarin baju Kana, hadiah dari Papa di hari ulang tahun Kana, rusak karena ulah mereka? Kana tidak suka pada perilaku mereka yang seperti itu" Cemberut.

Miu tersenyum.

.

BLAM

.

Menutup pintu lalu duduk di sisi Kana, di atas ranjang.

"Sayang. Namanya juga penggemar. Tolong maklumi mereka, ya? Mereka terlalu senang karena bisa dekat denganmu dan tidak sengaja merobek bajumu. Lagi pula, Papa tidak masalah soal baju yang rusak itu karena Papa bisa belikan lagi yang baru untukmu nanti"

Kana mengerutkan kening. "Tapi, Pa. Kana tidak suka mereka merusak pemberian dari Papa--humphh"

"Sayang, ayolah. Temui mereka, na? Katakan pada mereka untuk tidak merusak atau kamu tidak akan menemui mereka lagi. Katakan saja pada mereka hal-hal yang membuatmu tidak nyaman. Jika mereka adalah penggemarmu, mereka akan mengerti dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bukannya apa, Papa hanya kasihan pada mereka yang sudah menunggumu sejak tadi" Miu terus beri pengertian sambil mengusap belakang kepala Kana.

Melihat wajah memohon sang Papa manisnya, membuat hati Kana tidak bisa marah & menolak terlalu lama.

"Iya,, iya,, nanti Kana keluar setelah selesai makan"

Miu tersenyum.

"Hmm. Kalau kamu tidak mau menemui mereka lagi, katakan. Jangan buat mereka menunggu sesuatu yang tidak pasti. Oke, sayang?"

"Iya, tapi cium dulu" Menggembungkan kedua pipi lalu didekatkan ke arah Miu.

"Kamu sudah besar, heh!" Mencubit kecil lengan tangan berotot Kana.

"Jadi, Papa tidak mau cium Kana lagi hanya karena Kana sudah besar?" Mengerucutkan bibirnya.

"B-Bukan begitu---"

"Kalau gitu, Kana tidak mau keluar dan menemui mereka. Hump! Biarkan saja mereka menunggu sampai besok"

Miu memijit kening.

"Iya,, iya,, kemari lah, Papa cium" Miu menyerah, membuat senyum lebar terpatri di wajah tampan Kana.

CUPPP

Miu mencium dalam-dalam pipi tirus Kana, membuat Kana menjadi sangat senang dan puas.

Memeluk Miu erat-erat. "Kana sayanggggggggg sama Papa"

Miu tersenyum di balik pelukan Kana, "Papa juga sayangggggg sama Kana"

Miu dan Kana berpelukan cukup lama sampai suara ketukan mengejutkan keduanya.

.

TOK TOK TOK

.

"Nak Miu, kue sudah siap. Bisa Nak Miu lihat dulu sebentar di dapur?"

"Oh--iya, Tante Beti. Sebentar lagi Miu ke dapur"

"Baik" Berlalu.

Miu melepas pelukannya pada Kana. "Papa ke dapur dulu. Jangan lupa keluar dan temui mereka" Mencolek hidung mancung Kana.

"Iya, Papaku sayang"

Miu terkekeh kemudian berlalu keluar dari kamar, meninggalkan Kana yang tengah menatap punggungnya sampai hilang di kejauhan.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Di dapur

"Rasa dari kuenya sudah pas kok, Tan. Bisa bantu Miu untuk membungkusnya satu per satu?"

"Baik, Nak Miu"

Beti dan Miu sibuk membungkus kue pesanan tetangga sebelah yang hendak merayakan acara untuk anak bungsunya.

"Sudah selesai, Nak"

"Oke, baik. Kue ini biar Miu saja yang antar. Bibi bereskan saja semua peralatan disini, ya" Tersenyum manis.

"Baik" Beti segera berlalu untuk bersih-bersih sedangkan Miu, membungkus kue jadi 1 plastik agar mudah di bawa.

Sebenarnya, membuat kue bukan lah fokus utama Miu.

Saat pandemi melanda kota Bangkok 1 tahun yang lalu, toko & kedainya menjadi sepi pembeli.

Miu sempat stress karena dalam 3 bulan berturut-turut, tidak ada pemasukan sama sekali.

Dari sana lah, Miu berinisiatif untuk membuat kue yang pernah ia pelajari dulu saat masih kecil untuk di tawarkan ke tetangga sekitar toko. Yah, paling tidak, cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, gaji Tante Beti, dan membayar biaya bulanan sekolah Kana.

Tapi siapa sangka, banyak tetangga yang suka akan rasa kue buatan Miu.

Pesanan pun kian hari terus membludak, bahkan terkadang, Miu sampai tidak tidur hanya untuk membereskan pesanan tersebut sebagai rasa tanggung jawab.

Sampai suatu hari, Kana membatalkan semua orderan kue secara diam-diam tanpa se-pengetahuan Miu dan pembeli.

Bukannya Kana tidak bersyukur, hanya saja, Kana tidak mau melihat Papanya kelelahan.

Karena hal itu pula, Miu dan Kana sempat berdebat hebat sampai ucapan Kana menyentuh hati Miu. "Papa tidak boleh capek. Kana sudah besar dan bisa cari uang sendiri dari kompetisi di sekolah. Papa dengerin Kana, ya?" Senyuman Kana yang penuh penekanan, membuat Miu hanya bisa menuruti anak kesayangannya tersebut.

Dan hingga saat ini, Miu menerima orderan hanya jika ia kenal orangnya saja, dengan berdalih atas rasa tidak enak hati.

Miu keluar dari dapur dan mendapati Kana yang sedang dikerubungi gadis-gadis.

Dengan sekantong kue di tangan, Miu memperhatikan dari jauh sambil tersenyum saat Kana juga tersenyum disana.

"Tampannya anak Papa. Bangga deh"

Puas memandangi Kana, Miu akhirnya melangkah ke pintu namun---

"Papa! Mau kemana?" Tanya Kana secara spontan memakai mic yang masih melekat di dekat mulutnya, membuat semua orang berbalik dan melihat ke arah Miu.

Miu kagok di tempat.

"Eh?? Eh,, anu,, Papa mau antar kue ke--sebelah?" Telunjuk Miu mengarah ke luar.

Kana melepas mic lalu menghampiri Miu.

"Biar Kana yang bawakan kesana. Papa di toko saja" Kana hendak meraih kantong plastik di tangan sebelum Miu menjauhkannya dari jangkauan Kana.

"T-Tidak perlu, Kana. Jaraknya dekat, kok. Kamu jaga toko sebentar ya, sayang" Mengusap pipi Kana.

"Papa mulai membantah perintah Kana sekarang?" Gulf memancarkan tatapan mengancam, membuat Miu yang melihatnya sedikit takut.

"B-Bukan begitu, Kana. Papa---"

"Permisi, Kak Kanawut. Bolehkah saya berfoto dengan Kakak?" Seorang gadis berambut pirang, masuk di antara Miu dan Kana tanpa melihat situasi.

Kana melirik ke arah gadis itu lalu menaikkan sudut bibir. "Ada syaratnya"

"Syarat? Apa itu, Kak?"

"Sini Kakak bisikkin"

Gadis itu mendekati Kana dan Kana segera membisikkan sesuatu yang tidak dapat Miu dengar.

"Jelas?" Tanya Gulf dan gadis itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Gulf meraih kantong di tangan Miu dengan cepat lalu diserahkan ke gadis tersebut. "Sekarang"

"Baik, Kak" Gadis itu segera pergi dengan kantong berisi kue Miu.

Setelahnya, Kana melirik Miu sambil tersenyum. "Papa, istirahatlah. Kue papa sudah di antar" Mengusap pipi Miu dengan sedikit tekanan.

Miu mengalah dengan memberi anggukkan kecil. Melawan Kana pun rasanya percuma karena kue sudah di bawa pergi oleh gadis tadi.

Miu akhirnya memilih untuk berbalik & kembali ke kamarnya di lantai 2.

Melihat Papanya sudah naik ke atas, Kana melanjutkan aktingnya didepan gadis-gadis yang masih menunggu dengan senyum penuh kepalsuan. "Maaf, tadi pembicaraan kita sampai di mana?"

To Be Continue,,,,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top