Chapter 7 : Ombak Banyu
Mungkin inilah airmata kehampaan.
Airmata kekalahan.
Airmata kesendirian.
Saat tak ada seorang pun yang merangkul disaat terjerat masalah. Hanya airmata dan keluhan keluhan kepada Yang Maha Kuasa.
Percuma menangis.
Hanya akan bikin lelah.
Percuma marah.
Kalau tak berusaha memperbaikinya.
Hanya usahaku yang bisa bikin berubah!
Kata-kata itu ada. Tapi tak berpengaruh kuat pada Panji Seka.
"Apa jadinya kalau tangisanmu itu di video dan disebarkan? "
Seorang cewek dengan pakaian kasual mendekati Panji Seka. Kondisi Panji?
Dia sudah puluhan kali menambal luka-lukanya. Kini sudah hampir satu tahun ia tinggal di antah berantah. Tidur sembarangan bersama rombongan teman-temannya. Di mana pun asal dia ngantuk, di situlah tempatnya mengistirahatkan raganya.
"Kalau laku, harus bayar royalti lhoh! " komen Panji.
"Sini. Aku punya keripik kentang."
Nama cewek itu adalah Tris.
Mungkin satu-satunya orang yang akrab dengan Panji.
Panji membuka mulutnya dan menerima suapan dari Tris.
Pemandangan di depan mereka adalah sungai dan sawah membentang di sepanjang mata memandang. Gedung-gedung tinggi pencakar langit tampak mencuat di kejauhan. Panji baru kemarin lusa menemukan tempat ini sebagai tempat merenung barunya. Ia sering melamun disini. Memikirkan banyak hal. Menyelami banyak hal.
"Panji. "
"Hm? "
"Kapan kita menikah? "
"Bicara apa kamu? "
"Itu rencana masa depan Tris. Hehe .... "
Tris tersenyun sangat manis. Sementara cowok yang di sebelahnya masih saja memasang ekspresi datar. Tak mudah ditebak. Seperti orang yang menyembunyikan luka sendirian.
"Nikahlah saja sana dengan Anjing! " usul Panji asal.
"Hahaha ... Tapi, Tris maunya anjing yang ini. " Tris merangkul Panji. Cowok itu masih tetap diam. "kumismu mulai harus dicukur. Rambutmu juga menutupi matamu. Kamu seperti bad boy Panji. "
"Jam berapa sekarang Tris? "
"Jam 4 sore. "
"Waktunya lari sore. Nanti malam kan harus kerja, mutar Wave. (Wave=ombak adalah wahana yang diputar dengan tenaga manusia. Dan diombang ambing seperti ombak.)
"Wah, Badanmu udah kayak atlit lho Ji. Kikiki .... " kikik Trisni nakal.
Panji bangkit dan bersiap lari sore.
Nanti malam ia harus bekerja lagi untuk menyambung hidupnya.
***
Pasar malam pukul tujuh malam. Mulai banyak pengunjung yang datang. Beberapa wahana sudah laris manis peminatnya. Sementara waves belum dimulai. Belum mulai beraksi dan musik juga belum dinyalakan.
"Panji belum datang? "
Sena mengabsen crew nya pada Gun. Dan salah satu Crew, Panji, belum datang.
"Belum. Dia SMS. Katanya sembelit. " Gun memperlihatkan smS dari Panji pada Sena.
"Ch. Yaudah.. Telepon suruh cepat! "
Sena menghidupkan speaker. Lagu NDX dengan beat cepat mulai terdengar. Beberapa orang tertarik dan menikmati musik yang disetel Si Joki Sena.
"Sudah banyak yang beli tiketnya. " Khalis menggumam, melaporkan keadaan pada Sena. Meski demikian wahana wave belum diputar karena belum penuh. Sekalian capeknya gitu.
Crew wave terdiri dari Sena, Gun, Khalis, dan Panji. Bertugas memutar Ombak Banyu.
Kora-kora Latif dan Zain.
Kemidi putar Anto dan Gun.
Bianglala Mahes dan Nanda.
Kemidi putar 2 dijaga oleh Agus dan Tris.
Dan tong setan oleh Ahmad dan kadang Gun. Ada 3 raders yang terlatih. Yaitu, Andreas, Joni dan Sinta. Sinta adalah pembalap wanita yang nggak kenal takut memamerkan atraksinya kebut-kebutan di tembok yang berbentuk melingkar itu.
Sementara wahana lain seperti mandi bola, dan wahana anak-anak di pegang Diki, Jamal, dan Nurdin.
Totalnya ada tiga belas orang. Yang lain biasanya mereka membuka lowongan pekerja part time untuk menjaga loket karcis.
Mereka semua adalah pemuda-pemuda yang bekerja di pasar malam dibawah pimpinan Sajiman, yang mempunyai tim Pasar Malam bernama Disney Crew. Pemilik dari semua wahana. Dengan upah minimun namun tetap cukup untuk makan.
Lagi pula tak setiap bulan akan ada pasar malam. Karena lapangan dan alun-alun tidak diperkenankan untuk pasar malam, Sajiman harus mencari informasi sana-sini tentang lahan kosong milik pribadi yang disewanya untuk didirikan wahana.
"Telat! " Gun mengomeli Panji.
"Maaf. Tadi cukur kumis. "
"Katanya sembelit? " omel Sena juga.
"Itu, juga. " jawab Panji sedikit malu.
"Yak. Ngobrol apa? Pelanggan dah ngumpul ini?" Khalis menegur. Dari tadi dia menaikkan pengunjung dengan tangga sendirian.
Mereka mulai bekerja. Panji mengatur duduk para pendaftar. Setelah semua penonton naik dan duduk di kursi waves dengan seimbang, semua anggota crew memutar waves dari bawah. Lalu. Para pekerja wahana Ombak itu mulai beraksi.
Melentingkan tubuhnya. Saat menyentuh tanah, kaki mengayun agar tidak terseret Ombak. Terkadang turun, lalu naik lagi. Turun, melompat kemudian berlari.
Terkadang Gun atraksi dengan salto-salto yang bikin adrenalin memuncak di antara tiang Ombak Banyu. Bikin pengunjung jerit-jerit.
Meskipun lelah. Meskipun ini capek. Tapi ini sangat menyenangkan!!
Mereka sudah banyak berlatih. Banyak jatuh bangun saat memutar Waves dan melatih gerakan-gerakan berbahaya. Semua itu demi jerih payah dan sesuap nasi.
***
"Panjiiiiiii... "
"Ji. Dipanggil istrimu tuh. "
Tris berlari menghampiri Panji. Dan merangkul Panji seperti biasa.
"Sudah kubilang jangan sentuh aku!! " kata Panji kesal.
"Crew kalian emang pinter narik penonton ya. Waak.. Keren banget atraksinya! Apalagi kalo tampangnya ok semua kayak Panji. Wkwkwkwk.. Seperti boy band K-Pop. Pasti modus penumpangnya cuma kangen sama mas-mas yang mutar wave. Hahaha... "
"Wah Tris. Pengecean dimulai. " komentar Sena.
Karena malam sudah larut, mereka beristirahat di tengah lapangan yang mulai sepi. Beberapa lapak dagang bahkan sudah tutup. Tetapi masih ada yang buka seperti lempar bola atau permainan lempar karet.
"Ada yang mau minum? "
"Aku!" kata Khalis. Dia memang banyak atraksi tadi.
"Ada yang ngantuk? "
Semua menoleh. Bukan cuma ngantuk. "Si Panji malah udah ngorok. "
"Tinggalin aja. "
"Jangan. Dia nanti mati lagi. " sergah Tris khawatir.
Semua kembali melanjutkan obrolan tanpa mengusik Panji. Termasuk Tris yang hanya bisa memandang wajah Panji yang terlelap.
Kenapa?
Padahal pemandangan di langit sangat indah.
Kenapa kau malah menutup matamu Panji?
Bintang berkerlap-kerlip di atas sana. Memberi keindahan menakjubkan bagi sang langit malam kala itu.
Makasar, Tahun 2016
Iqbal Indra Setiawan
Sumber gambar : pinterest
See u.. Jangan lupa vote komennya, oke..
Terimakasih.. 😆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top