✨[32] Istana tuan putri
pangeran hingga jannah
.
.
.
Waktu bagaikan anak panah, begitu cepat berlalu. Dari tadi Farhan belum bisa meninggalkan pekerjaanya, berkas-berkas yang ada di meja membuatnya harus tetap lembur, Padahal hari ini ia akan pulang ke rumah Mamanya, menjemput Aira di rumah Bunda. Rifki-sahabatnya itu sudah pulang beberapa jam yang lalu. Meminta solusi pada Rifki memang bukan kesalahan, buktinya suasana hatinya sekarang sudah membaik, Sekarang Farhan tahu, siapa yang sebenarnya harus dia pertahankan dan tinggalkan. Dia paham sekarang mana yang di katakan cinta dan mana yang hanya sebuah bentuk simpati.
Jam sudah menjukkan pukul 17:35, akhirnya pekerjaanya selesai, bersyukur pekerjaannya tidak selesai malam. Karna kalau malam pasti dia tidak bisa memberi kejutan pada istrinya. jauh-jauh hari dia sudah mempersiapkan semua ini hanya untuk tuan putrinya. Dengan perasaan lega dan bahagia dia melangkah kakinya keluar dari ruangannya, tak lupa juga Farhan mengambil jas yang dia letakkan di atas sofa.
Di perjalanan sebelum pulang, Farhan terlebih dulu mampir di sebuah toko bunga. Di sana banyak berbagai macam bunga yang mampu membuat Farhan kebingungan, dia tidak tau Aira menyukai jenis bunga yang bagaimana, tapi Farhan pernah melihat buku bersampul bunga Mawar biru Aira, Farhan tidak tau itu buku apa, yang dia tau Aira sering menulis sesuatu di sana, tapi di Indonesia bunga jenis itu langka bahkan bisa dikatakan tidak ada.
"Selamat sore pak, ada yang bisa kami bantu? Di sini ada banyak berbagai jenis bunga yang kami sediakan." Ucap seorang ibu-ibu dengan gaya ramahnya.
"Saya mau cari bunga buat istri saya, apa di sini tersedia bunga mawar biru? " Tanya Farhan.
"Waduh pak.. Bunga mawar biru itu langka, dan kami tidak menyediakan, susah mau cari di mana bibit bunganya, kalo bapak mau, bapak bisa pergi ke Jerman, soalnya yang saya tau di Jerman itu banyak." Farhan hanya tersenyum singkat menanggapi penuturan Ibu tersebut. Pergi ke Jerman? Yang bener saja, bisa-bisa Aira ngamuk menunggunya pulang.
Mata Farhan sibuk melihat berbagai macam jenis bunga," Bapak bisa lihat-lihat dulu, perlu bapak ketahui setiap bunga punya makna,setiap bunga punya arti, pilihlah bunga yang cocok buat istri bapak dan hati bapak sekarang." Ucap ibu itu lagi. Ucapan itu seakan menghipnotis Farhan,lalu sedetik kemudian bibirnya menyungging sebuah senyuman. Dia tau bunga yang cocok buat Aira dan hatinya sekarang.
"Bu.. Saya mau bunga Lily putih dan bunga Lavender."
⭐⭐⭐
"Bunda, Ayah, Bang Raka.. kita berangkat ya, jangan pada kangen nanti loh." Ucap Aira terkekeh geli.
"Ayah setiap detik, menit, bakalan tetap kangen sama putri Ayah yang cerewet ini, ingat pesan Ayah ya, jangan nyusahin suami,harus patuh sama perintah suami, dan yang paling harus Aira ingat, Aira.. Gak boleh manja lagi ya."
"Ih Ayah mana boleh gitu, Aira gak bisa kalo gak manja, rasanya gak enak."Protes Aira, Malik hanya tertawa pelan. Putrinya memang menggemaskan.
"Aira mana boleh gitu, udah gede gak boleh kayak anak kecil." Tegur Anita galak. Bukannya takut Aira malah manyun.
"Tau ini,udah jadi istri orang malah kayak anak sd." Raka mencibik.
"Yeeee dasar ngiriiii!" balas Aira sengit.
"Farhan jangan lupa pesan Ayah ya, jangan pernah buat kecewa putri Ayah apalagi menyakitinya." Malik menatap menantunya, sebagai seoarang Ayah wajar kalau ia masih khawatir pada putri satu-satunya itu.
"Farhan selalu ingat pesan Ayah," ucap Farhan yakin.
Dan Malik yakin kalau Farhan adalah lelaki yang tepat buat putrinya.
Pangeran yang bisa menjaga tuan putrinya.
Pukul 19:12...
Aira menatap ke luar kaca mobil, melihat pemandangan di malam hari, sangat indah dengan lampu-lampu kota yang berkelap-kelip. Bukannya sepi malah di malam hari banyak sekali orang yang berlalu-lalang, entah apa yang mereka kejar.
Padahal di malam hari harusnya mereka beristirahat,karna tubuh mereka butuh itu. Dia menghembus nafas pelan, lalu matanya menatap ke arah samping, terlihat Farhan sedang serius menyetir, wajah datar dan tatapan tajam itu membuat Aira gugup. 6 bulan hidup bersama Farhan membuat dia tau bahwa suaminya itu orangnya kaku, dia sulit menafsirkan tingkah Farhan, selalu berubah, kadang romantis kadang juga dingin. Entahlah, Aira memenjamkan matanya, mulai berpikir kapan Farhan tidak kaku lagi padanya, kapan sebutan 'Saya' itu berubah menjadi 'Aku', bukankah kata 'Saya' hanya berlaku untuk orang asing yang tidak saling mengenal?
Dan kapan Farhan mengatakan kata Cinta padanya? Sekali lagi, dia hanya bisa berandai-andai.
Sejak Ijab qobul, sejak kalimat sakral itu di ucapkan Farhan, pada saat itu juga Aira sudah berjanji bahwa dia akan berusaha mencintai Farhan dan sekarang janji itu sudah ia tepati.
Dia jatuh cinta pada pangerannya.
6 bulan hidup bersama Farhan, sangat mudah bagi Aira jatuh hati pada suaminya. Farhan memang tidak pernah mengucapkan kata manis, tapi perlakuannya cukup membuat Aira terbang, cukup membuat pipinya merona.
Farhan melirik Aira yang sendari tadi menatapnya, dia mengernyit dahinya saat melihat raut wajah Aira yang terlihat gelisah.
"Kamu kenapa?" Tanya Farhan menatap Aira. Tidak ada sahutan, Aira terlihat asik dengan dunia lamunanya. Begitulah kira-kira yang Farhan lihat.
"Aira...kamu kenapa hmm?" Tangan Farhan kini beralih ke pipi Aira dan mengelusnya.
Sontak Aira kaget,"Eh apanya kak?" Aira menatap Farhan mematung, karna sekarang Farhan menatapnya lembut di tambah lagi tangan Farhan yang masih mengelus pipinya.
"Kamu kenapa? Ngelamun apa? Kok dari tadi diem terus." Tanya Farhan lagi.
"Emang tadi Aira ngelamun ya? Kok bisa sih?" bukannya menjawab Aira malah balik nanyak, benar-benar mengemaskan di mata Farhan.
"Udah, lupain aja." balas Farhan tertawa kecil.
"Untung saja, huft!" Aira membatin.
Setelah itu suasana mobil kembali hening, membiarkan sepasang insan berperang dengan pikiranya masing-masing.
30 menit berlalu, mobil berhenti di sebuah rumah. Membuat dahi Aira mengernyit,soalnya ini bukan rumah Mama mertuanya.
"Kak kok kita kesini? Rumah Mama kan bukan di sini, ini daerah mana?" Tanya Aira dengan raut kebingungan.
Farhan tersenyum tipis melihat raut kebingungan istrinya, tanpa menjawab pertanyaan Aira, dia lalu turun dari mobil, dan setalah itu ia membukakan pintu buat Aira. Dengan bingung Aira keluar dari dalam mobil, tingkah Farhan sungguh membuatnya kebingungan.
"Selamat datang tuan putri, selamat datang di istana baru kita," ucap Farhan membuat Aira terpaku.
"Harusnya rumah ini sudah selesai di saat hari pernikahan kita, tapi karena kemarin desainnya kurang menarik, jadi saya rubah konsepnya. Saya sudah persiapkan semuanya untuk kamu jauh-jauh hari, jadi ya begitulah... untuk desain seperti ini membutuhkan waktu berbulan-bulan, semoga kamu suka ya." ucap Farhan sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
Aira sudah tidak bisa berkata-kata lagi, Farhan sudah berhasil membuatnya terharu," Terimakasih kak, Aira suka." Aira langsung memeluk Farhan, membuat Farhan bahagia bukan main.
Di dalam rumah, lagi-lagi Aira di buat terpaku, di setiap dinding sudut rumah, terdapat banyak foto pernikahannya dengan Farhan, foto dirinya dengan berbagai gaya. Malam ini Farhan berhasil membuatnya melayang.
"Aira..." panggil Farhan lembut. Aira membalikkan tubuhnya ke belakang, dan betapa terkejut dirinya saat melihat Farhan memegang tangkai bunga yang sudah di hias cantik dalam kertas plastik bening.
"Buat kamu." Farhan tersenyum, senyuman belum pernah di lihat orang manapun, selain dirinya.
Aira mengambil bunga tersebut dengan perasaan bahagia, malam ini Farhan sangat manis. Aira mengamati bunga yang sekarang sudah berada di tanganya, dan menghirupnya dalam-dalam.
"Kenapa harus bunga Lavender dan bunga Lily putih kak?" Tanya Aira.
"Karna cocok buat kamu dan saya." Aira mengerneyit dahi tidak mengerti.
"Saya ke kamar duluan, mau mandi, gerah." Farhan berlalu menaiki anak tangga.
"Apanya yang cocok?"dia bergumam. Dari pada bingung, dia memilih mencari tau makna bunga tersebut di Google.
Dan Aira di buat kebingungan lagi setelah mengetahui makna dari bunga Lavender.
"Perasaan apa yang ingin kak Farhan sampaikan?"
⭐⭐⭐
Pagi menyapa, suara kicauan burung-burung membuat tidur Aira terusik, di tambah lagi cahaya pagi menebus celah-celah gorden, membuat Aira mengerjap matanya berulang kali.
Hari baru, suasana baru dan cerita baru.
Aira melirik Farhan, seperti pagi-pagi yang terlewatkan, pagi ini masih sama, sebuah tangan kekar yang tidak pernah absen memeluknya.
Sehabis Shalat subuh di mesjid Farhan memang tidur kembali, katanya kalau tidak tidur bisa-bisa dia tidak fokus sama pekerjaannya di kantor. Dan yang lebih membingungkan lagi Farhan tidak mau tidur kalau bukan dirinya yang menemani. Dasar aneh.
Aira melangkahkan Kakinya menuju kamar mandi, pagi ini Aira harus masak. Kata Farhan di rumah ini sudah ada bi Asih yang akan membantu semua pekerjaan rumah tangga kecuali memasak, karena Farhan ingin setiap harinya memakan makanan yang di masak Aira bukan orang lain.
Pukul 10:23
Farhan terbangun dari tidurnya, dia mengerjap matanya karna sinar matahari yang menyilaukan,Farhan melirik ponselnya yang terletak di atas nakas. Masih jam sepuluh itu tandanya dia tidak akan terlambat. Farhan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi tapi urung saat ia melihat buku bersampul mawar biru di atas nakas. Awalnya ia tidak tertarik untuk melihat apa isi dari buku tersebut,tapi entah kenapa hatinya tergerak untuk melihat apa isinya. Dengan sedikit kaku Farhan mengambil buku tersebut dan membukanya. Di halaman pertama tidak ada yang menarik perhatianya selain biodata Aira, halaman kedua hanya bait-bait puisi yang Farhan tidak tahu apa maknanya. Hingga tiba di halaman berikutnya. Berhasil membuat Farhan tercekat. sebuah kata mampu menohok jantungnya.
Jika suatu saat nanti bukan kak Adam yang akan menjadi pangeranku,sungguh aku ikhlas. Sungguh aku tidak pernah menyesal bahwa pernah mencintai kak Adam begitu dalam.
~Jakarta, 12-Desember-2016.
"siapa Adam?" pertanyaan itu Farhan biarkan memenuhi pikirannya sekarang.
Di dapur Aira sudah menyelesaikan ritual masaknya.
Tett...Tett...
Suara bel menghentikan langkah Aira untuk menemui Farhan, Aira mengernyit dahi bingung, siapa yang bertamu? Bukankah rumah ini baru di tempati tadi malam? siapa yang tau alamatnya yang baru?
Dengan perasaan penasaran Aira melangkahkan kakinya menuju pintu utama.
Di sana berdiri perempuan dengan senyum simpulnya, Aira semakin kebingungan.
"Assalamu'alaikum, bener ini rumahnya Mas Hanan?" ucap perempuan itu langsung,membuat Aira mematung.
"Wa'alaikumsalam I-ya bener, saya istrinya,mbak siapa ya?" Tanya Aira gugup.
"Saya Sal...."
⭐⭐⭐
PLEASE!!! Jangan lupa tinggalin jejaknya ya:) biar makin di sayang pak Dosen.
Aceh, 26-juni-2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top