I think we could do

Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca☀

.

.

.

.

SMA SCHOOL INTERNATIONAL

TETTTTT

TET TET

TETTTTTTT

.

Bunyi bel sekolah pertanda selesainya jam mata pelajaran.

Murid-murid langsung berhamburan keluar dari kelas menuju tangga untuk segera pulang.

Dan di tengah kekacauan itu semua, terlihat Kana masih mengemasi barang-barangnya dengan gerakan lesu & seorang pria paruh baya sedang menghapus materi di papan tulis.

Biasanya, Kana akan mejadi salah satu murid yang paling bersemangat ketika pulang.

Akan tetapi, hari ini berbeda.

Setelah Papa manisnya mengobati luka pada sudut bibir, sang Papa tidak mau menoleh ke arahnya dan cenderung mengabaikan setiap ia bicara.

Kana tahu, itu wajar.

Kana akui ia memang salah sebelumnya tetapi, tidak perlu sampai mengabaikannya juga, kan?

Kana melamun di mejanya sampai seseorang menepuk pundaknya dengan sentuhan lembut. "Kanawut"

Deg

Kana sempat terkejut sekilas. "Y-Ya, Pak? Ada yang bisa Kana bantu?"

Pria itu tersenyum. "Kamu kenapa? Saya lihat dari tadi, kamu tidak fokus sama sekali di dalam materi yang saya ajarkan hari ini"

Kana menghela nafas lemah sebelum menjawab, "saya minta maaf, Pak"

Masih dengan senyum nya bagai malaikat, pria itu kembali berbicara, "tolong untuk selanjutnya lebih fokus, ya? Kamu tahu sendiri kan kalau 1 minggu lagi kamu akan menghadapi Ujian Nasional? Bukannya apa, saya cemas kamu tertinggal materi"

Kana menundukkan kepala. "Saya mengerti, Pak. Saya tidak akan mengulangi kesalahan lagi"

Pria itu menepuk pundak Kana 2x. "Cepat pulang, gerbang sekolah sudah mau di tutup" Setelahnya berlalu meninggalkan kelas.

Kana mengusap wajahnya dengan kasar dan berlalu keluar kelas menelusuri lorong.

Baru beberapa langkah, Kana kembali di kejutkan dengan suara panggilan.

"Kak Kanawut!"

Kana langsung berbalik, mendapati seorang gadis manis datang padanya.

Alih-alih menjawab dengan ramah, Kana hanya berdeham singkat sebagai jawaban. "Hm?"

"Kak Kanawut, cokelat ini untuk Kakak. Di terima, ya?" Memperlihatkan cokelat ke hadapan Kana. "Aku membuatnya sendiri" Lanjutnya sambil tersenyum malu.

Kana hanya melirik kotak itu tanpa minat.

Ini bukan yang pertama, tapi sudah ke-13 kalinya dalam sehari, gadis-gadis memberinya masakan yang mereka buat sendiri untuk menaklukkan hati Kana, tetapi sayang, tidak ada satupun buatan dari mereka yang Kana terima, membuat Kana mendapat julukan 'Gay' di kalangan murid-murid sekolah tersebut, baik senior maupun junior.

"Maaf, saya tidak suka cokelat" Tolak Kana dengan halus, membuat gadis itu tertunduk lesu.

"T-Tapi, Tapi Kakak bisa menerimanya dulu dan setelah itu, terserah Kakak mau buang atau di makan"

Gadis itu mulai sedikit memaksanya.

Kana mengernyit tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis tersebut. "Kenapa tidak kamu bawa pulang saja dan makan sendiri? Itu lebih baik dari pada di buang. Mubazir"

Gadis itu diam, tidak tahu lagi bagaimana untuk menjawab kata-kata menusuk dari mulut Kana.

"T-Tapi---"

"Sekali lagi saya minta maaf" Kana langsung meninggalkannya begitu saja sampai tidak terlihat lagi di ujung lorong.

"Brengseeeekkkk!!!"

.

BRAKKK

.

Membuang kotak ke lantai, membuat cokelat-cokelat buatannya berhamburan kemana-mana.

"Lihat saja, aku akan mendapatkanmu, Kanawut!!! Kamu belum tahu siapa aku di sekolah ini, huh?" Kedua tangan cantiknya mengepal erat.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

TUK

TUK

.

Kana terus menendang kerikil dengan asal di sepanjang pinggir jalan raya yang sepi.

Sesekali ia juga akan menendang kaleng, botol, kertas, dan apapun yang ia temui di hadapannya untuk melampiaskan semua emosi setelah di abaikan oleh Miu sepanjang pagi hari tadi.

.

TUNG

KLENG

TIT TIT TIT

.

Ditengah asiknya menendang kaleng, Kana dikejutkan dengan klakson sebuah mobil Tesla yang sudah ada di samping dirinya yang mana, mobil itu adalah milik Earth.

"Tumben kau tidak bawa motormu, Kawan" Tanya Earth.

"Masih di bengkel"

"Au? Motormu kenapa?"

"Stang nya bengkok setelah tabrak babi hutan liar kemarin" Menendang pasir.

"HAHAHAHAHAHAHAHHAHAAA"

"Ada yang lucu?" Kana menatapnya tak suka.

"Naik. Aku antarkan kau pulang"

Kana menggeleng ribut. "Aku bisa jalan sendiri. Lagi pula, aku tidak mau cepat-cepat pulang"

Earth melihat banyak kekhawatiran di wajah Kana dan tidak berani bertanya lebih jauh.

"Yakin tidak mau ikut mobilku?"

Kana mengangguk yakin.

"Ya sudah. Aku duluan, bro"

"Ya. Hati-hati"

Earth berlalu jauh begitu cepat dan Kana kembali melamun di tengah perjalanannya.

"Hahh" Memijit kepalanya yang sakit.

Ketika Kana menoleh ke arah kanan, ia melihat mobil dengan ciri dan warna yang sama seperti milik Earth, sudah berada di samping dirinya dalam keadaan hening dan tampaknya, seperti sedang mengikuti langkah Kana.

Kana yang tidak begitu memperhatikan detail, memukul bagian kaca mobil pengemudi, mengira Earth telah sengaja memutar mobil untuk menjahilinya di tengah hatinya yang sedang kesal.

"KENAPA KEMBALI LAGI, BRENGSEK?! AKU SUDAH BILANG KALAU AKU TIDAK MAU IKUT MOBILMU. ENYAHLAH!!"

Dari dalam mobil, keluar 4 orang berbadan besar dengan pakaian formal, turun dan menarik paksa Kana ke dalam mobil.

Kana yang sangat terkejut dan tidak sempat membela diri, dapat di bawa oleh mereka yang kuat dan cepat.

"BRENGSEEEEKKK!!!! LEPASSSSSS!!!!!!!!!!!"

Salah satu pria memukul belakang leher Kana dengan kuat, membuat Kana tidak sadarkan diri.

Begitu mendapatkan Kana, mobil itu langsung melaju dengan cepat, membelah sepinya jalan.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

"Ughh,, kepalaku"

Kana meringis, sambil memegangi kepalanya yang masih pusing.

"Tuan sudah sadar?" Ujar bodyguard wanita yang mana pernah mendatangi Kana di Mall tempo hari.

Deg

Kana langsung membuka matanya lebar-lebar lalu bangkit dari sebuah ranjang mewah.

"K-KAUUUUUU??! KENAPA AKU BISA ADA DISINI??! SIAPA YANG TELAH MEMBAWAKU KE SINI???!! AKU DIMANA??! APA YANG TELAH TERJADI?!! KAU--KAU HARUS TUNJUKKAN PADAKU JALAN KELUARNYA SEKARANG!!!!!!!" Teriak Kana.

"Tenanglah, Nak"

DEG

Suara ini, suara yang tidak ingin Kana dengar sejak 5 tahun yang lalu.

Kedua mata Kana semakin lebar, bahkan terlihat hampir keluar dari tempatnya.

"K--K--KAUUUUUU????!!!!" Menunjuk seorang pria baya berumur 50 tahunan dengan rambut dan jenggot putih, berpakaian layaknya seorang bangsawan, berjalan penuh wibawa ke arah Kana.

"Sopan kah menunjuk Ayah Kandungmu seperti itu, Anakku?"

Kana langsung menggeram kesal.

Mengeratkan rahangnya kuat-kuat, seolah ingin memangsa pria baya itu hidup-hidup.

"KAU BAJINGANNNNNNNN!!!!!!!! KENAPA MENCULIKKU???!! KENAPA KAU MEMBAWAKU KE SINI??! BUKANKAH SUDAH JELAS KU KATAKAN WAKTU ITU BAHWA AKU TIDAK MAU KEMBALI PADA KALIAN???! KALIAN SUDAH MEMBUANGKU, BANGSATTTTTTTT!!!!"

"Sayang, tenanglah"

Terdengar suara bernada halus dan lembut, ikut ke dalam ruangan yang mewah tersebut yang mana suara itu berasal dari Ibu Kandung Kana, Freya Chatucak Traipipattanapong.

"KAU LAGI??!!!!" Kana mengalihkan telunjuknya dari sang Ayah kepada sang Ibu.

"Jaga bicaramu, Kanawut. Dia Ibumu" Ucap Ayah Kandung Kana, Fedrick Stanley Traipipattanapong.

Tentu apa yang terjadi saat ini, membuat Kana semakin menggeram marah.

Telapak tangannya sudah mengeras sejak tadi, siap memukul bajingan didepannya yang sudah membuang dia waktu masih bayi.

Kejadian itu, tidak akan pernah Kana lupa.

Bagaimana orang tua kandung sendiri membuangnya dengan alasan mereka yang sungguh tidak bisa Kana terima.

"Kalian mau apa dariku? Ingat bahwa kalian sudah membuangku sampai ke titik terendah. Kalian tidak puas? Oh, aku tahu. Kalian pasti kecewa karena pada awalnya, kalian menginginkan aku mati, bukankah begitu, orang terhormat?" Ujar Kana dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Tidak, Kana! Itu tidak benar. Kami sudah jelaskan padamu yang sebenarnya dari tempo hari. Kami terpaksa, Kana. Hikss,, kami terpaksa,,----"

"DIAMMMMMMMM!!!!!!!! AKU TIDAK MENYURUHMU UNTUK BICARA YA, BANGSAT!!!"

"KANAWUT!!!!!!!" Pria baya yang sejak tadi tenang, mulai geram ketika Kana meneriaki sang Istri tercintanya.
"Apa yang dikatakan Ibu mu itu adalah benar, Kana. Mau kamu percaya atau tidak, tapi itulah kenyataan yang tidak bisa kamu tolak. Kamu ANAK KANDUNG kami, satu-satunya. Itulah mengapa kami terpaksa menaruhmu di semak-semak saat 17 tahun yang lalu dengan menaruh satu orang kepercayaan kami untuk menjagamu disana karena kami takut kamu akan terbunuh bersama kami. Semua sudah Daddy jelaskan padamu 5 tahun yang lalu. Semuanya tanpa terkecuali, Kana. Kenapa kamu masih tidak mengerti juga??!"

Kedua tangan Fedrick mengusap punggung sang Istri, mencoba menenangkannya.

Kana mengernyit kan dahi.

Kana tidak mau mengakui kebenaran pahit itu.

Di buang, tetap lah di buang.

Alasan sekuat apapun yang membelakanginya, Kana tidak bisa terima bahwa ia anak yang dibuang oleh kedua orang tua kandungnya sendiri.

"Aku mau pulang. Tunjukkan padaku jalan keluarnya" Melotot pada kedua orang tuanya secara bergantian.

"Kamu sudah pulang, nak. Ini rumahmu---"

"TIDAKKKKKKKKKKKKK!!!! INI BUKAN RUMAHKU!!!! KALIAN TELAH MENCULIKKU!!! AKU MAU PULANG!!!!!"

"Hikss,,, hikss,,, anak kita, sayang,, hikss,, hik" Hati Freya teriris-iris mendengar ucapan menyakitkan Kana.

Memang dirinya dan sang suami telah bersalah membuang Kana 17 tahun yang lalu, tapi, itu mereka lakukan karena mereka tidak ingin kehilangan Kana.

Flashback ON

.

17 Tahun yang lalu,,,,

Saat itu, terjadi penyerangan yang dikomando oleh musuh Fedrick, Billy Zane.

Bersama sekutu yang lain, Billy menyerang mension Fedrick secara acak dan tiba-tiba.

.

TAP TAP TAP TAP

.

"Hah,hh,,hahh,,,,Bos, darurat,, darurat. Anak buah Billy menyerang tempat ini"

"APAAAAAA??!!!" Fedrick langsung naik pitam.

"M-Mereka sudah di lobby mansion, Bos. K-Kami menunggu perintah dari anda"

Sebagai seorang ketua mafia dengan ekonomi yang paling makmur dan di takuti, Fedrick memiliki banyak sekali musuh yang berselimut di dalam kata teman.

Diam-diam mereka berusaha menusuk Fedrick dengan berbagai cara, dari yang biasa sampai luar biasa dan salah satunya adalah penyerangan tiba-tiba ini.

"CEPAT, SURUH YANG LAIN BERKUMPUL! KITA LAWAN DIA. SIAPKAN SENJATA MASING-MASING"

"Baik, Bos"

Orang kepercayaan Fedrick berlalu, menjalankan perintah.

Fedrick yang berada di ruang tamu mension, langsung berlari menuju kamar sang buah hatinya di lantai 2 mansion, yang saat itu baru berusia 3 bulan.

"Sayang, gawat"

Freya yang saat itu tengah menidurkan Kana, ikut panik melihat kepanikan Suaminya.

"A--Ada apa, sayang? Apa yang terjadi di luar sana?"

"Kita di kepung oleh Anak buah Billy"

"APA???!!!!"

"Sigh,,sigh,, nghh,, oekkk,,, ekk,, oeeekk,,"

Teriakkan kaget Freya, tanpa sengaja membangunkan Kana dari tidurnya.

"Bukankah dia kolega kepercayaanmu? Kenapa dia menyerang kita? Apa yang terjadi? B-Bagaimana dengan anak kita, sayang?! Hikss,, aku tidak mau anak kita kenapa-kenapa. Bagaimana ini??!" Freya semakin panik didepan Fedrick.

Fedrick sampai memutar-balikkan otaknya di tengah keadaan genting itu. "Hanya ada satu cara, sayang"

"Apa itu?! Katakan"

.

BRAKKKK

To Be Continue,,,,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top