I will never disappear
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca ☀
.
.
.
.
CUP
Setelah daging kenyal milik Kana menyentuh daging kenyal milik Miu, Kana langsung mundur, memberi jarak ketika Miu merengek tidak nyaman dalam tidurnya.
Dengan tenang, Kana menopangkan kepalanya memakai satu tangan di samping Miu sambil tersenyum, seolah tidak melakukan apa-apa sebelumnya.
Perlahan, Miu membuka manik cantiknya dan,,,
Deg
Miu kaget, terlihat dari kedua bola matanya yang membesar lalu datar. "Kana?"
"Ya, Pa? Kana di sini" Satu tangan Kana yang terbebas, menyampingkan helai rambut Miu.
"Kamu sudah pulang? Katanya akan pulang terlambat?"
"Tidak jadi"
"Au? Kenapa?"
"Kana rindu berat sama Papa" Memeluk Miu dari samping.
"Kana"
"Ngh?"
"Lepas"
Kana menggeleng ribut. "Kenapa? Papa tidak sayang lagi sama Kana?" Menekuk bibir.
"Jangan keluar dari topik"
Kana semakin menekukkan bibirnya. "Iya,, iya,,, Kana minta maaf, Pa. Kana sudah buat Papa marah tadi pagi. Jangan marah lagi, na?" Membuat ekspresi puppy eyes yang tentu saja susah untuk Miu tolak.
"Kenapa terdengar tidak tulus sekali, ya?" Tanya Miu tanpa menoleh ke arah Kana.
"Papa--ihh. Kana sudah mengatakannya dengan sangat rendah hati, loh. Papa kok begitu sih? Kana nangis nih??" Ancam Kana.
"Kamu sudah besar, Kana. Kamu tidak malu mengancam Papa dengan cara seperti itu?"
Kana menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Kana hanya tau ancaman itu karena Kana terus memakainya pada Miu dari saat masih kecil.
Kana pun berpikir keras dan akhirnya mendapatkan ide.
Kana merubah posisinya menjadi berlutut, masih di atas ranjang. Kedua telapak tangan Kana satukan di dahi dan membungkuk hingga membentuk posisi nungging di samping Miu yang masih terbaring. "Maafkan Kana, Pa. Kana bersalah. Hukum Kana sesuai keinginan Papa"
Miu langsung menoleh pada Kana lalu shock.
Tidak pernah Miu bayangkan Kana mendapat ide seperti demikian.
Cepat-cepat Miu bangkit lalu menggenggam kedua bahu Kana. "Astaga--apa yang kamu lakukan, Kana? Bangun. Dari mana pula kamu belajar minta maaf seperti ini?" Membantu Kana menegakkan tubuhnya, di-iringi senyuman iseng Kana.
"Tapi sebelum itu, Papa maaf'in Kana, tidak?"
Miu berpikir sejenak, membuat Kana kembali cemberut.
"Kalau Papa belum maaf'in Kana, Kana akan terus berlutut sampai-----" Cepat-cepat Kana kembali membungkuk namun di tahan oleh Miu.
"Iyaa,, iyaa,, hentikan. Papa sudah maafkan kamu"
Kana menarik kecil sudut bibirnya kemudian menatap wajah manis sang Papa. "Beneran?"
"Iya. Papa sudah maafin kamu dari sebelum kamu minta maaf. Jangan di ulangi lagi ya" Ujar Miu sambil tersenyum. Tangan kanannya mengusap belakang kepala Kana berulang kali dalam gerakan lembut.
Kana langsung memeluk Miu erat-erat karena senang akhirnya sudah di maafkan. Padahal, Kana tahu betul bahwa ia pasti akan di maafkan, se-nakal dan se-menyakitkan apapun perkataannya, karena Miu sudah terlanjur sayang padanya, sebagai Anak.
"Papa, terima kasih"
Miu mengangguk kecil di pelukan Kana.
"Kamu sudah makan?"
"Sudah tadi di sekolah"
"Sudah mandi?"
"Belum"
Miu terkejut sekali lagi dan reflek mundur, membuat pelukan Kana padanya terlepas. "Astaga! Papa baru sadar kamu masih pakai seragam sekolah"
"Hehehehe"
"Sana mandi dulu. Ini sudah mau malam, Kana. Nanti masuk angin, loh. Kalau sudah masuk angin, jangan minta Papa untuk kerok punggungmu, ya!" Membuat ekspresi marah dengan nada mengancam.
"Iya, Papa. Kana mandi dulu"
CUP
"Mwaahh"
Kana mencuri ciuman di pipi bulat Miu sebelum ia bangkit dan lari ke kamar mandi.
Miu hanya bisa tersenyum sambil menggeleng kecil. "Dasar"
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
KUKURUYUK
.
Bunyi ayam berkokok seperti biasa di pagi hari, membangunkan Miu dari tidurnya.
Baru saja Miu akan mengusap kelopak matanya dari kotoran, Kana datang dan langsung melompat ke sisi Miu dengan wajah berbinar-binar.
"PAPAA!!!!"
"Astaga--Kana!! Kamu mengejutkan Papa saja"
Kana memamerkan gigi rapinya pada Miu sebagai balasan.
"Ada apa? Semangat banget, hm?" Jari lentik Miu mengusap rahang tegas Kana. Miu menoleh ke pakaian yang Kana pakai dan baru sadar jika Kana tidak memakai seragam. Padahal, ini masih hari rabu. "Kamu tidak siap-siap ke sekolah?"
Kana menggeleng ribut. "PA! AYO KITA KE MALL!" Ajak Kana dengan semangat.
Miu bingung, terlihat dari alisnya yang menyatu. "M-Mall? Kenapa tiba-tiba--?"
"Didekat kedai kita ada Mall yang baru buka, Pa! Grand opening hari ini!! Papa kan selama ini selalu dirumah, jadi, Kana mau ajak papa ke sana. Ayo, Pa, siap-siap" Kana berhasil membuat Miu terduduk dalam satu tarikan.
"T--Tapi, Kana, kenapa---bagaimana dengan sekolahmu?"
"Kana libur hari ini, Pa" Memegangi kedua ketiak Miu, hendak membuatnya bangkit dari ranjang.
"Libur? Memangnya sekarang hari libur apa?" Karena tidak berhasil membuat Papa nya berdiri, Kana menggendong Miu ala bridal. "Uwaaa!---Kana!!! Apa yang kamu lakukan?" Miu reflek mengalungkan kedua tangannya ke leher jenjang Kana.
"Menuntun Papa ke kamar mandi" Jawab Kana dengan polosnya.
"Hah??! T-Tunggu sebentar. Turunkan Papa, Kana. Tolong, Papa mau turun"
"Ssst,,,, Papa ku yang manis ini cerewet sekali, sih? Ikuti saja perintah Kana agar kita bisa segera jalan-jalan ke Mall. Bibi Beti sudah siap dan tunggu di bawah. Kalau papa terus berontak seperti ini, nanti Bibi Beti semakin lama tunggu kita" Kana melangkah ke arah kamar mandi dan Miu hanya pasrah di gendongannya.
"Papa bisa mandi sendiri, Kana. Turunkan Papa"
Kana segera menurunkan Miu begitu sampai di dalam kamar mandi, takut Miu kembali marah padanya. "Kana tunggu di bawah" Ujar Kana sambil berbelok setelah melewati pintu kamar mandi.
"Keras kepala sekali sih punya anak?!! Humph! Kalau saja bukan anakku, sudah aku-- ugh ugh ugh ugh" Miu meninju udara berulang kali karena kesal dan setelahnya menutup pintu kamar mandi.
Miu tidak tahu bahwa Kana masih berada di dekatnya dan mendengar apa yang baru saja ia ucapkan. "Lucunya. Aku jadi tidak sabar menjadikan dia sebagai milikku, bukan Papaku" Menarik sudut bibir.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
"WHOAAAAAAA-----BESAR SEKALI MALL NYA, KANA!!" Miu shock sambil melirik sekitar.
"Besar sekali. Sehari jalan pun rasanya tidak cukup untuk mengelilingi Mall sebesar ini. Iya kan, Dek?" Ujar Beti yang ikut berdecak kagum, sama seperti Miu.
"Aku setuju, Bi. Bahkan 2 hari pun tidak akan cukup" Miu masih berdecak kagum, tidak sadar bahwa Kana sejak tadi hampir gila untuk menyembunyikan kewarasannya dari wajah menggemaskan milik Miu.
"Sudah Pa, Bi. Dilihat'in banyak orang tuh" Ujar Kana dengan nada bercanda sambil merangkul Miu yang lebih pendek darinya.
Kana mengajak Miu dan Beti berkeliling sambil melihat-lihat apa saja yang bisa di beli memakai uang tabungannya dari kecil sampai pada satu titik dimana Miu tiba-tiba berhenti pada pajangan baju suatu brand, yang mana berhasil membuat Miu terkesima.
Kana yang peka, melihat ke arah pandang Miu lalu tersenyum. "Ayo kita lihat-lihat toko baju itu dulu"
Miu langsung menggelengkan kepala. "S-Sepertinya mahal-mahal harganya, Kana" Melirik kanan, kiri, atas dan bawah toko tersebut.
Beti ikut melirik ke arah yang sama seperti Miu. "Iya, Dek. Sepertinya barang yang dijual mahal, deh. Lihat saja cara mereka memajang produknya. Tidak seperti pajangan yang Bibi lihat di pasar loak"
"Ayolah, masuk dan lihat-lihat dulu saja" Kana menarik tangan Miu dan Beti untuk masuk ke dalam toko.
"Selamat datang, Tuan dan Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" Ujar seorang pelayan yang mendekati mereka ber-3 setelah berhasil memasuki area toko tersebut.
"Tinggalkan kami untuk melihat-lihat dulu, bisa?" Tanya Kana pada sang pelayan tanpa ada senyum di wajahnya.
Sang pelayan tersebut shock dan menjawab dengan nada gemetar. "B-Bisa, T-Tuan. Kalau membutuhkan bantuan, saya ada di meja k-kasir. Permisi" Langsung berlalu.
Miu yang tidak suka melihat cara bicara Kana, langsung menegur. "Kana, selalu bersikap sopan & ramah saat berbicara pada orang lain" Melototi Kana.
Kana melirik Miu sambil memamerkan senyum lebarnya. "Nih, Kana sudah senyum"
"Ramah, Kana. Bukan senyum" Miu hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah lakunya itu.
"Ah, sama saja lah, Pa. Udah sana lihat-lihat dulu. Kalau ada yang Papa suka, kasih tau Kana" Kana melirik sekitar, sementara Miu masih melototinya seperti anak kecil yang permennya di ambil. "Tuh lihat! Bibi Beti saja sudah ke mana-mana"
"Ya, ampun itu bibir!!! Jangan sampai Kana lahap ya, Pa!" Ancam Kana dan Miu pun langsung menjauh darinya.
Belum jauh Miu melangkah, Miu membalikkan badannya dan kembali mendekati Kana yang masih memandangi nya.
"Apa lagi?"
"Kamu ikut juga" Memegangi blazer Kana.
Kalau saja Kana tidak menganggap Miu berstatus 'Papa' saat ini, mungkin Kana benar-benar akan melahapnya hidup-hidup.
"Iya, ayo" Tersenyum manis yang hanya diperuntukan pada Miu seorang.
Namun, belum sempat keduanya melangkah---
"Permisi"
Kana dan Miu reflek berbalik.
Mengetahui siapa yang memanggil mereka, Gulf langsung shock sedangkan Miu kebingungan dengan menggaruk-garuk kepala.
"Maaf, apakah anda barusan memanggil kami?" Tanya Miu setelah melihat 2 orang, pria dan wanita berusia 40 tahunan, berdiri berdampingan didepannya dan Kana.
Di sisi Miu, ada Kana yang tengah mengepalkan kedua tangan. "Pa, Papa bisa lihat-lihat dulu sendiri? Kana ada urusan dengan mereka"
Miu melirik Kana dan 2 orang asing itu secara bergantian. "Hm" Berlalu pergi sambil sesekali menoleh ke belakang.
"Ikut saya" Kana menarik tangan kedua orang itu untuk menjauh dari tempat dimana Papa manisnya berada.
To Be Continue,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top