9
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca🐣
.
.
.
.
TOK TOK T--TOK TOK
TOK TOK TOK TOK----
CEKLEK
.
"UWAAAAAA!!"
.
BLAM
.
"Hah,,,hah,,,h--hah" Miu menetralkan nafas terkejutnya di dalam kukungan Kana pada dinding mansion yang dingin.
Tangan kanan Kana membelai setiap jengkal kulit wajah Miu dan tanpa Miu sadari, Kana terus memajukan wajahnya, sedikit demi sedikit. "Besok dan selamanya, tidak perlu mengetuk karena pintuku selalu terbuka untukmu" Tersenyum dan---
CUPPP
Menyesap bibir berisi Miu yang sangat menggairahkan, melupakan dinginnya udara karena posisi Kana saat ini baru selesai mandi, hanya memakai handuk yang melilit pinggang untuk menutupi aset pribadi milik Miu seorang.
"Mmmpphh,,,mmm"
"Empp---na--emm,,,, mmmpp--Kan-mppp--ahhhm"
Miu sulit melepaskan diri, sebagaimana ia sudah berusaha dengan memukul pundak singa lapar yang pernah berstatus sebagai Anak Angkatnya tersebut.
Tidak lupa, Kana memasukkan lidah panjangnya tanpa izin ke rongga mulut untuk meraup saliva manis milik Miu kemudian menyedotnya sebanyak yang bisa ia raup.
"Kan---hemmmmpppppp!!!!"
Walau sebenarnya Kana belum puas, ia lebih memilih untuk mengalah dan membiarkan Miu untuk bernafas.
"Hah--uhukk,, hah,, hahh---ishhh---"
.
PUK
.
Memukul dada bidang Kana. "Kebiasaan" Memberi tatapan sinis yang semakin menambah kesan imut di mata Kana.
"Terima kasih, aku memang luar biasa, kan? Aku tahu" Menarik sudut bibir.
Miu tidak bicara lagi lalu memalingkan wajahnya ke bawah dan sontak membuat Miu terkejut sekali lagi karena sejak tadi, tubuh Kana hanya di balut dengan handuk.
Miu reflek menutup wajahnya memakai dua tangan lalu membelakangi Kana. "Shiaaaaaa!!!! Cepat pakai baju!!"
Melihat reaksi gemas yang Miu lakukan, tak elak membuat Kana semakin ingin mengerjainya. Diam-diam ia membuka lilitan handuk, menampilkan adik kekar Kana yang mengacung dengan gagah ke depan sedangkan Miu, masih menutup mata dan menunggu.
Kana berjalan santai menuju lemari besar lalu memilih pakaian kantor dengan gerakan lambat seolah di buat-buat agar Miu menjadi tidak sabar dan melihat ke arahnya.
"Kenapa datang ke kamar? Oh, apa kamu merindukanku?"
"Ku dengar kalau kamu mau pergi"
Menaikkan sebelah alis. "Lalu?"
"Ehm,, b-boleh aku ikut?"
"Tidak"
Deg
Jawaban Kana begitu cepat, singkat, padat, dan jelas.
"Kana"
"Diam di sini saja. Lebih aman" Memilih celana dalam.
"Aku---" Menundukkan kepala.
"---bosan. Teramat sangat. Boleh aku ikut kamu pergi? Kali ini saja. Ke kantor juga boleh asal tidak di rumah ini terus. Na,, na,, na,,?"
"Kalau mau memohon, lihat ke arahku! Jangan ke lantai. Aku tidak berada di bawahmu, na"
Perlahan, Miu buka kedua tangan nya dari wajah, membuka mata lalu melirik ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan Kana dan betapa terkejut Miu ketika mata suci nya melihat bongkahan pantat berotot Kana, menghadap ke arah nya seolah sedang mengatakan, 'apa kau lihat bongkahan pantat sexy ini, sweety boy?'
Wajah Miu seketika merah padam dalam hitungan detik dan berteriak, "KYAAAAAAAA---KANAWUTTTTT, KAU BENAR-BENAR MESUMMMMMMMM!!!!" Lari menuju pintu dan membanting nya.
.
CEKLEK
BRAKKKKKKKK
.
Kana hanya bisa menatap pintu kamar dalam keadaan bingung dan kaget. "Aw? Ada apa dengan nya?" Mengusap dada.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
TOK TOK TOK
.
"Miu, tolong buka pintunya"
.
TOK TOK TOK
.
Sudah 30 menit Kana berdiri di depan pintu kamar Miu yang terkunci dari dalam, membuat Kana hampir tersulut emosi.
"Kalau tidak buka pintunya sekarang, jangan salahkan aku ya kalau aku dobrak?!"
.
TOK TOK TOK
.
"Tuan, sudah waktunya berangk----"
Reflek berbalik, "IYA, TAHU!!! TUNGGU DISANA! AKU BELUM LIHAT WAJAH NYA---AKU BELUM BISA PERGI" Kembali menatap pintu kamar Miu.
"MIU, PLEASE, JANGAN PANCING EMOSIKU"
.
TOK TOK T---
.
"AKU TIDAK AKAN BUKA PINTU SEBELUM KAMU IZIN'IN AKU UNTUK IKUTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!!!!!!!"
DEG
Baik Kana maupun Joss sama-sama shock lalu melirik satu sama lain.
"T-Tuan, menurut saya, biarkan saja Tuan Miu ikut. Siapa tahu, Tuan Miu sangat jenuh di mansion ini terus--mmpp" Mengatupkan bibir rapat-rapat setelah menerima tatapan sinis dari Kana.
"E--Emm,, s-saya lupa sesuatu. Permisi" Cepat-cepat pergi sedangkan Kana, kembali melirik kamar Miu dan keadaan menjadi hening dalam beberapa saat, tanpa suara.
Kana menutup kedua mata lalu ia buka kembali pada detik berikutnya.
"Baik, kamu boleh ikut. Sekarang buka pin---"
.
CEKLEK
BRAKKKK
.
"AYO PERGI!" Miu cepat-cepat lari ke lobby mansion, meninggalkan Kana yang masih shock di tempatnya, merasa telah dipermainkan.
"Shiaaa--BABYYYY!!!!" Mengejar Miu yang telah menjauh.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Dari dalam mobil mewah milik Kana, Miu tidak henti-hentinya mendongak kan wajah ke langit, melihat seberapa tinggi bangunan yang bisa ia lihat dari bawah.
Dan tidak henti-hentinya Miu terpesona. Sesekali ia memuji kerja keras pemilik dari berbagai perusahaan raksasa tersebut.
"Whoaaaaaaaaaaa---gila!!! Tinggi sekali" Kepala Miu sampai keluar dari jendela.
"Siapa dulu yang punya? Kekasihmu gitu, loh" Kana merasa sangat bangga dan sombong dalam waktu bersamaan sampai hidungnya terlihat maju 20CM.
"Masukkan kepalamu. Bahaya, Baby. Nanti kepalamu nyangkut di papan iklan, bagaimana?" Menarik kepala Miu dengan lembut ke dalam lalu menutup kaca mobil.
Walau kaca sudah di tutup, tidak membuat semangat Miu surut. Miu terus memperhatikan gedung pencakar mewah itu sampai mobil berhenti di lobby.
"Selamat pagi, Tuan Kanawut dan Nyonya Miu" Mengembangkan senyum ramah.
Deg
Miu yang awalnya terkejut dan kesal di sebut seperti itu, langsung lupa oleh belaian kasih sayang dari Kana secara tiba-tiba pada belakang kepalanya.
"Ayo, Baby" Tangan kekar Kana, merangkul pinggang ramping Miu.
Mau tidak mau karena sudah di dorong oleh tangan Kana, Miu ikut berjalan masuk ke dalam.
Sepanjang Kana & Miu masuk, mereka telah di sambut oleh banyak staff yang sudah berbaris rapi, baik wanita maupun pria, dari pintu masuk lobby sampai meja pelayanan pelanggan.
Mereka semua membungkuk sampai Kana dan Miu tidak terlihat lagi di ujung koridor.
"Pria tadi yang di gadang-gadang sebagai calon Istri dari Pak Kana?"
"Entahlah. Aku bahkan baru tahu kalau Pak Kana itu suka pria" Menunduk lesu.
"Pria yang berada di samping Pak Kana manis juga, ya. Cocok deh mereka"
"Huss!! Jangan bercanda! Lebih cocok lagi kalau Pak Kana gandeng wanita dan wanita itu adalah aku" Setelahnya menerima sorakan semua orang di sekitar.
"Uuuuuuuuuuuuuuu"
"Masih lebih cocok pria manis tadi dengan Pak Kana dibanding kau"
"Cih, tidak suka? Ayo maju kau" Lawan nya maju 3 langkah dan langsung di cegah.
"Stop disana!! Ayo maju tapi sampai disini. Ayo maju" Terus memberi batas transparan memakai ujung kakinya dengan membuka jarak lebar.
"Halah! Bilang saja kalau takut!"
"Kenapa pada berkumpul disini semua?"
DEG
Hanyut dalam perkelahian kecil, semua yang ada disana menjadi hilang konsentrasi dan bergindik ngeri ketika bos utama mereka, sudah ada di antara mereka tanpa mereka sendiri sadari.
"S--Se--Selamat Pagi, Tuan dan Madam" Membungkuk, di ikuti yang lain.
"Hm" Melirik sekitar.
"Dia sudah datang?"
"B-Baru saja, Tuan"
Pria itu pergi begitu saja bersama satu wanita berumur sebaya dengan nya, menuju ruangan Kana di lantai 71.
"Fiuh, hampir saja!" Mengusap dada lalu melirik sekitar.
"Bubar semuanya. Sudah tidak ada yang menarik untuk di lihat dan kembali ke tempat kalian. Laporan harus segera diserahkan padaku paling lambat jam 1 siang" Meninggalkan tempat, di ikuti yang lain.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Kana memeluk tubuh kecil si manis dari belakang yang sejak tadi tidak berhenti menatap pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi gedung mewah milik Kana dari kaca besar.
Miu sempat terkejut ketika Kana tiba-tiba datang lalu memeluk pinggang, mengecup tengkuk, serta berbisik dengan nada suara berat dan sexy. "Gedung itu tidak akan lari walaupun kamu tidak melihatnya. Untuk apa membuang waktumu dengan itu? Hmm" Menggesekkan ujung hidung mancung nya ke daun telinga Miu.
Tentu saja perlakuan tiba-tiba Kana, membuat si manis terkejut dan berbalik. "Kapan kamu ganti baju?"
"Barusan"
CUP
Mengecup pipi, membuat si manis menyamping kan wajahnya. "Kana, bagaimana keadaan sahabat-sahabatmu sekarang?"
Kana terkejut, "kenapa tiba-tiba?"
"Jawab saja--ish!"
Kana menekuk bibirnya ke bawah. "Kamu saja tidak pernah bertanya tentangku pada mereka, sekarang kamu tanya tentang mereka padaku. Aku iri, aku bilang"
Miu tersenyum lalu mengusap rahang tegas Kana, "aku tanya, kok. Hanya saja, aku minta mereka untuk merahasiakannya"
Kana menatap sisi wajah cantik Miu dengan tatapan menyelidik. "Earth ambil S1 kedokteran di New York kalau Mild, latihan jadi pelayan publik. Puas?"
Miu mengangguk kecil dan kembali menatap kaca besar. "Kana, aku jadi ingat kedai kita dulu. Bagaimana kondisi nya sekarang?"
Kana meraih telapak tangan kanan Miu lalu ia kecup.
CUP
"Sudah aku bakar"
"!!!"
Ketika Miu hendak berbalik, Kana melanjutkan, "untuk apa aku simpan kenangan buruk itu di sisiku? Kamu tahu, tidak? Melihat kedai itu barang sebentar saja, membuatku jadi ingat pada orang yang telah tega meninggalkanku diam-diam 2,5 bulan yang lalu. Kamu pikir, aku bisa bertahan dan tetap mempertahankan kedai itu? Tidak, Baby. Aku hampir gila"
Miu malu dan merasa bersalah pada Kana setelah mengingat kenangan itu. Ia hanya bisa menunduk pasrah dalam diam.
"Entah ide idiot mana yang membuatmu bertindak ceroboh seperti itu. Rasa-rasanya ingin kubunuh" Melirik Miu.
"Aku harap, ide itu bukan berasal dari kamu sendiri, sayang"
Deg deg--deg deg
Tidak! Debaran ini, bukan debaran jatuh cinta.
Ini adalah debaran kematian.
Miu sampai berkeringat dingin bahkan hampir pingsan menghadapi pertanyaan Kana yang satu ini karena, semua ide memang berasal dari Miu.
Bodoh memang jika di pikir ulang.
Namun Miu tidak mau di salahkan sendirian. Bright yang juga sama-sama pelaku, tidak membantah sedikitpun seperti menghentikan ide bodoh Miu sehingga, Miu sekarang tidak punya keberanian untuk menjawab apalagi melihat Kana.
Sangat tidak etis bila ia menjawab, 'itu sebenarnya memang ideku. Hehehehe kejutan'---TIDAK!!!!!!!!!! TIDAK SALAH LAGI UNTUK MENUJU AKHIRAT.
Melihat ekspresi wajah panik si manis dari pantulan kaca, Kana menarik sudut bibirnya. "Well, jika ternyata ide itu berasal darimu, kira-kira, bagusnya ku beri hukuman apa, ya?" Tangan kanan Kana bergerak ke leher jenjang Miu, kemudian dada berisi Miu, dan berhenti di perut. Kana memasukkan tangannya ke balik sweater Miu dan dengan sengaja mengusap perut Miu dengan sangatttttt halus sampai perut Miu reflek bergetar karena sensitive dan geli secara bersamaan.
"Khek---Ka--nah,, jang---ahnhhh" Menggeleng ribut sambil berusaha menjauhkan tangan Kana dari perutnya.
Kana mendekat ke daun telinga Miu dan berbisik, "lepaskan desahanmu yang sexy itu, Baby & ulangi terus untukku"
"Kha----ahhhnn--aaahhh,,, b--ernhh--ti,, hengg"
"Sssttt,,, nikmatilah, Baby" Tangan Kana kembali bergerak dan kali ini, masuk ke dalam celana dalam Miu, mencari penis mungil kesukaannya.
Ketika Kana baru menggenggam penis imut Miu, dada Miu reflek membusung hebat.
"B--Berhengggghhh---tiii--ahhh,,, Kanahhh--anggg,, nanhh--ti,, orang li---enggggg--att"
CUP
Mengecup ceruk leher Miu. "Tenang saja. Tidak akan ada yang berani masuk ke ruanganku kecuali---"
.
CEKLEK
To Be Continue,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top