Panggilan dari Seberang

Collaboration team 14: Ghostbuster
With astridezza354

"Sial! Sial!" Edward mengumpat sembari berlari kencang di lorong sekolah yang sunyi. Ia seorang diri menaiki beberapa anak tangga untuk sampai di kelasnya yang terletak di lantai tiga.

"Haahhh ... pakai acara kelupaan segala," keluh Edward sambil memasuki ruang kelas yang sangat gelap. Ia mengarahkan senter ke satu sudut. Sebuah buku tergeletak di atas meja dan segera dihampirinya. "Besok pasti tamat kalau nggak ngerjain tugas Ms. Anna."

Tiba-tiba sebuah kilatan cahaya biru tertangkap oleh mata Edward. Ia menoleh dan mendapati sebuah foto berbingkai di atas rak penyimpanan yang entah bagaimana bisa berpendar aneh dalam kegelapan. Dengan penuh rasa penasaran, Edward menghampiri foto tersebut yang berjarak lima langkah darinya.

Foto itu berukuran cukup besar dan menampilkan tampak depan sekolahnya.

"Loh ... memangnya ada foto begini di kelas?"

Ketika Edward ingin meraih foto tersebut, sebuah tangan berpendar biru muncul, mencengkram lengan Edward dan menariknya dengan kekuatan luar biasa.

"A-apa ini? Akh!"

***

"Hei, bangun!"

Pipi Edward ditepuk dengan keras.

Edward terpaksa membuka matanya yang terasa berat. Pandangannya perlahan-lahan bisa menangkap gambar. Seorang gadis muda dengan rambut pirang seperti rambutnya menatap dengan kening berkerut.

"Si-siapa?"

Edward kemudian teringat dengan apa yang terjadi. Ia lantas mengalihkan pandangan ke sekelilingnya dan tersentak.

"Dimana ... ini?"

***

Edward begitu terperangah, dunia yang ia pijaki kini tampak berbeda.

Manik matanya berkilat, berkelabat makhluk yang berlalu-lalang, makhluk-makhluk itu seperti penggabungan sel beberapa hewan, dengan rupa yang lebih aneh dan menakutkan. Kilauan serbuk yang beterbangan dan kian menghilang mengiringi makhluk terbang itu. Beberapa bangunan kecil tampak seperti gubuk yang hanya berlapiskan kulit kayu. Rumah-rumah itu tampak redup, di bawah cakrawala yang tampak seperti gulali raksasa.

Kelebat menghampiri Edward layaknya helaian kain sutera.

"Kamu! bantulah aku mencari adikku yang hilang," pinta sosok yang melayang dengan setelah gaun putih yang sudah lusuh. Edward melihat bahwa usia sosok itu tak jauh darinya.

"Ha!"

"Kamu tidak mau?"

"HANTUUU!!!"

Lekas-lekas sosok itu membekap mulut Edward. "Diam! Lihat sekelilingmu!" seru sosok di depannya.

***

Selang beberapa menit ketika sosok hantu itu menjelaskan panjang lebar, Edward baru mau membantunya.

"Apa yang ada di sampingmu itu?"

"Ini Chimmy, setengah jiwaku." Mahkluk seperti kelinci bersayap yang terbang di samping kepala hantu itu memiringkan kepalanya, membuat Edward bergidik ngeri.

"Kau lebih tahu tempat ini." Mendengar perkataan itu Edward menyapu pandangan. Melihat sekitar. Kemudian, imajinya membuka pandangan akan sekolah tempat tinggal asalnya.

Ini adalah kawasan sekolahku, mungkinkah ...

"Aku merasa aku sangat familiar dengan tempat ini, bisakah kau mengajakku berkeliling? "

Chimmy, bagian jiwa dari gadis hantu yang meminta bantuan pada Edward, merubah bentuknya dari kelinci mungil bersayap menjadi kelinci besar bertangan kekar, bertanduk banteng, dan ekornya yang bulat menggemaskan berubah menjadi ular bersisik putih.

"Naiklah ke atas Chimmy."

Edward melongo. "Kau menyuruhku naik ke atas makhluk aneh itu?"

"Nggak sopan! Imut begini! Cepat naik!"

Mau tidak mau Edward menaiki Chimmy. Makhluk itu berlari dengan kecepatan seperti kuda menyisiri bangunan yang mirip sekolah Edward. Yang membedakan bangunan tersebut adalah makhluk-makhluk yang berkeliaran di dalamnya.

"Di mana kau terakhir melihat adikmu?"

"Kami bermain petak umpet, tapi aku tidak bisa menemukannya sampai sekarang. Aku terus mencari sampai aku mendengar suara yang mirip dengannya. Saat aku mengejar suara itu, malah kau yang muncul. Aku mohon bantu aku mencari adikku!" Si gadis hantu Bernama Zera mulai meraung-raung.

"Aduh ... jangan nangis!" Edward berusaha menutup telinganya yang terasa mau pecah. Ia berusaha memikirkan di mana tempat yang belum pernah didatangi si hantu. "Apakah kau sudah mencari ke gudang?"

"Aku sudah mencari ke gudang di dekat tangga."

"Bukan. Maksudnya gudang lama yang terpisah dari bangunan sekolah. Letaknya di belakang kafetaria."

"...."

"...." Edward menghela napas. "Ayo kita coba cari ke sana."

Mereka pun menuju ke gudang yang dimaksud. Ketika pintu gudang dibuka, tampak seorang anak kecil berambut pirang meringkuk di sudut gudang yang gelap.

"Eddie!" seru Zera sambil terbang ke arah sosok anak kecil itu.

Ia melihat rambut ikal anak kecil dnegan setelah jumpswit. Anak kecil itu masih memunggungi sang gadis sedangkan Edward dan Chimmy berada di posisi yang cukup jauh dari sang gadis. Anak kecil itu masih terdiam dan tak ada bergerakan, ia masih memunggungi sang gadis dengan rambut panjang dan bergelombang di ujungnya.

Ketika seruan yang kesekian kalinya, barulah sang anak kecil menoleh ke arah sang gadis. Wajah Zera berseri, melihat paras adiknya yang bercahaya, tak seperti dirinya yang kelabu bak mega mendung.

Edward ikut tersenyum melihat gadis hantu itu mulai berbincang hangat kepada adiknya. Edward membayangkan betapa bahagianya ketika ia mempunyai seorang kakak.

"Eddie, ikut bersama kakak, ya? Kamu mau?" tawar gadis yang tengah memeluk dan mengelus lembut punggung anak kecil itu.

***

Tiada jawaban ...

"Sepertinya itu bukan adikmu, Zer," celetuk Edward kepada sang gadis hantu.

Edward melihat seringai yang diberikan Eddie padanya, membuatnya ragu dengan anak yang mereka temukan itu.

"Zera, cepat menghindar darinya!" seru Edward dengan lantang.

"Apa maksud—"

Belum sampai Zera menggenapi kalimatnya, Edward menarik lengan Zera secara paksa dan mereka pun terhuyung dan tergolek bersamaan.

"Apa yang kau lakukan, Ed?" tanya Zera yang masih terheran-heran dengan sikap Edward.

"Lihat kebelakangmu!" pinta Edward.

Mereka berdua terperangah. Anak kecil itu perlahan berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Patahan tulang terdengar, hingga Edward dan Zera merinding.

Perlahan anak kecil itu merubah kulit dan ukuran tubuhnya. Ekor lancip bagai tombak, keluar, tiga kepala dan leher mirip naga menyembul.

Makhluk itu melaungkan suara yang memekakkan telinga dan mengeluarkan api besar hingga Chimmy terpaksa harus membawa Edward dan Zera menjauh.

"Makhluk apa itu?!" seru Edward yang berpegangan erat pada bulu-bulu di punggung Chimmy sambil menoleh ke belakang.

Tampak makhluk menyerupai naga buas makin membesar hingga menghancurkan bangunan gudang. Chimmy berlari memasuki gedung sekolah, mengagetkan para penghuni sekolah. Namun, raungan naga yang terdengar di belakang membuat seisi sekolah berlari ketakutan ke sana-kemari.

"Itu naga pemangsa! Naga yang memangsa jiwa-jiwa tersesat. Bagaimana bisa dia muncul di sini?! Seharusnya wilayah sekolah dilindungi mantra yang tidak bisa ditembus makhluk-makhluk kegelapan!" balas Zera dengan suara kencang, meningkahi makhluk-makhluk lain penghuni sekolah yang berteriak panik. Badannya tergantung di mulut Chimmy dan melayang kesana-kemari sehingga terkadang membentur tembok sekolah. "Aduh! Pelan-pelan Chimmy!"

BRUAK! – Si naga terpeleset saat mengejar Chimmy, membentur dan menghancurkan dinding di belakang mereka. Naga itu kembali bangkit seolah tidak merasa kesakitan sama sekali, matanya fokus pada Edward, Chimmy, dan Zera.

Ketiganya lantas pucat pasi saat pandangan mereka bertemu naga.

"Jangan pelan-pelan! Cepat Chimmy! Lebih cepat!" perintah Zera.

"Kenapa kamu nggak terbang aja sih?!" Edward memprotes untuk mengalihkan rasa takutnya.

"Diam! Aku sedang berpikir!"

Chimmy kembali berlari kencang dikejar naga pemangsa, menyusuri koridor sekolah, hingga menaiki dan menuruni tiap lantai di sekolah.

"Akh! Cepatlah pikirkan cara mengalahkan naga itu!" pekik Edward saat embusan api naga nyaris membakar kepalanya. "Lakukan apa saja! Kelemahannya apa?! Memangnya nggak ada kekuatan lain mirip naga itu disini?!"

Tiba-tiba sesuatu muncul di pikiran Zera, si gadis hantu. "Edward, kau jenius! Pergi ke aula sekolah, Chimmy!"

"Ada apa di aula?" tanya Edward dengan suara bergetar.

Chimmy menabrakkan badannya, mendobrak pintu aula sekolah sehingga pintu dari kayu itu hancur berantakan.

Edward terkejut mendapati aula sekolah di dunia itu berbeda dengan aula sekolahnya, terdapat cermin besar yang melintang dari ujung ke ujung aula berseberangan dengan pintu masuk.

***

Sang naga berhasil mengejar Edward dan Zera yang masih menaiki punggung Chimmy. Naga mengeluarkan api keseluruh ruangan, membakar apa saja, tak terkecuali Chimmy dan Zera yang tersulut api begitu dahsyat, mereka terhempas dan membentur salah satu dinding aula sebelum akhirnya tergolek ke lantai.

Manik mata Edward berkaca-kaca. "TIDAKKK!" Napas Edward tersengal, ia terlihat panik lagi bersedih dengan kejadian yang ada di depan matanya.

Apa, apa yang harus aku lakukan?

Naga itu membusungkan dadanya dan siap menyerang dengan kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya. Edward melangkar mundur dan terjatuh.

Edward menoleh dan ia lekas berlari.

"HEI! Seranglah aku!" Naga itu menoleh dan tertarik dengan Edward, akhirnya ia mengarahkan serangannya ke Edward.

Ketika seragan naga itu terjadi Edward meringkuk di bawah cermin pada aula itu.

Serangan naga pun terpantulkan, menyerang balik naga dan naga itu hancur menjadi kepingan dan serbuk berwarna keemasan sebelum akhirnya menghilang.

Edward berlari ke arah Zera dan Chimmy. Pakaian Zera dan bulu Chimmy gosong, terbakar api.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Edward kepada keduanya.

"Iya, kami baik-baik saja, hanya sedikit bau asap," ungkap Zera sambil menyunggingkan senyum.

Edward menekuk alisnya.

"Selanjutnya ke mana?" tanya Edward.

Zera mengajar ke taman sekolah, ke bagian kantin, ke lorong-lorong sekolah dan yang mereka dapati hanya kehampaan.

Ketiganya kini berada di taman belakang sekolah, rerumputan yang menari, warna rumputnya seeperti benang warna-warni, Edward terpana melihat rumput yang Zera duduki, sebelum ia bangun dari lamunan. "Jangan resah, Zera, ayo, kita cari lagi!" ajak Edward yang menagulurkan tangan di depan Zera.

Zera menunduk. "Tidak, ini sudah berakhir, aku tidak bisa menemukan Eddie di mana pun."

Tiba-tiba terdengar suara berisik, rupanya Chimmy sedang menggali lubang.

Edward dan Zera mendekat ke lubang itu dan mereka mendapati sebuah kotak.

Zera membuka kotaknya dan melihat isi kota tersebut.

Foto itu mengubah penggambaran Eddie di masa sekarang dan ketika yang terlihat adalah Edward, pemuda di depannya. Zera terharu, matanya mengalir air dan lesat memeluk Edward.

"Akhirnya, aku menemukanmu, Eddie."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top