5
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca🐣
.
.
.
.
Bandar Udara International Haneda, Tokyo, Jepang
Bright baru sadar bahwa wanita tersebut membawa dia berkeliling tanpa tujuan karena setiap kali Bright bertanya, petugas wanita itu hanya menjawab jawaban yang sama, berkali-kali, hingga 10 menit kemudian, kesabaran Bright telah habis dan berhenti mengikuti wanita itu. "Where do you want to take me exactly?"
Wanita itu ikut berhenti lalu berbalik dan tersenyum pada Bright. "We have arrived"
Bright menautkan kedua alisnya. "What do you mean---- hummmpppp" Bright di sekap secara tiba-tiba dari arah belakang memakai kain sampai Bright tidak sadarkan diri lagi.
"Your commission" Mengulurkan amplop cokelat.
"Thank you" Wanita itu pergi begitu saja.
3 Pria berbadan kekar segera membopong tubuh Bright menuju pintu utara bandara yang sepi lalu di masukkan ke sebuah mobil sedan hitam yang sudah menunggu.
"Let's go"
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
"Silahkan, Tuan" Ujar seorang maid sambil menaruh nampan makanan di atas meja lalu berdiri di sisi ranjang mewah Miu dengan sopan.
Miu hanya diam. Tidak bergerak dan bicara.
Miu memikirkan alasan Kana mengurungnya di tempat ini.
Bagi Miu, ini bukan tempat tinggal, melainkan penjara.
Banyak peraturan yang harus Miu patuhi, lebih parah dari kedai dulu, seperti tidak boleh keluar dari kamar tanpa izin Kana, tidak boleh membantah ucapan nya, tidak boleh menyebut nama orang/Pria lain kecuali Kana, sampai tidak boleh menggunakan ponsel bahkan telefon yang ada di kamar tersebut.
Namun, bukan Miu namanya jika tidak melakukan pemberontakan.
Pernah satu waktu, ketika Miu hendak memakai telefon kamar diam-diam untuk menghubungi Bright, Kana tahu lebih dulu dan langsung memutus kabel telefon tanpa basa-basi, membuat Miu tidak bisa berbuat apa-apa.
Miu merasa kesepian dan hampir gila di atas ranjang tanpa melakukan kegiatan apa-apa. Hanya makan, minum obat, tidur, dan buang air besar/kecil di toilet yang ada di dalam kamar selama 3 minggu lama nya yang mana tanpa Miu sadari, Kana menunggu ia untuk bicara, alasan mengapa Miu tega meninggalkan Kana lebih dulu tapi, Miu tidak cukup peka untuk berpikir sampai ke arah sana.
Dan sebagai aksi protesnya terhadap Kana, Miu menolak kehadiran siapa pun termasuk Kana yang selalu memaksa masuk untuk memarahi/membentaknya.
Miu hanya bisa diam dan pasrah ketika Kana mulai membentak sebab, Kana yang sekarang, bukan Kana yang bisa ia nasehati secara baik-baik seperti dulu.
Kana yang sekarang kejam, kasar, mesum, dan licik.
Pernah beberapa kali Miu coba untuk pura-pura tidur dan berhasil memergoki Kana yang tengah memeluk dari belakang secara diam-diam sambil mengendus leher nya.
Setiap kali Miu menolak pelukan dari nya, ia menjadi emosi dan membanting benda apapun yang ada di kamar itu kemudian pergi begitu saja.
Yang paling parah, setiap malam, Kana selalu datang untuk memastikan bahwa pintu kamar Miu telah ia kunci dengan baik agar Miu tidak dapat kabur.
Tidak hanya itu, Kana dengan sengaja memilih kamar yang tidak berjendela untuk Miu agar tidak bisa kabur seperti yang pernah Miu lakukan di kedai dulu karena Kana, tidak mau mengulangi keteledoran yang sama.
Miu capek.
Miu lelah.
Kenapa harus seperti ini lagi?
Apa salah nya?
Dia sudah membesarkan Kana dengan sepenuh hati dan segenap jiwa tapi, ini kah balasan nya? Miu tidak habis pikir.
Dimana letak kesalahan nya dalam mendidik Kana?
Sebenarnya, Miu sempat berpikir bahwa perbuatan nya waktu meninggalkan Kana lah yang berdampak besar sampai seperti ini namun, ia tepis pikiran itu jauh - jauh karena menurutnya itu adalah hal yang tidak mungkin.
Miu rasa ia sudah cukup baik dan lapang dada untuk melepaskan Kana agar Kana bisa kembali ke orang tua kandungnya. Jadi, kenapa Kana harus marah padanya karena hal itu?
Miu terus berpikir sampai ia menghiraukan maid yang terus memanggilnya.
"Tuan?"
",,,,,,,,,,,,"
"Tuan, ayo dimakan. Nanti sayurnya dingin. Atau, anda ingin makan yang lain?"
"Taruh saja di sana. Saya sedang tidak nafsu makan" Jawab Miu dengan tatapan kosong.
"Tapi Tuan----"
.
CEKLEK
.
Sang maid melirik ke arah pintu lalu menunduk hormat dalam ketakutan. "T-Tuan Kana"
Kana menatap lurus ke arah Miu yang sedang duduk di atas ranjang sambil merapikan kerah kemeja. "Masih sama?" Sang maid tetap pada posisi menunduk nya lalu mengangguk kecil, membuat Kana mengerti tanpa bertanya kembali.
"Kenapa tidak mau makan?"
",,,,,,,,,,"
"Miu"
",,,,,,,,,,"
"Miu Suppasit!!" Menaikkan nada, membuat Miu terkejut tapi tetap yang di tanya, tidak mau menjawab apalagi meliriknya.
Karena kesal, Kana mulai melangkah maju, satu per satu dengan langkah berat menuju Miu lalu mencengkram dagu si manis.
Ibu jari Kana mengusap bibir Miu dengan gerakan sensual dari kiri ke kanan, atas ke bawah.
"Tuhan menciptakan manusia dengan mata untuk melihat, hidung untuk bernafas, telinga untuk mendengar, dan mulut untuk bicara. Bukankah itu yang selalu kau ajarkan padaku dulu?" Tersenyum.
"Kalau kau tidak mau menggunakan salah satu dari indra yang Tuhan berikan untukmu, bagaimana kalau aku membuatnya tidak dapat di pakai untuk selamanya?" Memasukkan Ibu jari ke dalam mulut Miu hingga Miu memalingkan wajahnya ke arah lain sampai Ibu jari Kana lepas dari rongga mulut nya.
"Jawaban apa yang ingin anda dengar?"
"Alasan kau tidak mau makan"
"Masih kenyang"
Menaikkan sebelah alis. "Kau tidak makan sejak kemarin dan sekarang bilang masih kenyang? Omong kosong" Kana mengambil alih nampan di atas meja.
"Benar-benar tidak mau makan?"
Miu menatap nampan itu sekilas lalu menggeleng kecil.
Kana menaikkan sudut bibir sebelum ia meraih mangkuk sup yang masih panas lalu ia siram maid tersebut sampai menjerit-jerit.
"Aa--Akkhhh---T--Tuan---panas,, Tuan. Maafkan saya,,, hiks,, Tuan,, Panas"
Miu sangat shock dengan apa yang Kana lakukan lalu bangkit berdiri, menahan lengan tangan Kana yang memegang mangkuk.
"APA YANG KAMU LAKUKAN PADANYA, KANA??!! HENTIKAN!!!!!"
Kana menghentikan kegiatannya lalu membanting mangkuk sup ke lantai hingga pecah berkeping-keping.
.
BRAKK
PRANG
.
Miu mematung di tempat, begitupun juga dengan maid yang masih berada di antara mereka.
Melirik ke arah maid dengan tatapan tajam. "Keluar"
Sang maid langsung menunduk hormat dan keluar sesuai perintah, meninggalkan Kana dan Miu di ruangan tersebut.
Melirik Miu, "panggil namaku sekali lagi"
Miu merapatkan bibir sambil melirik kesana kemari.
Melihat Miu enggan menuruti perintah nya, Kana mendorong Miu sampai jatuh telentang di atas ranjang. Ia naik ke atas Miu kemudian menahan kedua pergelangan tangan Miu di sisi kanan dan kiri.
"Apa yang----"
Merapatkan wajah tampan nya pada Miu. "Panggil namaku sekali lagi" Menggesek permukaan kulit leher Miu memakai hidung mancung nya dari bawah ke atas.
"H-Hentikan"
"Kumohon. Aku rindu bagaimana kamu memanggil namaku selama 17 tahun" Kana menempatkan telapak tangan Miu di rahang tegasnya.
"Aku rindu bagaimana kamu menyentuhku selama 17 tahun" Menutup kedua mata elangnya hingga tanpa sadar, setetes air mata mengalir dari sana dan membasahi pipi Miu.
"Aku rindu bagaimana kamu selalu ada di sisiku. Aku merindukan semuanya sampai aku gila"
Apa yang Kana ucapkan memang tidak salah. Miu menangkap kekalutan & kerinduan yang besar di sorot mata elang Kana.
"Aku tidak tahu salahku dimana sampai kamu meninggalkanku begitu saja" Membuka kedua matanya kembali.
"Apa arti diriku di matamu, Miu? Kenapa kamu tega ninggalin aku? Kenapa----" Kana menahan gejolak emosinya yang menggebu-gebu agar tidak ia lampiaskan pada Miu.
"-----kenapa kamu dan orang tua kandung, sama-sama tega meninggalkan aku seperti tidak punya hati? Kenapa,,, harus,,, aku---hikss?" Kana tidak kuat lagi lalu menangis seperti anak kecil di hadapan Miu.
Sedangkan Miu, masih bertahan untuk tidak ikut nangis padahal di lubuk hatinya, Miu merasa bersalah & menyesal.
Ia sudah memprediksi dengan jelas bahwa apa yang ia lakukan, 90% pasti menyakiti perasaan Kana. Apalagi, Kana adalah anak yang juga pernah di tinggalkan oleh orang tua kandungnya sendiri.
Miu bingung dan merasa bahwa tindakan apa saja yang ia lakukan, semua jadi serba salah.
Padahal, keinginan Miu hanya 1. Kana berkumpul dengan keluarga kandungnya dan Miu, menghabiskan sisa umur bersama Bright yang telah menemani & menunggu dia selama 17 tahun lama nya sebagai balas budi.
Memang benar bahwa Miu tidak begitu mencintai Bright, tapi ia meyakini satu hal, cinta bisa tumbuh dengan sendirinya ketika terus bersama dalam waktu yang lama dan tidak lupa melakukan 3M! Mengasihi, Menyayangi, dan Mengerti satu sama lain karena itu adalah kunci dari tumbuhnya cinta.
"Apa kamu benar-benar mencintai Bright?" Tanya Kana tiba-tiba membuat Miu terkejut dan langsung melihat ke arahnya dalam diam.
*Karena jika itu benar, aku akan menyingkirkan dia dari dunia ini untuk selamanya*
"Menyingkir dari atas ku dan mari kita bicara kan baik-baik"
Kana menaikkan sudut bibir. "Bohong! Sejak kapan kamu pernah bicara baik-baik padaku? Dari sejak kamu pergi meninggalkanku begitu saja, 2 bulan yang lalu, aku sudah tidak percaya lagi dengan kata 'bicara baik-baik' yang terlontar dari mulut manis mu ini"
Miu tidak terkejut. Ia sudah menduga bahwa kepergian nya diam-diam telah membuat semua hal terputus secara otomatis, seperti hubungan, kasih sayang, dan kepercayaan Kana terhadap dirinya.
Miu menaikkan tangan kanannya lalu mengusap air mata Kana di pipi memakai Ibu jari.
"Kamu benar" Senyum tipis terukir di bibir manis Miu.
"Saya memang bukan orang yang dapat dipercaya. Saya bahkan tidak percaya pada diri saya sendiri. Saya ini---orang yang menakutkan, bukan?" Miu menatap Kana dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Benar. Kamu memang menakutkan dan sulit ku pahami"
"?"
"Kamu egois. Kamu lebih mementingkan apa yang kamu pikirkan dan apa yang kamu anggap itu baik untuk orang lain tapi, pernahkah kamu berpikir bahwa apa yang kamu lakukan, malah menghancurkan perasaan orang tersebut? Pernah kamu berpikir bahwa apa yang kamu lakukan, menggores luka yang sulit untuk di sembuhkan? Atau, pernahkah kamu bertanya bahwa apa yang kamu lakukan pada orang itu, orang itu setuju dan menerimanya dengan perasaan bahagia? Pernah?" Menggeleng ribut.
"Tidak, Miu Suppasit. Tidak pernah sama sekali. Kau sadar itu? Pasti tidak" Memaksakan senyum lalu merubah posisinya menjadi duduk, di ikuti Miu dalam diam.
"Kamu tahu apa yang aku rasakan ketika kamu pergi begitu saja dari kedai dan meninggalkan wasiat bodoh itu? Kamu tahu bagaimana sulit nya aku dalam 2 bulan ini? Hah?! Kamu tahu, tidak? JAWAB!!!" Bentak nya sambil menggoyangkan bahu Miu.
Miu tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menundukkan kepala & tidak bergeming sama sekali.
"PUNYA MULUT, KAN? JAWAB!!!!! AKU MAU DENGAR ALASAN YANG MEMBUATMU TEGA MENINGGALKANKU BEGITU SAJA DARI MULUTMU SENDIRI, MIU SUPPASIT!!!!!"
"Hikss,,,hik,, maaf" Miu tidak tahan kemudian histeris. Kedua telapak tangan nya sigap menutupi seluruh wajah.
"KAMU TAHU TIDAK BETAPA SULITNYA AKU BERTAHAN HIDUP DAN MENCARIMU SAMPAI 2 BULAN INI?!" Kedua telapak tangan Kana mengepal kuat.
"APAKAH SELAMA 2 BULAN INI, KAMU MENGIRA AKU BAHAGIA DENGAN KELUARGA KANDUNGKU?" Menggeleng ribut.
"TIDAK, MIU. AKU TIDAK BAHAGIA SAMA SEKALI. AKU LEBIH BAHAGIA WAKTU BERSAMA DENGANMU. AKU,,HIKSS,, SAMA SEKALI TIDAK BAHAGIA DISANA--HIKSS,,, MIU,, KENAPA KAMU MEMBUANGKU? HIKS,, APA SALAHKU SELAMA INI PADAMU? KATAKAN,,HIKS,,, APA SALAHKU?"
"Awalnya, saya hikss,, saya,, saya ingin kamu kembali pada keluargamu agar--hiks,, agar kamu bisa merasakan kasih sayang orang tua kandung, yang belum pernah kamu rasakan sejak bayi,, hikss,, hanya itu,, hikss,, hikss,, saya tidak mau nasibmu sama seperti saya yang dari kecil tidak mendapat kasih sayang sama sekali,,, hikss,, saya mau kamu bahagia bersama orang tua kandung yang menyayangimu,, hikss,," Menghapus air mata memakai telapak tangan berkali-kali.
"Saya minta maaf jika apa yang saya lakukan, sudah membuat mu sakit hati. Maaf,, hiksss,, hiksssss,, hik--hiksss,, hanya itu,,hikss,, cara yang saya tahu karena saya dengar kalau kamu--hiks,, tidak mau kembali jika masih tinggal bersama saya di kedai itu--hikss,,hik,, saya bingung,,hiks,, ditambah lagi kenyataan bahwa kamu--hikss,, sudah tahu semuanya sejak 5 tahun yang lalu--hik,, membuat saya semakin terpojok,,,"
"Jauh di lubuk hati saya, saya juga tidak mau ninggalin kamu disana tapi,, hikss,, saya merasa itu tetap harus di lakukan,, mau tidak mau,, suka tidak suka,, agar kamu kembali ke orang tua kandungmu,,hikss,, hik,,,hiksss,,!!" Tangisan Miu semakin histeris, membuat Kana tidak tega padanya.
Kana menarik & memeluk Miu erat-erat sambil berulang kali mengecup pucuk kepala nya, menenangkan si manis serta menenangkan hatinya sendiri.
Jujur saja, Kana menjadi sedikit tenang dan lembut ketika ia tahu bahwa Miu juga berat hati saat ingin meninggalkan dirinya tempo hari.
*Apa ini artinya ada kesempatan untukku?*
To Be Continue,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top