5
Apa yang sangat ingin kau ucapkan padanya?
---
Tubuhku masih panas, ini karena kemarin Kuroo--sialan itu mengajakku pergi berkeliling dan berakhir kita berdua kehujanan, memang benar kita kehujan, tapi tolong daya tahanku ini tidak sebanding dengannya!
Aku berakhir dengan selimut tebal yang menutup tubuhku dan sebuah kain di atas dahiku. Walau aku sempat bahagia melihat dia diceramahi oleh ayahku selama beberapa menit sebelum ia pulang.
Rasakan itu.
Pintu kamar terbuka, ayah datang menghampiriku masih dalam seragam kerjanya yang lengkap. Ia menghela napas saat melihatku, tolong jangan melihatku seperti itu! Aku juga tidak ingin sakit tahu!
"Selamat datang," ucapku.
Ia mengangguk, "Bagaimana keadaanmu?"
"Lebih baik dari kemarin."
Tangannya menyentuh dahiku. Telapak tangannya itu lebar dan saat menyentuh kepalaku itu hangat! Aku jadi teringat saat kecil, rambutku selalu diusap olehnya.
"Kau masih panas, apa obatnya belum kau minum?"
"Belum," jawabku sambil tersenyum.
Ia menghela napas lagi, "Perlu kubuatkan bubur?"
"Ah iya! Terimakasih!"
Ia berbalik meninggalkan kamarku. Tolong, jangan kaget kalau ia sangat bisa diandalkan saat situasi tertentuk karena dia adalah ayahku!
Beberapa menit berlalu sampai ayahku muncul dengan bubur di tangannya, dan sepertinya ia sudah berganti pakaian menjadi pakaian rumah saat membuatkanku bubur. Ia meraih sebuah kursi kecil dan menyerahkan buburnya.
Aku menerimanya, "Tidak mau menyuapiku?"
Irisnya memicing melihat ke arahku, "Memangnya kau anak kecil?"
Aku hanya tertawa mendengar jawabannya, sejak dulu ketika aku sakit ia selalu menyuapiku saat makan kalau tidak aku akan menangis sampai malam. Ya itu yang kudengar darinya.
"Cepat makan [Name], setelah itu minum obat dan tidur!"
"iyaaa."
Aku langsung memakan bubur tersebut, daripada terkena celotehan lagi.
"Kenapa juga kau menerima ajakannya untuk berkeliling, lihat kau langsung sakit jika terkena hujan," omelnya, mungkin ia masih menyimpan dendam kepada Kuroo?
Aku menghentikan makanku, "Dia'kan temanku apa salahnya?"
"Salah! Kau sekarang sakit jadi itu salah."
"Baiklah, aku akan mengecek ramalan cuaca sebelum ikut pergi dengannya."
"Kenapa tidak menjauhinya? Itu lebih efektif tahu."
Aku menatapnya horor dan menggeleng.
Ia mengacak-acak surainya, "Baiklah itu terserahmu, tapi jangan sampai sakit lagi, itu sedikit menyusahkan."
Aku mengangguk mantap, bubur yang tadi juga sudah habis. Tangan ayah langsung meraih gelas dan juga beberapa obat yang di meja.
"Minum ini dan tidurlah."
Aku menurutinya, setelah itu aku menyerahkan gelas ke ayah.
"Tidurlah." Ayah menutup badanku lagi dengan selimut yang tadi aku singkirkan, aku mencoba mencari posisi ternyaman untuk tidur dan saat aku memejamkan mata, aku merasakan tangan hangat menyentuh surai--hangatnya masih sama seperti dulu.
Aku tersenyum kecil, dan aku langsung terlelap menuju ke alam mimpi.
---
Terimakasih telah merawatku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top