panggil saja "Mawar"

Mari kita simpulkan melalui kaca mata seorang manusia pelupa dan tidak tahu bagaimana buruknya dunia bekerja.

Kita mulai dari aktivitas pertama di pagi hari. Ketika suhu masih terasa sangat dingin saat kulit ditimpa air, hasrat untuk mandi mendadak kandas namun tetap harus dipaksa begitu bayangan potongan pundi rupiah berjalan di depan mata.

Orang bijak bilang waktu adalah uang, baik secara kiasan maupun secara harfiah artinya memang sama. Waktu adalah uang, kendati hal seperti itu baru bisa dirasakan ketika terlibat langsung di ranah kerja. Ya, dunia kerja. Dunia yang keras di mana penghuninya berisi manusia-manusia setengah waras.

Yang benar bisa bobrok, yang bobrok makin hancur.

Yang baik jadi jahat, yang jahat makin bangsat.

Kalau ada yang tetap baik dari awal sampai akhir, pasti bakal jadi bulan-bulanan mereka yang perlu pijakan. Jadi korban terus-terusan karena tidak mampu melawan. Orang seperti ini kadangkala dengan entengnya dilabeli manusia dungu. Mau saja harga dirinya diinjak-injak, diberi nasehat agar mau melawan, tapi ujung-ujungnya tetap disalahkan. Apalagi kalau ada yang harus dikorbankan, akan diubah jadi kambing hitam sekalian. Duh, nasib orang baik memang selalu seperti itu ya.

Tidak heran banyak diantara mereka yang badannya kering kerontang gara-gara hampir setiap hari makan hati, tapi lupa pakai nasi.

Begitu juga dengan garis takdir yang harus dijalani seorang gadis muda yang satu ini. Mari kita panggil dia dengan sebutan Mawar. Layaknya nama samaran yang acapkali disematkan pada korban pelecehan seksual. Toh, pada dasarnya anak ini memang sama-sama korban, bukan?

Gara-gara baru tidur selepas subuh, akhirnya dia kena serangan panik begitu melihat jarum jam yang lebih pendek menunjuk angka tujuh sedangkan yang lainnya mengarah ke angka sembilan.

"Aduh, telat lagi!" seru Mawar sambil memakai sepatu serampangan.

Bagian kanan dipakai kaki kiri, bagian kiri dipakai sebaliknya. Setelah 25 menit merampungkan kegiatan di kamar mandi dan memakai seragam kerja, waktu yang dimiliki gadis itu masih harus dipakai untuk memperbaiki posisi sepatu yang ia gunakan. Belum lagi nanti dia harus jalan kaki ke tempat kerja, entah akan berapa banyak potongan yang ia dapat.

Jika telat satu menit dipotong seribu rupiah, bisa dipastikan uang makan dan transport yang diberi perusahaan untuknya melayang cuma-cuma.

Bekerja di perusahaan kecil memang membuatnya belajar banyak hal, loyalitas pun selalu ditekankan, tanggung jawab harus dijunjung tinggi. Mawar oke-oke saja, karena pikirnya jika tempat dia bekerja bisa berkembang semakin besar maka pendapatan yang ia terima pun akan berbanding lurus dengan income perusahaan.

Tapi, karena insomnia sialan itu sering kambuh beberapa waktu belakangan, gadis itu harus mengikhlaskan potongan gaji yang tidak sedikit. Tidak apa, memang ini salahnya.

Dia selalu berpikir begitu.

"Lebih berapa menit?"

"35 menit."

Lalu beberapa orang di divisinya tertawa, diiringi oleh suara napas ngos-ngosan dan banjir keringat di seluruh tubuh. Tidak apa, memang ini salahnya. Dia tidak bisa memaksa orang lain menjaga perasaannya. Karena perasaan Mawar, hanya dijaga sendiri oleh pemiliknya. Hanya dia yang mampu dan bisa menjaganya.

"Ciee, potong gaji lagi nih, hahaha."

"Makanya kalau malem tuh tidur."

Mawar sendiri merasa aneh, kenapa hal yang sensitif seperti potong gaji bisa dianggap lelucon murahan seperti itu oleh rekan-rekannya. Mereka yang sama-sama berjuang, mereka yang tahu bagaimana keras ia berusaha, dengan gaji yang tidak seberapa. Mawar hanya berharap mendapatkan sedikit rasa empati dari mereka.

"Nggak bisa, udah dicoba tapi tetep ga bisa. Lagian aku juga maunya tidur. Siapa sih yang mau melek terus-terusan? Aku juga capek gini terus."

Sebaik apa pun Mawar, pada akhirnya dia tetap akan merasa kesal. Hanya saja pengendalian emosi miliknya memang patut diacungi jempol. Alih-alih marah tidak jelas, dia memilih duduk di kursinya sambil mengambil berkas yang harus dicek. Bekerja di bagian keuangan seringkali membuatnya merogoh kocek untuk mengganti kehilangan. Mulai dari yang terkecil sampe yang jumlahnya lumayan pun pernah ia bayar. Resiko pekerjaan.

Mawar sudah cukup lama bekerja di perusahaan itu. Kinerjanya pun bagus, jarang sekali melakukan kesalahan. Ketelitian yang ia miliki cukup tinggi.

Pernah satu waktu ia menemukan kesalahan rekannya. Nota-nota pembelian yang seharusnya diserahkan ke direktur sebagian ada yang hilang. Jumlahnya lumayan besar. Seharian ia berusaha mencari nota itu, Mawar tidak mau temannya menanggung beban sendiri. Mereka satu tim. Maka dengan suka rela ia mengusulkan untuk mengganti kehilangan itu dengan cara iuran. Hingga beban masing-masing orang jadi lebih ringan.

Lalu, ketika tiba saat yang buruk menimpanya, orang-orang mulai sibuk menutup mata. Boro-boro menanyakan seperti apa kronologisnya, apalagi sampai menawarkan bantuan. Mimpi sekali kalau berpikir akan ada yang bertindak seperti itu.

Bohong kalau dibilang tidak berharap.

Karena pada kenyataannya, Mawar masih menunggu. Dia ingin dibantu, setidaknya dicarikan solusi. Tidak perlu dengan sumbangan materi. Namun, jika ada yang berinisiatif dia akan bersyukur sekali. Karena, yaa, keteledoran yang ia buat membuat Mawar harus mengganti kerugian perusahaan sampai sepertiga dari upah yang diterima tiap bulan.

Pulang-pulang ia menangis sendirian di kamar. Mau marah juga percuma, dibilang kecewa sudah pasti.

Seperti pribahasa air susu dibalas air tuba. Dia selalu saja lupa, jika dunia tidak selalu bekerja sesuai dengan ekspektasinya. Dia tidak tahu bagaimana nasibnya nanti, kedua tangan digunakan Mawar untuk menutup wajah sekaligus meredam isakan. Telepon dari sang adik membuat kepalanya semakin sibuk dan riuh. Berisik sekali sampai dia mohon-mohon untuk berhenti pun tidak ada yang akan terjadi.

"Kak, bulan depan terakhir pembayaran buat study tour ke Jogja."

Fin.










a/n:
Jadi ini tuh efek gara2 ditakut-takutin sama temen, di saat aku baru tidur setengah jam kebangun trus ga bisa tidur lagi sampe pagi. Tidur tepat waktu tuh hal yang paling langka dan paling membahagiakan huhuhu...

Ngomong2 jangan berharap sama manusia yaa, sakit soalnya. :"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top