🌦🌦🌦
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca🐣
.
.
.
.
TATA USAHA SEKOLAH
"Permisi?"
Wanita berusia 40 tahun melirik ke arah suara.
"Saya mau bayar SPP & biaya ujian"
"Nama mu siapa?"
"Kanawut Traipipattanapong"
Wanita itu sibuk mengetik nama pada komputernya lalu mengkerut bingung.
"Saya mau lunasi tunggakan SPP 2 bulan yang---"
"Sebentar" Kana tiba-tiba mematung.
"Saya lihat di sini tidak ada tunggakan apa-apa, Nak"
Kebingungan beralih pada Kana. "Saya ada! A-Apa mungkin Bibi salah lihat? Atau jangan-jangan, salah ketik nama saya?"
"Nama mu Kanawut Traipipattanapong, siswa dari jurusan IPA semester akhir. Benar, kan?" Kana mengangguk.
"Saya sudah lihat semua data mu dari atas sampai bawah dan benar-benar tidak ada tunggakan apapun. Semua sudah di lunasi bahkan sampai biaya kelulusan mu"
"APAAAAAA??!"
Kana shock.
Kana tiba-tiba tidak bisa berpikir jernih.
Kana tidak punya bayangan atau kandidat orang yang secara sukarela menghamburkan uangnya untuk membayar biaya sekolah dia diam-diam.
Jangan berpikir bahwa orang tersebut adalah Miu karena itu tidak mungkin terjadi. Kenapa? Sebab baru tadi pagi Kana menolak uang pemberian Papa manis nya itu sampai ia rela pinjam kepada Earth.
Kalau Bright, lebih tidak mungkin lagi karena Bright tidak tahu dimana sekolah ia berada.
Siapa yang diam-diam melakukan semua ini?
Tiba-tiba kedua manik Kana membulat. *Tidak mungkin*
"Nak?"
Kana tidak mendengar panggilan wanita itu karena larut dalam lamunan nya.
"Nak Kana?"
Deg
Kana reflek melirik ke arah wanita itu. "Y-Ya?"
"Kalau tidak ada kepentingan lagi, boleh pindah? Di belakang mu ada siswa yang antri"
Kana reflek melirik belakang dan benar saja, ada 2 siswa sedang menunggu giliran mereka untuk membayar.
"Eng--Bi. Boleh saya tahu siapa orang yang telah melunasi nya?"
"Maaf, saya tidak tahu karena tidak ada keterangan apapun tentang si pembayar di data saya"
"Ah, begitu. Baiklah. Terima kasih banyak" Membungkuk sopan dan melangkah ke luar pintu dengan penuh pertanyaan.
Earth dan Mild menghampiri Kana begitu terlihat di mata elang mereka.
Menepuk bahu Kana. "Sudah bayar nya?"
Tepukan dari Earth menyadarkan Kana. "Nih" Menaruh amplop ke tangan Earth.
Menautkan alis. "Apa ini?"
"Aku tidak jadi pinjam"
"Huh? Bukan nya kau bilang lagi butuh untuk bayar SPP & ujian mu?"
Kana kembali melamun.
"Hello, Brother. What's wrong?" Tanya Mild yang sedari tadi penasaran dengan raut wajah Kana.
Menggeleng kecil. "Not important"
"But your face seem's to be thinking about something. Ceritakan pada kami. Kita ini sahabat, right? Siapa tahu kami bisa bantu" Berusaha meyakinkan Kana.
Kana menatap Earth dan Mild bergantian lalu berkata, "ada orang yang membayar lunas keterlambatan 2 bulan SPP ku sampai kelulusan"
"Hah? / Apa?!" Ujar Earth dan Mild bersamaan.
"Siapa yang bayar?" Tanya Mild.
Kana mengendikkan kedua bahu. "Aku sama sekali tidak punya bayangan siapa orang misterius itu" Lanjut Kana.
"Bukankah itu hal yang bagus?" Tanya Mild kembali.
"Bagus memang, tapi aku takut semua ini ada maksud terselubung, Mild. Bagaimana kalau orang itu punya niat jahat?"
Mild mulai berpikir. "Hmm! Ada benar nya juga sih"
"Dan kalau sampai itu benar, tinggal tunggu waktu saja. Dia pasti akan datang & mengungkit-ungkit hal ini untuk mengancamku"
"Lalu apa yang mau kau lakukan sekarang?" Tanya Earth.
"Tentu saja mengari cari tahu siapa orang itu dan mengembalikan uangnya karena aku tidak mau berhutang apapun pada orang asing" Ujar Kana dengan yakin.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
"Permisi, tolong kemari sebentar"
Miu segera menuju ke meja yang memanggilnya.
"Permisi, saya mau pesan nasi goreng 1 & air putih 1"
Miu melirik ke arah suara yang mana meja itu 3 meter darinya berdiri.
Sambil mengatupkan kedua tangan, Miu bicara, "mohon tunggu. Sebentar lagi saya ke sana, Tuan"
Sejak pagi, Miu kewalahan menghadapi banyak nya pembeli yang datang.
Entah mengapa, hari ini kedai nya menjadi sangat ramai.
Iya, Miu bersyukur karena kedai nya ramai tetapi, ini terlalu ramai.
Miu tidak bisa menanganinya seorang diri karena Bright menghilang sejak tadi pagi. Bahkan Miu belum melihat batang hidungnya sama sekali.
Terlalu ramai, bahkan hanya untuk makan siang saja, Miu tidak lakukan karena bagi Miu, pelanggan adalah nomor 1 yang harus di layani. Mengurus diri nya sendiri bisa jadi nomor terakhir.
"Permisi? Kenapa mie ayam pesanan saya lama sekali, ya? Saya sudah tunggu 30 menit"
"Mohon tunggu sebentar, Tuan. Air nya sedang di rebus"
"Tolong cepat. Saya sudah lapar"
"I-Iya. Saya minta maaf" Berlalu ke arah dapur.
Miu hampir nangis ketika pembeli mulai mengutuk karena pelayanannya yang buruk.
Berbagai macam komentar masuk ke telinga Miu. Mulai dari pelayanan lama, gerakan lambat, makanan ada serangga, pelayanan tidak memuaskan, bahkan sampai ada yang memberi komentar kalau kedai kotor karena banyak piring bekas pembeli sebelumnya berceceran di meja dan lantai, yang mana tidak sempat Miu bawa ke dapur.
Jujur saja, Miu hampir mati berdiri di tempat.
Kakinya kram karena terus berdiri selama berjam-jam lama nya.
*Tuhan, tolong. Aku sudah mencapai batasku*
"Permisi? Saya mau pesan"
Miu melirik ke arah suara dengan mata berkunang-kunang.
Belum selesai menyiapkan makanan pelanggan lain, Miu harus mendatangi meja pelanggan yang baru datang untuk mencatat pesanan nya.
"Ingin pesan apa, Tuan?"
"Saya mau pesan batagor 1, jeruk peras 1, lemonagdbehsbh------"
Nyiiiittttttt
Kepala Miu tiba-tiba berdenyit sakit di akhir kalimat.
"M-Maaf, bisa tolong di ulangi pesanan nya?"
"Batagor 1, jeruk peras 1, lemon----------ASTAGA!!"
.
BRUGHHH
.
Tubuh kecil Miu jatuh bebas ke lantai, membuat se-isi pengunjung kedai panik.
Mereka mengerubungi Miu. Hendak membantu tetapi tidak tahu apa yang harus di lakukan.
"Ini bagaimana? Kalau di angkat, apakah bisa membuatnya salah urat dan makin parah?"
"Mungkin tidak. Coba di angkat saja lalu bawa ke rumah sakit"
Semua orang setuju dan saat ingin mengangkat tubuh Miu, Kana, Mild, serta Earth masuk setelah berhasil membelah kerumunan.
"ADA APA INI?!" Kedua mata Kana membulat ketika melihat Miu tergeletak di lantai dengan 1 orang yang tengah berlutut, hendak mengangkatnya.
"Pria ini tiba-tiba pingsan, Nak. Kamu kenal dengan nya?" Jelas salah satu wanita paruh baya di antara kerumunan.
Kana segera berlutut lalu mengangkat tubuh Miu yang terlihat enteng. "Saya Anak nya. Maaf telah menimbulkan ketidak-nyamanan di jam makan siang anda semua. Saya, Anak dari pemilik kedai, memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidak nyamanan ini" Membungkuk setengah badan bersama Miu yang masih ia gendong ala bridal.
Para pengunjung kedai saling melirik satu sama lain lalu mengangguk. "Tidak perlu minta maaf. Kami maklumi. Mungkin saja Papa mu terlalu kelelahan"
Masih dengan posisi membungkuk nya, "terima kasih. Kalau begitu saya bawa Papa saya ke kamar dulu. Bibi dan Paman semua bisa kembali ke tempat duduk kalian dan tidak perlu khawatir, ada teman saya yang akan melayani" Melirik ke arah Earth dan Mild yang shock, diikuti se-isi pengunjung.
"H--HAH???!!!! / T-TAPI---"
"Tolong bantu kedai ku sebentar, Earth, Mild. Setelah aku urus Papaku, aku akan turun dan membantu kalian" Kana mulai menaiki anak tangga satu per satu, di iringi tatapan tidak percaya oleh Earth dan Mild.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
CTANG
.
"Ng"
Suara dentingan piring, masuk ke indera pendengaran Miu, membuat Miu mengedipkan mata beberapa kali sebelum ia buka secara perlahan.
"Eng---ngggghhhh" Melirik kanan kiri.
"Hngg? Kenapa aku bisa ada di kamar?" Miu berpikir sampai beberapa saat ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.
"ASTAGA--KEDAIKU!!!!" Cepat-cepat Miu bangkit berdiri tanpa perenggangan, membuat kepala Miu sangat sakit sampai tidak bisa bergerak.
"Ughhhh--hnggg,, kenapa,,, sakit sekali,,?" Di rasa sakit pada kepalanya telah sedikit membaik, Miu mulai melangkah, menuruni anak tangga ke lantai 1.
Miu melihat suasana kedai sudah sepi oleh pengunjung dan tidak lama setelahnya, siluet Kana dan teman-teman Kana hadir di penglihatan Miu.
"Kana?"
Kana segera melirik ke arah Miu. "Papa?" Kana mendekati Miu dengan berlari kecil.
"Tadi kamu yang bawa Papa ke kamar? Bagaimana dengan kedai nya tadi siang? Pasti pengunjung kecewa" Menunduk sedih.
"Jangan khawatir, Kana sudah minta maaf pada mereka, mewakili Papa" Kana menangkap kedua pipi berisi Miu memakai telapak tangan dan setelahnya, kedua mata elang Kana menelusuri seluruh tubuh Miu dari kepala hingga kaki.
"Papa seharusnya tidak keluar dulu. Kembali ke kamar sekarang"
Earth dan Mild merinding di tempat mereka setelah melihat Kana berperilaku gentle di depan Miu.
Secara tidak langsung, Kana memainkan novel romantis di dunia nyata, seperti seorang raja yang begitu khawatir pada permaisuri nya.
Miu menggeleng ribut. "Papa baik-baik saja. Tidak perlu cemas" Tersenyum.
"Tapi---"
.
KRING!
.
"Selamat malam, Kak Miu"
Semua perhatian teralihkan ke pintu kedai. Di sana, berdiri seorang wanita berumur 30 tahun, masuk dan tersenyum ramah.
Miu mendatangi wanita itu, membuat Kana tidak suka. "Selamat malam, Nikita. Seperti biasa, ya?"
"Iya Kak"
"Baik, tunggu sebentar" Miu berbalik setelah menerima anggukkan dari Nikita.
"Papa mau kemana?" Tanya Kana.
"Ambil uang donasi--"
"Biar Kana saja yang ambil. Papa taruh di mana?"
Miu tersenyum lalu mengatakan, "ada di laci kasir. Amplop warna pelangi. Cari saja"
"Baik. Papa duduk di sini" Mendudukkan Miu di kursi terdekat lalu melirik ke arah Nikita.
"Silahkan duduk, Tan"
"Ya, Terima kasih" Nikita duduk di sebelah Miu dan dalam beberapa detik, Miu dan Nikita sudah larut ke dalam cerita gosip.
Sementara itu, Kana membuka laci kasir satu per satu dan belum menemukan amplop pelangi yang Miu maksud sampai---
.
SRAK
.
"Apa ini?" Kana meraih salah satu obat lalu ia perhatikan dengan seksama.
"Kenapa aku belum pernah lihat obat ini sebelumnya?"
"Kana??" Panggil Miu tanpa melihat ke arah Kana.
DEG
Kana terkejut. Cepat-cepat ia masukkan semua obat itu ke dalam kantong celemek. "Y-Ya, Pa?"
"Amplop nya belum ketemu? Kalau belum, biar Papa bantu---"
"Sudah ketemu!!!" Reflek Kana menarik nafas lega ketika amplop itu sudah ia temukan di bawah tumpukkan kertas.
Beruntung amplop tersebut lebih lebar dari yang lain jadi, sudutnya mencuat keluar dari tumpukkan kertas yang begitu banyak.
Kana segera menutup laci lalu menghampiri Miu. "Ini, Tan" Menyerahkan amplop pelangi ke tangan Nikita.
"Baik, terima kasih banyak. Kalau begitu, saya pamit undur diri" Membungkuk hormat kepada Miu yang lebih Tua darinya lalu melirik Kana, Earth, dan Mild.
"Hati-hati di jalan"
Nikita memberi senyum ramah sebelum Ia berbalik dan pergi.
Ketika Miu hendak menyentuh knop pintu kedai---
.
KRING!
.
Bright masuk, berpapasan dengan Miu di pintu.
"B-Bay? Dari mana saja? Kau tahu tidak, tadi aku---"
"Cari angin sebentar. Maaf sudah membuatmu khawatir" Mengulas senyum lalu melirik ke arah Kana dengan tatapan dingin, sedangkan Kana menatapnya dengan tatapan bingung.
*Kenapa dia melihatku seperti itu?* Kana melipat kedua tangan didepan dada.
Bright tidak memperhatikan bahwa di sana juga ada Earth dan Mild.
"Aku ke kamar dulu. Selamat malam" Berlalu begitu saja sebelum Miu sempat menjawabnya.
*Kenapa dia?* Miu bingung dengan sikap Bright yang sangat berbeda.
Kana menyentuh knop pintu, menaruh tangan nya di atas tangan Miu. "Biar Kana yang tutup pintu kedai. Papa ke kamar dan makan bubur. Tadi sore Kana sempat beli bubur dan mungkin sudah dingin sekarang"
Miu yang masih merasakan sakit & lelah pada tubuh nya kali ini tidak banyak melawan. Mencubit pipi Kana, "Anak Papa pengertian sekali. Terima kasih. Papa beruntung punya Anak sepertimu" Senyum manis.
Kana senyum-senyum malu lalu mengangguk kecil, membuat Earth dan Mild kembali merinding.
"Paman permisi, Earth, Mild" Ujar Miu, masih memancarkan senyum manisnya.
"Y-Ya, Paman. Istirahatlah dengan cukup. Kalau butuh bantuan, Ada Earth disini" Ujar Earth dan mendapat tatapan tajam dari Kana.
Miu terkekeh sambil mengangguk kecil kemudian naik ke lantai 2 dan masuk ke dalam kamar.
Begitu dengar suara pintu di tutup, Kana mendekati kedua teman nya dengan wajah serius.
"Ada apa dengan wajah mu, kawan??! Jangan melihatku seperti itu! Seram, ihhhh" Ujar Earth.
Kana mengeluarkan banyak bungkus obat milik Miu dari kantong celemek di hadapan Earth dan Mild.
"Kalian tahu ini obat apa?"
Earth dan Mild melirik obat itu dengan wajah bingung.
"Ai--Sialan! Kau kan jurusan IPA! Kenapa tanya pada kami yang berasal dari jurusan IPS?!" Kesal Mild.
"Aku tidak tahu tentang obat ini---"
"Bagaimana dengan kami? Kami lebih lebih lebih tidak tahu lagi itu obat apa!" Seru Mild.
"Ssssttt!! Jangan berisik!! Nanti kalau Papaku dengar, ku potong lidahmu, Mild"
"Hei--kalian. Tenanglah. Bertengkar tidak akan menyelesaikan apapun"
Kana dan Mild saling mengalihkan pandangan.
"Bagaimana kalau kita cari tahu obat ini dari google saja"
"Caranya?" Tanya Mild.
"Mudah" Mengeluarkan IPhone 14 Pro Max lalu membidik obat memakai kamera.
"Nah, ketemu"
Kana dan Mild takjub akan kecanggihan ponsel mahal zaman sekarang.
"Hebat sekali. Mana, coba lihat!" Ujar Kana. Kedua matanya menelusuri setiap kalimat di layar ponsel tanpa terlewat sedikit pun, di ikuti Earth dan Mild, sampai pada akhirnya ketiga mata mereka terbelalak.
"APA???!! OBAT UNTUK PENDERITA DEPRESI????!!!!!!!"
To Be Continue,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top