Chapter 12 : Kematian Panji

Sudah selama empat tahun Panji memupuk rasa rendah dirinya. Bahkan ia menjauh dari kehidupan sempurnanya yang dulu ia miliki dari ia lahir sampai dewasanya. Namun, ia saat itu juga masih remaja. Terlalu naif dengan kebaikan-kebaikan teman-temannya tanpa rasa curiga akan ada niat busuk dibaliknya.

Dan tragisnya, Panji terjebak dalam jerat kenaifan itu lagi. Jerat karena ia begitu percaya pada seseorang. Karena ia merasa bahwa hidupnya sudah baik-baik saja.

Panji, ia dihadapkan pada Bos Sajiman lagi. Seusai joging pagi sebuah mobil van berhenti didekat PM mereka. Dan bos sudah langsung tahu bahwa Panji berencana untuk pulang.

Kedatangan sang bos yang tidak biasanya itu, mengundang para crew lain. Menyaksikan akan ada kejadian apa saat bos datang. Siapa tahu si Panji dihakimi Bos di depan mata mereka. Lumayan, ada tontonan gratis?

"Panjiii.. " Bos merangkul Panji. Dia menyelipkan rokok ke bibir panji. "Hadiah selamat pagi."

Panji mengambil batang rokok itu, tapi, tidak juga membuangnya. Ia lalu menyelipkan rokoknya ke daun telinganya saja.

"Bos, tumben kesini? " tanya Panji.

"Tentu aja. saya ada perlu sama kamu Panji. Sebaiknya kita bicara ke tempat yang lebih nyaman yaa.. Sementara itu kau mungkin mau bawa barangmu yang berharga? Karena kita nggak tahu kita kembali kesini atau nggak? "

Panji mengangguk. Entah kenapa perasaannya jadi galau saat ia mengambil ransel yang cuma berisi dua kaos saja. Jaketnya ia kenakan. Dan secarik kertas berisi nomor telepon Mas Anas.

"Itu saja? "

"Iya Bos. Cuma ini. "

"Ummm.. Ya sudah, ayo! "

Panji mengekor bos menuju mobilnya.

"PANJII! " Tris berlari dengan rambut acak acakan khas orang bangun tidur. Bahkan ia tidak memakai alas kaki saat menyusul Panji yang akan memasuki mobil Van si bos. Entahlah. Batin Tris hanya tidak rela Panji pergi dari sisinya.

Selama ini, Panji selalu mengomelinya karena memperlakukan Panji terlalu intens daripada yang lain. Memeluknya, merangkulnya, menyuapinya, tapi Panji sama sekali tidak menepis dirinya sehingga membuat perasaannya terluka. Panji sudah mengerti bahwa hidup Tris sebatang kara. Semenjak pertemuan mereka di PM, membuat hidup Tris terasa amat bahagia. Dan mungkin saja Tris sudah terjerat oleh pesona seorang Panji seka.

Dekapan Tris untuk Panji disambut oleh suitan dan komentar-komentar alay teman-teman PM disney.

"Cie cieee.. " "Prikitiew"
"LDR nih yeee.. "

"Tris? " Beo Panji ketika Tris memeluknya sambil menangis.

"Panji jahat! Panji ninggalin Tris!! " Tris semakin membenamkan wajahnya ke dada bidang Panji. Karena malu dan karena ia juga tak mau berpisah dengan Panji.

"Maaf ya... Tapi aku harus pergi..! " tegas Panji. Selama ini ia selalu jatuh kembali dalam kebingungan. Namun ia harus berusaha menegaskan niatnya walau akan menyakiti beberapa pihak.

Panji memegang bahu Tris kuat. Ia melepas pelukan Tris dengan hati-hati. "Tris harus hidup yang lebih baik lagi, ya? "

"Hoi. Mau sampai kapan dramanya? " Bos Sajiman menegur. Ia sudah ingin tertawa terpingkal pingkal dengan adegan termehek mehek dua muda mudi di depannya.

"Maaf bos. " kata Panji yang segera mengikuti bos masuk kedalam Van.

Pintu van ditutup. Panji melihat Tris yang berusaha mengejar Van. Namun Sena berhasil menahan Tris. Setitik air mata haru menetes dari mata Panji. Pedih rasanya harus berpisah dengan orang-orang yang selalu membagi suka dukanya dengannya meski lebih banyak yang duka. Ia begitu menghargai saat-saat pahit dengan teman-teman PM demi menyambung hidup mereka.

***

Hidup, adalah sebuah perjalanan. Panji yang awalnya melalui jalan yang mulus memasuki hutan belantara yang tidak tahu mana tepiannya. Saat ia menemukan petunjuk keluar, ia malah tersesat lagi kekegelapan hutan tanpa sedikitpun penerang.

Bos tidak membawa Panji ke rumah yang pertama dan terakhir kali Panji kunjungi. Namun ke sebuah gedung lantai tiga yang tampak tua bangunannya. Mungkin karena cat luar yang mengelupas dan ada gurat-gurat air hujan yang membentuk garis-garis. Mengesankan rumah itu kotor dan horor.

Meski tampilan luarnya horor, di dalam bangunannya cukup rapi dan bersih. Panji dibawa menuju lantai tiga yang mana adalah kediaman Sajiman saat ini.

"Rumah saya sudah Pindah Nji. "

"Ooh.. Kenapa kita ke rumah Bos? Bos ada perlu sama saya? "

"Iya. Perlu banget. Sebenernya saya sudah nggak tahan ini Nji. Tapi saya bingung harus melampiaskan bagaimana?" si Bos curhat. Ia duduk di sofa tunggal dan memasang ekspreai setan.

"Bos ada masalah!?" Panji menangkap gelagat aneh dari sosok Bos yang belum dikenalnya secara dalam ini.

"Ada Ji. "

Buakh

Sebuah pukulan benda tumpul mendarat dengan telak ke sisi kiri kepala Panji.

Panji jatuh ke lantai saat itu dengan kondisi kepala sangat pening. Pandangan disekitarnya mengabur, dan, lalu, kegelapan menyergapnya tanpa ba bi bu lagi.




















Terimakasih sudah memberi komen dan vote selama ini.. Tetap beri vote yaa.. Dikritik juga boleh..

🤓🤓🤓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top