✨[28] Kembali
"Pangeran hingga jannah"
.
.
.
"Saya tidak akan menyakitimu..."
Perlakuan Farhan tadi malam sungguh membuat Aira melayang-layang. Bagaimana Farhan memperlakukannya dengan begitu lembut. Aira nyaris di buat gila.
Lihat saja sekarang. Bahkan pipi Aira masih bersemu merah. Malu.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 05:00 dan suara Azan pun sudah mulai terdengar. Aira sudah terbagun sekitar 15 menit yang lalu.
Aira melirik Farhan yang masih tertidur pulas dan dengan tangan yang masih setia memeluk pingganggnya. Kalau begini, Farhan terlihat jauh berkali lipat tampannya. Tidak ada aura Dosen killer sedikitpun.
Karna tidak mau menunda waktu Shalat subuh lagi. Aira mencoba membagunkan suaminya.
"Sebaik-baik manusia adalah mereka yang segera menunaikan Shalatnya"
"kak... Bangun, udah subuh." Aira mengoyang-goyangkan tangan Farhan, berharap dengan cara ini Farhan bisa segera bangun.
"Iya..., " tak butuh banyak waktu untuk membagunkan Farhan, karna ia memang tipikal orang disiplin. Farhan turun dari ranjang lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Sementara Aira mempersiapkan keperluan Farhan, ia mengambil pakaian sekaligus perlangkapan Shalat, seperti sarung dan Sajadah.
"Saya pergi ke masjid dulu ya, Baik-baik di rumah." Farhan mengelus pucuk kepala Aira sebentar. Tak lupa juga bibirnya mengulum senyuman manis yang sejak tadi terus saja mampu membuat Aira gugup setengah mati.
"Kalo gini setiap subuh, aku bisa kenak Diabetas tingkat akut. Duh."
Setelah Farhan keluar dari kamar. Aira bergegas mandi dan segera menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba. Usai Shalat Aira berinisiatif untuk memasak, meski manja-manja gini Aira cukup ahli dalam bidang memasak.
Aira memperhatikan pantulannya di cermin, Rok warna hitam perpaduan dengan baju berwarna coklat susu sangat pas di tubuhnya, dan juga dengan khimar instan berwarna senada. Tak lupa ia memakai bedak bayi dan juga Lipblam. Pokoknya nanti kalau kak Farhan pulang,Aira harus terlihat Fress.
Walaupun cuma memasak,Pokoknya Aira harus tetap Cantik.
Bukankah dandan untuk suami sendiri akan bernilai Pahala?
Membuat suami senang akan bernilai pahala?
Tapi tunggu dulu...
Ada aneh dengan dirinya pagi ini?
Masa sakit sih?
Cacar? Gak mungkin.
Aira memperhatikan kembali dengan jelas, semoga salah liat. Tapi ini nyata, di leharnya banyak bercak-bercak merah. Apakah kamarnya sekarang di serang banyak serangga.
"Bunda,,, Kamar Aira banyak serangga!"
Pukul 06:32 masih di kediaman Bunda dan Ayah...
Sarapan pagi akhirnya sudah siap, setelah setengah jam berkutat dengan berbagai rempah-rempah, jadilah nasi goreng spesial ala Aira dan juga roti tawar dengan berbagai macam selai.
Awalnya Aira ingin menceritakan perihal serangga yang mungkin sudah merajalela di dalam kamarnya. Tapi pantaskan di umurnya yang tak lama lagi akan genap 19 tahun mengadu perihal macam ini pada ibunya.
Lebih baik ia membersihkan kamarnya nanti. Tanpa bantuan Bunda, sesekali Aira harus terbiasa sendiri. Karna ia sekarang sudah menjadi istri orang.
"Tumben masak dek? Pasti lagi seneng ya? " Raka langsung duduk dengan santainya. Membuat Aira mendegus.
"Apaan sih bang Raka, pagi-pagi ngajak ribut."
"Yee!! siapa ngajakin ribut."
"Dasar Rak piring!!" Aira mengupat kesel, entah kenapa kalau ia dekat-dekat dengan Raka bawaanya pengen ngumpat mulu.
"Kalau bicara sama yang lebih tua itu yang sopan!"
"Bodo amat Bang!!!"
"Dasar istri kurang belaian suami wlee!"Raka menjulur lidahnya,mengejek adiknya yang sebentar lagi pasti akan meledak.
"ABANG!!! Awas ya! Dasar perjaka gak laku-laku."Karna kesel, Aira menjabak rambut Raka tampa ampun, membuat Raka mengaduh kesakitan.
"YAELAH SAKIT WOY!!!"
"Rasain, Mampus!" Aira semakin gencar menjabak rambut Raka.
"Aduh, sakit benaran HANJIR!!!" Raka berteriak cukup kenceng. Tapi Aira seolah tidak mendengarkan.
"RAKA, AIRA!! KALIAN NGAPAIN TERIAK-TERIAK." Anita melotot melihat kelakuan anak-anaknya.
Otomatis mendengar suara yang begitu mereka hormati. Raka dan Aira mendadak diam.
"Kalian Selalu buat Bunda pusing." Anita memijat kepalanya. Anak-anaknya terlalu luar biasa.
"Kenapa lagi?" Tanya Malik saat tiba di meja makan, di ikuti Farhan di belakangnya, laki-laki itu terlihat mengerut dahinya.
"Itu loh mas, anak-anak kamu, bikin darah tinggi aja pagi-pagi."
"Bang Raka yang duluan tuh."Bela Aira, ia tidak terima kalau dia di salahkan, jelas-jelas Raka yang mulai duluan."
"Bang Raka jangan diam aja napa?" Kesel Aira, melihat abangnya yang masih bungkam.
"Iya iya iya maaf, abang yang salah." Sahut Raka memelas.
Kan sudah Raka bilang. Kaum perempuan selalu benar, dan kaum laki-laki akan selalu salah, apabila kamu perempuan salah maka, kembali ke pasal pertama. Kampret emang.
Pukul 08:00 masih di kediaman Bunda dan Ayah...
Hari adalah hari Sabtu, meski minggu pekan tetap saja tiada kata libur bagi seorang Farhanan anggara. Jadi hari ini, mau tidak mau Farhan harus pergi ke kantor, padahal ia masih ingin berlama-lama sama istrinya.
"Kak di kantor nanti, yang jadi sekretarisnya cowok apa cewek?"
Farhan menautkan dua alisnya, lantas segera memakai jasnya,"maunya kamu, cewek apa cowok?" Tanyanya saat sudah selesai memakai jasnya. Kini tatapannya fokus pada Aira.
"Ya harus cowoklah,karna Aira akhir-akhir ini sedang baca novel CEO-CEO gitu, terus di novel tersebut sekretarisnya pada ganjen-ganjen sama bosnya dan yang lebih parah lagi Bosnya tergoda padahal udah punya istri,pokoknya Aira gak mau kalau itu terjadi sama kakak."Kata Aira serius. Terlihat bagaimana caranya bicara.
"Saya beda." Farhan mengacak-ngacak rambut Aira sebentar sambil terkekeh geli, Aira terlalu jauh berfikir."Dan tenang sekretarisnya udah punya suami," lanjutnya lagi.
"Beneran udah punya suami sendiri?" Tanya Air memastikan.
"Buat apa saya bohong."
"Kalau gitu, Hati Aira udah seneng kembali," ucap Aira sumringah.
"Kamu cemburu?" Tanya Farhan menggoda.
"Sangat." Jawab Aira mantap.
Kalau begini, Farhan tidak punya pilihan apapun selain bertahan. Mungkin.
⭐⭐⭐
"Kakak pasti bisa, jangan takut dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, bukankah udah jelas, siapa Bidadari pertamanya." Ucapnya mencoba meyakinkan kakak tercintanya.
"Kakak gak yakin dek," bener saja ia sangat takut dengan penolakan.
"Kak dengerin ya, 4 tahun mungkin tidak akan sama lagi, tapi percayalah alasan di balik kejadian 4 tahun itu akan membuatnya sama. Kakak hanya perlu menjelaskan yang sebenarnya terjadi," ia harus bisa meyakinkan kakaknya, kakaknya cukup menderita selama 4 tahun ini, dan sekarang ia akan berusaha membuat kakaknya bahagia kembali.
Dan bahagia kakaknya hanya pada laki-laki itu.
"Semangat kak! Pokoknya Shiren selalu bersama kakak." Shireen memeluk kakaknya erat, begitu sebaliknya.
Perempuan itu turun dari mobil, sekarang, ia sudah kembali lagi di sini, setelah 4 tahun menghilang.
Banyak kejadian menyakitkan yang telah di alaminya 4 tahun. Dan sekarang ia akan menemui kembali penawarnya, karna cuma penawarnya yang bisa mengobati rasa sakit itu.
Perlahan dengan langkah cepat ia memasuki kantor tersebut, banyak yang berubah, kantor ini nampak begitu besar dari sebelumnya, bahkan sekarang sangat besar.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?"
"Saya ingin bertemu dengan Bapak Farhanan anggara."
"Maaf, apa sebelumnya sudah membuat perjanjian dengan Pak Farhan?"
"Sudah. Saya adalah orang yang di tugaskan Pak Hendra,karna Pak Hendra berhalangan datang."
"Baiklah, silahkan masuk mbak, beliau sudah menunggu di sana."
Perempuan itu tersenyum ramah lantas berlalu, setelah sebelumnya mengucap kata terimakasih.
Dan sekarang di depan pintu, Hatinya bergejolak tak karuan. Rasanya sangat berdebar. Perempuan itu menghela napas sebentar, lalu membuka pintu tersebut perlahan.
Di sana...
Seorang yang amat sangat ia rindukan tengah menatap serius Laptopnya.
Bahkan setelah 4 tahun setidaknya masih ada yang sama.
Tatapan itu masih setajam elang tapi meneduhkan.
"Mas Hanan..."
⭐⭐⭐
Jangan lupa tinggalin jejaknya:)
Aceh, 10-mei-2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top