✨[9] Motivasi
"Pangeran hingga jannah"
Jika kamu sudah berhasil damai dengan patah hati karna cinta, selamat kamu sudah bisa menakluti dirimu sendiri.
©Bintang kejora
.
.
.
"Nih tisu buat kamu."Laki-laki itu menyodorkan tisu ke Sabrina. Namun, Sabrina tetap memilih diam, mengabaikan laki-laki tersebut.
"Menangis itu tidak dapat menyelesaikan masalah," ujar laki-laki itu lagi.
Sabrina menoleh ke samping. Dilihatnya laki-laki disampingnya ini penuh kebingungan. Siapa laki-laki ini? kenapa sok akrab begini? Tidak taukah dia kalau sekarang Sabrina tengah patah hati?
Oh, cinta kenapa begitu rumit.
Dari segi pakaian lelaki ini bisa dipastikan dia adalah seorang mahasiswa. Atau mungkin alumni, sama seperti dirinya.
Sabrina hanya diam tidak mau mengucapkan apapun. Moodnya benar-benar berantakan.
Melihat gadis yang tengah duduk tepat di sampingnya yang tengah berdiri masih diam, mengabaikan dirinya, membuat dirinya sedikit lebih simpati.
Sebenarnya tadi dia ingin pulang karena urusan di kampusnya sudah selesai. Namun, niatnya urung saat melihat seorang gadis menangis di taman kampus sendirian. Dan terlintas di benaknya untuk menghibur atau sekadar mengucapakan sebuah kata yang mampu membuat gadis itu tersenyum kembali.
"Kalau kamu ada masalah jangan mengeluh lantas bersedih. Harusnya kamu tetap tegar, berpikir positif. Mungkin dengan ini kamu akan menjadi pribadi yang lebih baik," ujar laki-laki itu.
Sabrina memalingkan wajahnya ke samping. Laki–laki itu menatapnya, dengan seulas senyum, menawan.
"Kamu tahu luka akan sembuh jika orang itu ikhlas dengan apa yang telah terjadi dan biarkan waktu menjadi obatnya?" tanyanya pada Sabrina.
"Tapi luka karna cinta tidak akan ada titik sembuhnya." Sabrina menghela napas.
"Siapa bilang tidak ada? Luka karna cinta akan sembuh jika kamu mampu berdamai dengan luka itu sendiri."
"Damai? Aku tidak bisa, ini terlalu menyakitkan." Suaranya kembali bergetar dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Kamu bukannya tidak bisa, hanya saja kamu belum mencoba." Setelah mengatakan itu laki-laki itu terdiam sejenak. "Cinta sebelum halal adalah cinta palsu, jadi jangan menangisi sesuatu yang jelas palsu. Kamu harus berdamai dengan cinta yang tidak memiliki ujung ini." Lanjutnya lagi.
Sabrina terpaku.
Apakah dirinya salah? terlalu berharap pada yang bukan cinta halalnya. Jika iya, bagaimana? Apa yang harus dia lakukan?
Suara tangisnya kembali pecah. Sabrina menangisi kesalahannya, dia sudah terlalu jauh berharap. Dia terlalu mencintai makhluk-Nya, dia lupa akan cinta yang sebenarnya. Yaitu cinta kepada Allah Sang Pemilik Segalanya.
Ya Allah maafkan hamba, hamba sudah terlalu jauh melangkah.
Melihat perempuan di sampingnya kembali menangis sontak laki-laki itu ikut panik, ia takut dia salah bicara. Dia takut perkataanya akan menambah luka di hati. Bukan malah memberi kesembuhan malah semakin menambah menyakitkan.
"Hey jangan nangis lagi... Apa saya salah bicara?" tanyanya khawatir.
"Terimakasih... Kamu sudah membuatku sadar," ucap Sabrina serak.
"Syukurlah. Ingat, cintailah manusia sewajarnya dan Cintailah Allah sepenuh jiwamu," ujar laki-laki itu.
"Itu pasti." Sabrina tersenyum. Dia sudah sadar bahwa apa yang dilakukannya itu salah, tidak seharusnya dia terlalu berlebihan menangisi dan mencintai Farhan.
"Kalau begitu saya pamit dulu. Ingat, jangan pernah menangisi lelaki yabg belum tentu akan menjadi suamimu."
"Iya, sekali lagi terimakasih. Hmm kalau boleh tau, nama kamu siapa?"
"Muhammad Adam. Panggil saja Adam."
⭐⭐⭐
From : Farhanan anggara
Sabrina? Dimana?
Pesan terkirim
10 menit masih tidak ada balasan.
Frustasi!!!
Satu kata yang dapat menggambarkan seberapa kacau Farhan saat ini. Sudah setengah jam dia mencari keberadaan Sabrina tapi hasilnya nihil, dia tidak dapat menemukan Sabrina. Sebenarnya kemana perempuan itu pergi?
Dan sekarang disinilah dia berada di area parkiran. Berharap Sabrina belum pulang dan menemukannya disini.
Sebenarnya dia merasa sangat bersalah. Seharusnya dia bicara baik-baik tadi. Tidak membentak gadis itu, tapi emosinya tidak dapat terkontrol.
Ini gila kenapa Sabrina bisa mengatakan kalau dia mencintainya?
Dia sungguh tidak tau harus berbuat apa, yang dia lakukan hanya menunggu Sabrina di tempat parkir ini. Semoga saja Sabrina belum pulang.
Dia kira hari ini akan menyenangkan, mengelingi kampus bersama sahabat-sahabatnya. Tapi nyatanya ini di luar dugaannya.
Drtt...drrtt
Ponselnya bergetar, di ambilnya ponsel dari saku celananya. Setelah itu dilihatnya siapa yang menelpon. Dan ternyata dari sang Mama tercinta. Langsung saja Farhan angkat telpon tersebut.
"Assalamu'alaikum Ma, ada apa?" tanya Farhan lembut.
"Waalaikumsalam nak, Hanan lagi dimana sekarang? bisa bantu mama sebentar?"
"Hanan masih di kampus Ma. Bantu apa?"
"Tolong jemput Maira ya sayang, Soalnya Mama mau ke kodongan dengan Papa."
"Pak Surdiman kemana Ma?"
"Kan Pak Surdi pulang kampung, anaknya lagi sakit."
"Oke, Hanan jemput Maira sekarang."
"Yaudah Mama tutup telponnya ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Farhan harus segera menjemput adiknya. Biarlah di tunda dulu menunggu Sabrina. Nanti setelah pulang mejemput adiknya, dia akan langsung ke rumah Sabrina. Mungkin Sabrina sudah pulang. Dia harus segera meminta maaf pada Sabrina bagaimanapun Farhan tidak ingin masalah ini larut terlalu lama.
⭐⭐⭐
Jangan lupa tinggalin jejaknya:) Biar makin aku sayang wkwk
16 -Desember -2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top