D
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca☀
.
.
.
.
"Hikss,, hik,,,!"
"Hikss,, jangan,, hiks,,"
"JANGAN,, MIU TIDAK MAU,,, MIU TIDAK MAU--HIKSS,, HIKSS,,LEPASIN MIU--HIKSS,,"
Kedua tangan Miu memukul udara.
"Nak??"
Mint yang baru saja keluar dari kamar mandi, bergegas mendekati ranjang Miu.
"Nak, apa yang terjadi? Nak, bangun" Mengusap pipi bulat Miu.
Ini sudah 6 hari sejak Miu dibawa ke rumah sakit, Miu belum saja sembuh dari traumanya.
Setiap tidur, Miu selalu meracau seperti nangis, teriak, bahkan memohon dengan suara paraunya pada ruangan kosong.
Di sisi lain, Mint berusaha untuk selalu menemani Miu melawan traumanya. Menjaga Miu, merawat Miu seperti layaknya anak sendiri.
Mint juga tidak memaksa Miu untuk langsung melupakan kejadian yang membuatnya trauma karena Mint mengerti bahwa Miu masih belum bisa sampai ke tahap itu. Tahap dimana Miu bisa mengikhlaskan dan melupakan sesuatu yang telah terjadi.
"HIKSS,, JANGAN, OM,, HIKSS,, PERGI!!" Menepis tangan Mint yang Miu kira adalah tangan Leo.
"Sayang, ini Bibi,,, hikss,, Miu,, sadar, Nak"
Kedua mata Miu menutup rapat karena yang ada di bayangan Miu saat ini adalah Leo, bukan Mint.
"JANGAN OM,, HIKSS,,, SAKITT,, HIKSS,, MIU TIDAK MAU--HIKSS,, PERGIIIIIII!!!"
Mint tidak tahan lagi melihat pergulatan Miu dengan mimpi buruknya sendiri.
Mint coba untuk membangunkan Miu dengan meninggikan suaranya secara terpaksa, berharap Miu segera sadar.
"BANGUN, NAK,, INI BIBI,, HIKSS,, SAYANG,, BANGUN, NAK MIU!!!!!"
Deg
Miu membuka kedua mata secara tiba-tiba, menatap langit kamar rumah sakit.
Melirik ke arah dimana Mint berada. "Bibi!!!!! Hikss,,,"
Cepat-cepat Mint memeluk Miu yang masih terbaring dan berbisik, "Bibi disini" Tangan kanan Mint mengusap punggung Miu.
"Hikss,,, hikss,, Bibi,, Miu mimpi buruk lagi,, hikss,, Miu takut, hikss,,, Miu mimpi kalau Om jahat itu datang lagi dan,, dan,,hiks,, dan---"
"Ssst. Jangan dipikirin lagi. Selama ada Bibi disini. Om jahat itu tidak akan bisa menyentuh kamu" Mengusap air mata di pipi bulat Miu.
Memeluk Mint. "Bibi jangan tinggalin Miu. Miu sayang Bibi--hikss,, hik"
Mint tersenyum.
Di bayangan Mint, wajah Miu berubah menjadi wajah anaknya yang sudah meninggal, membuat air mata Mint keluar tidak terelakkan lagi.
Mint membalas pelukan Miu tidak kalah erat. "Bibi juga sayang Nak Miu"
Mereka berpelukan cukup lama sampai Dokter dan Suster masuk ke dalam ruangan.
"Maaf mengganggu waktunya sebentar. Saatnya pemeriksaan" Ujar Dokter Ayman sambil tersenyum dan memamerkan stetoskop di tangannya.
"Oh, iya, silahkan, Dok" Ujar Mint masih dalam posisi memeluk Miu.
Mint menyingkap baju Miu ke atas, mempersilahkan sang Dokter untuk menempelkan stetoskop dinginnya di permukaan kulit putih mulus Miu.
"Tidak suntik kan, Dok?" Tanya Miu sambil memperhatikan sang Dokter yang kini tengah memeriksa punggung dan perutnya.
Dokter itu tersenyum, "Saya tidak akan menyuntik kali ini---"
Baru saja Miu hendak bernafas lega,,,,
"---tetapi saya akan memberikan obat tambahan seperti vitamin dan salep"
"Miu tidak mau obat, Dok. Pahit. Uek" Ujar Miu dengan nada gemas.
Mengusap rambut Miu, "kalau tidak minum obat, kamu tidak akan sembuh. Kalau tidak sembuh, saya suntik lagi. Mau?"
Miu langsung menggeleng ribut.
"Pintar. Jadi, habiskan obat yang saya kasih, ya"
Miu mengangguk dengan sangat terpaksa.
"Ayo rebahan. Saya mau periksa lubang kamu"
Miu jelas sekali ragu untuk melakukan apa yang Dokter Ayman itu perintahkan.
Miu masih trauma, sampai-sampai tidak mau membuka paha agar Dokter dapat memeriksa luka pada lubang nya.
Miu melirik ke arah Mint yang mengulas senyum tipis, "tidak apa-apa. Dokter itu tidak jahat. Bibi akan melindungimu di sini" Mengusap rambut Miu.
Ucapan Mint membuat Miu sedikit tenang dan mulai merebahkan tubuh kecilnya di atas ranjang, membuka celana hingga melebarkan kedua pahanya ke samping sampai lubangnya terlihat dengan jelas di hadapan Dokter tersebut.
Dokter itu memasukkan telunjuknya ke dalam lubang dengan sangat perlahan, takut menyakiti Miu, sambil menyenternya agar jelas melihat luka.
Kedua tangan kecil Miu mengerat pada sprei ranjang selama telunjuk Dokter masih berada di dalam lubangnya.
Beberapa detik kemudian, Dokter itu mengeluarkan telunjuknya kembali. "Baik, pakai kembali celanamu, Nak. Lukamu sudah sembuh 90%. Teruskan pakai salep sampai benar-benar sembuh, ya" Ujar sang Dokter sambil menepuk pundak Miu yang sedang menaikkan celananya.
"Baik, Dokter. Terima kasih"
"Dok, apakah dia sudah bisa pulang siang ini?" Tanya Mint.
"Tentu saja. Anak Ibu sudah lebih baik dari sebelumnya asal pemberian obat dan salep jangan berhenti sampai luka pada lubang anak Ibu benar-benar sembuh"
"Baik, Dok. Akan saya ingat. Terima kasih"
Dokter menulis sebuah resep obat di kertas lalu ia berikan kertas tersebut pada Mint. "Baik, kalau begitu saya permisi dulu" Dokter beserta Suster itu pergi setelah menerima anggukkan dari Mint.
"Nak Miu, mau ikut bersama Bibi?"
"?" Menatap Mint dengan wajah bingungnya.
"Ayo kita pergi jauh dari Om jahat itu"
Mendengar kata 'pergi jauh dari Om Jahat', Miu langsung mengangguk setuju. "MIU MAU!! AYO KITA PERGI, BI. MIU MAU IKUT BIBI KEMANAPUN ASAL TIDAK BERTEMU OM JAHAT ITU" Ujar Miu dengan wajah senang bukan main.
"Ya, Nak Miu. Bersiaplah dan kita pergi jam 11 siang nanti setelah Bibi ambil obatmu dulu, ya?"
Miu terus mengangguk sebagai jawaban.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Pukul 11 Siang
Terlihat saat ini Mint tengah melipat baju yang rumah sakit berikan secara gratis.
Mint asyik melipat baju sampai tidak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, waktunya ia ambil obat Miu di lantai 1 rumah sakit.
Mint yang larut dalam kegiatan melipat bajunya merasa tanggung jika tidak langsung ia selesaikan.
"Miu"
Miu yang tengah asyik mengayunkan kaki di sisi ranjang langsung melirik ke arah Mint, "ya, Bi?"
"Bisa tolong ambil obat di lantai 1? Bibi lagi tanggung. Tinggal 10 pasang baju lagi yang belum Bibi lipat"
"Oke, Bi" Miu segera bangkit dari ranjang lalu berjalan ke arah meja untuk mengambil kertas berisi resep yang ditulis oleh Dokter Ayman sebelumnya.
"Kamu tahu kan tempatnya?"
"Tahu, Bi. Miu kan pintar, hehehe" Memamerkan gummy smilenya, membuat Mint gemas.
Mencubit pipi berisi Miu, "iya yang paling pintar, kesayangan Bibi" Tersenyum.
"Hati-hati, ya. Kalau sudah selesai, kamu tunggu saja di sana. Bibi akan menyusulmu sebentar lagi"
"Ya, Bibi" Miu berjalan ke arah pintu di iringi dengan lompatan kecil, membuat rambut mangkoknya naik turun di udara.
Mint tertawa kecil melihat tingkah Miu yang sangat menggemaskan. "Dasar" Menggelengkan kepala dan kembali melipat baju setelah pintu ditutup oleh Miu dari luar.
Selang 15 menit kemudian, Mint selesai melipat semua baju dan memasukkannya ke dalam ransel kecil.
.
CEKLEK
BRAKKK
TUK TUK TUK TUK
.
Suara langkah kaki terdengar sampai ke telinga Mint.
"Nak Miu, kamu datang tepat waktu. Bibi baru saja selesai melipat baju ka----" Belum selesai ia bicara, Mint harus dikejutkan dengan seseorang yang berdiri di depannya yang ternyata adalah,,,,
.
PLAAAAAKKKK
.
Tanpa aba-aba, orang itu memukul kuat pipi kanan Mint sampai Mint terjatuh ke lantai.
Mint sangat shock.
Kedua bola mata Mint membulat sempurna.
"K-Kau? K-Kenapa bi----AAKKHH!!"
Orang itu berjongkok lalu menjambak rambut Mint dengan kuat.
"Dimana anak itu berada?"
"AKH,,, LEPAS,,, SAKIT" Kedua tangan Mint berusaha melepas tangan orang itu yang tengah mengeratkan cengkraman pada rambutnya.
"JAWAB PERTANYAANKU!! DIMANA ANAK ITU SEKARANG, KEPARATTTTTTT!!!!!!"
Cengkraman orang itu yang tak lain adalah Leo, terus menguat sampai Mint mengeluarkan air mata karena kulit kepalanya ikut ketarik dengan kuat pula.
"Saya tidak tahu---"
"PEMBOHONGGGGGGGGGG!!!!!"
.
PLAAAAKKKK
PLAAAAKKKK
BUGHHHHHH
BUGHH
BUGHHHHHH
.
"AKHHHH---!!!"
Mint kembali merintih karena Leo menjambak rambut setelah memukul tubuhnya bertubi-tubi.
"KU TANYA SEKALI LAGI! DIMANA ANAK ITU SEKARANG????!!!"
"Hikss,,, hikss,, saya benar-benar tidak tahu"
Mint terus berbohong, membuat Leo geramnya bukan main.
Leo melirik sekitar sampai matanya melihat sebuah pisau buah di atas meja yang tidak jauh dari posisinya saat ini.
Ia pun meraih pisau itu lalu menaruhnya di leher Mint.
"JAWAB DENGAN JUJUR ATAU PISAU INI MELAYANG DI LEHERMU" Ancam Leo.
Bukannya takut, Mint malah mengatakan, "anda mau bunuh saya? Silahkan--hikss,, silahkan saja. Silahkan bunuh saya. BUNUH SAYA SEKARANG!!!!"
.
CEKLEKK
.
"Bi, kenapa Bibi lama sekali? Miu-----!!"
.
BRUGHHH
.
Semua obat di tangan Miu jatuh hingga berceceran di lantai.
Semuanya terdiam dan saling mengunci tatapan mata masing-masing. Mint pada Leo dan Leo pada Miu.
"Disini kau rupanya, jalang kecilku"
To Be continue,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top