Bab 21 - Mendebah

Dengan merendahkan orang lain kamu tidak akan mengangkat drajat rendahmu.

~Pangeran Hati~

***

Beres menangani kasus diare anak usia 2 tahun Arsa mengambil ponsel. Sejak pagi pasien tidak reda, terus keluar masuk puskesmas. Hal itu juga yang membuatnya tidak bisa kembali ke villa Syanum. Ibu jari Arsa mengscroll mencari video menarik di youtube. Ada video berjudul Alasan Kita Selesai, Make Up Challenge 25K Mengunakan Bolam Lampu, dan lain sebagainya. Namun Arsa lebih tertarik memutar video Anza. Gadis itu mengcover lagu berjudul Surat Cinta untuk Starla.

[Seharusnya ada GIF atau video di sini. Perbarui aplikasi sekarang untuk melihatnya.]

Dari cara Anza menyanyikan lagu Arsa melihat penghayatan pada setiap lirik. Suara merdu plus penghayatan membuat video yang hanya diambil di dalam kamar itu memiliki daya tarik besar. Subcriber gadis itu mencapai enam ratus ribu lebih.

Jari Arsa mengeklik deskripsi. Vidio baru diapload tadi malam. Dengan lagu yang masih memutar Arsa melihat komentar netizen

Flara
Selalu suka suara Kak Anza

Agustin
😭😭😭 Kak aku sampe mewek dengernya hiks...

Biyan
Kak Anza video tentang dunia kedokteran lagi dong. Aku mau masuk Fakultas Kedokteran. Doain ya aku lolos SNMPTN di Perguruan Tinggi Negeri sama kek Kak Anza. Biar bisa ketemu. Semangat terus dan sukses Kak.

Adrian
Saye suka sangat suara Anza, salam dari Malay

Bondom
Very amazing 🙄I'am from Paris

Pemutihalamiglowing
Mau wajah ptih glowing kayak kakak Alanza? Klik link ini http://pemutihalami.id.com

Naya
Dlu TingGi gue cuMa 150 setLah miNum obaT dari peninggi BadaN Anti BohonG clum TinggI guE jD 170. GK peRcaYa huB langsUng WA 08956485555865477852489

Gisyat
Video kayak gini dibilang bagus! Sampah!!! Video gak modal, msk bkin di kamar! Telek!

Arsa melihat komentar netizen yang lain dari komentar lelaki berakun Gisyat. Kalai dari pengamatan Arsa akun itu hanya fake account. Pengecut, beraninya di belakang.

Ada komentar yang membuat Arsa terperenggah. Komentar dari akun bernama Abdillah. Kalau dilihat dari profilnya tidak asing.

Abdillah
Saya sudah mendengar berita pernikahanmu dengan Iqbal. Semoga lancar sampai hari H menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah, wal barokah.

Pernikahan? Apa apaan ini? Arsa keluar dari youtube, menelepon Iqbal hendak meminta penjelasan. Namun hingga 3 kali memanggil lelaki itu tidak menjawab telepon. Lantas ia membuka grup angkatan. Benar saja, teman temannya sudah heboh membicarakan berita tersebut. Arsa seperti kerdil, ada di dekat Iqbal tetapi menjadi orang yang bisa dibilang ketinggalan informasi penting.

Aida
Yah :( Anggi ditinggal nikah

Lumaz
Yang sabar Anggi, jodoh lu masih mengembara pake kuda putih.

Anggi
Apaan sih kalian!

Anggia adalah teman satu angkatan Iqbal, mereka sering sekelas dalam beberapa mata kuliah. Dalam satu kelompok ada tikus percobaan begitulah Anggi, meskipun tidak ada rasa selalu saja diejek dengan Iqbal. Terlalu sering diejek membuat Anggi timbul rasa aneh yang ia pendam sendiri. Dia tidak mau Iqbal menjauh kalau lelaki itu tahu perasaannya. Memalukan juga, terkesan ia gadis lebay yang mudah jatuh cinta. Alasan tepatnya bukan ejekan teman-teman, tapi Iqbal memang masuk kerterianya. Baik, shaleh, menghormati perempuan, pandai, hanya saja sangking tidak tegaan membuat banyak wanita merasa diberi harapan.

Anggia atau Anggi sendiri masuk ke dalamnya. Kebaikan Iqbal membantu tidak terasa membuat hatinya bergetar hingga ia sadar memang Iqbal baik kepada semua orang. Harapan itu sekarang harus dikubur dalam-dalam mengetahu berita pernikahan Iqbal yang hanya menghitung bulan.

Banyak anggota grup ikut mengobrol, tidak jarang mereka menyebut nama Iqbal. Tetap saja Iqbal tidak muncul.

Arsa bergegas menuju kediaman Syanum, ayah Anza pasti di sana. Kalau beruntung Iqbal juga dapat bertemu Anza dan bisa meminta klarifikasi langsung.

"Mau ke mana?" tanya suster Hifza curiga.

"Saya harus ke villa teman saya."

"Kalau ada pasien gimana?"

"Nanti tinggal telepon."

"Gak ada pulsa."

Tidak mau semakin diulur waktunya, Arsa memberikan satu lembar lima puluh ribuan. "Nih buat beli pulsa. Saya buru-buru."

Sampai di villa, Syarif sedang berbicara bersama Syanum di ruang makan. Gadis itu melahap es campur lahap hingga suaranya menyeduh terdengar keras. Kepribadian lainnya habis mengamuk pantas saja kalau sekarang ia kehabisan energi.

Syarif memberi kode maluli mata agar teman Iqbal itu duduk di sampingnya. Alisnya terangkat memberi simbol pertanyaan kenapa ia tiba-tiba ke sini seolah ingin menanyakan sesuatu.

"Iqbal, Anza." Baru Arsa menyebutkan dua nama, Syarif menepuk paha Arsa pelan memberi isyarat untuk tidak membicarakannya di depan Syanum. Alhasil mereka pun meminta izin keluar.

Syarif meminta kepada Arsa tidak memberi tahu Syanum prihal ini. Ia lah yang akan memberi tahu sendiri semabil terapi. Butuh waktu menjelaskan hal ini, kalau tidak berhati-hati gadis itu bisa lebih parah penyakitnya. Apalagi kepribadian aneh muncul lagi. "Saya lihat ada kepribadian baru muncul. Jadi, kamu jangan bicara apapun tentang ini. Syanum mencintai Iqbal, saya tidak mau Syanum semakin parah kalau sampai tahu dia akan menikah dengan anaku. Di sini saya tidak mau menyakiti siapapun, Iqbal, Syanum, juga Anza. Tolong bantu saya bunjuk semua karyawan merahasiakan hal ini dari Syanum dan kepribadian yang muncul dari Syanum."

"Baik, Profesor Dokter Syarif." Arsa menyanggupi. Namun ada yang aneh di hatinya, seperti kerikir kecil mengganjal. Atau mungkin karena wanita yang ia kagumi menikah dengan sahabatnya? Sudahlah yang penting mereka bahagia. Lagi pula Arsa cukup tampan, akan mudah mencari pengganti Anza. Semoga saja.

Dokter spesialis jiwa itu masuk ke dalam. Meminta Syanum menyelesaikan aktivitasnya. Ia harus segera menerapi Syanum, sebab ada kegiatan yang harus ia lakukan di kota. Tak lupa Syarif mengambil ponseo sang pasien. Tujuan utamanya supaya Syanum tidak tahu perkembangan berita istri kedua Satoto, tujuan lainnya agar gadis itu tidak berhubungan dengan Iqbal selama lelaki tersebut tidak di sini.

***

Lelaki berpakaian rapi mengunakan jas warna terang sesuai lambang warna partainya duduk bersama wanita berambut sebahu dengan dandanan cukup tebal.

"Berita mengenai istri diam-diammu sudah keluar di media," katanya pelan kemudian mulai meninggi. "Kenapa kamu tidak berhati-hati!!! Ini dapat menghancurkan keluarga kita!!!"

"Margaretta," panggil sang lelaki ingin meredakan gejolak api di hati sang istri.

Tawa Margaretta mengisi ruangan kecil yang ada di sudut rumahnya. "Hahaha... Gimana bisa menutupi hutang perusahaan kalau kamu gak bisa jadi kepala negara. Kamu harus ambil kekayaan negara untuk kemajuan negara. Untuk kampanye kamu sudah menyeluarkan milyaran rupiah! Kalau sampai kamu kalah hancur usaha kita!"

"Kita bisa jual dua atau tiga aset milik kita."

"Milik kita, Satoto?" Mata Margaretta melirik Satoto sinis. "Semua kekayaan ini punyaku. Kamu hanya menghabiskannya! Dasar lelaki tidak berguna. Aku suruh kamu nyalon presiden itu biar bisa korupsi. Baru kampanye aja kamu udah merontokan kepercayaan masyarakat."

"Uang yang kamu kasih kemarin sudah aku bagikan ke salah satu daerah," terangnya.

Margarett tersenyum tipis. "Rakyat bodoh! Mau mau saja disogok. Demi uang lembaran ratusan ribu saja mereka merelakan hak pilihnya. Tidak tahu betapa berharganya hak pilih untuk kemajuan negara. Kalau rakyatnya saja mudah disuapi uang gimana negara maju." Margaretta mendesus.

"Mengenai Syanum, apa perlu kita sembunyikan ke tempat yang lebih aman?"

"Tidak usah. Kecantikan Syanum bisa mendulang suara. Mulai besok ajak dia kampanye."

"Gimana kalau dia buat kericuhan, Ma?" Anetta muncul dari balik pintu. Ternyata ia menguping pembicaraan orang tuanya. Sebebarnya dia tidak suka mama papanya mulai dekat dengan Syanum, apalagi ikut kampanye. Nanti bisa-bisa Syanum yang akan lebih diperhatikan.

"Iya juga," ucar Margaretta sependapat dengan putri tercintanya.

Anetta duduk di samping sang mama. "Kenapa tidak kita bunuh saja dia?"

"Tidak mungkin," tolak Satoto. "Sekarang media mulai menyorotnya."

"Mama papa kalian itu orang penting. Dengan uang kalian bisa menyuapi petinggi kepolisian merekayasa kematian Syanum. Mungkin bisa seolah Syanum yang bunuh diri."

Ketiganya saling pandang.

"Tidak. Tidak. Tidak. Syanum itu aset kita. Kita bisa jual dia ke om-om kalau kita mau. Buat balik modal seandainya papamu kalah."

Tidak bisa dipercaya orang seperti itu masih ada di dunia. Ah, benar saja. Ini zaman jahiliyah. Zaman akhir. Banyak orang melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang ia ingin.

"Papa berangkat ke Sumatra dulu. Suara kita cukup tinggi di sana. Selanjutnya papa akan ke desa Gua menemui Syanum sekalian kampanye."

"Janjikan saja petani di sana bisa kaya. Karena kamu akan mengambil pasokan beras dari sana. Papa bilang kalau papa menjadi presiden tidak akan mengimpor beras. Kalau perlu malah ekspor. Penghasilan dokter bisa lebih tinggi dari UMR daerah," cetus Margaretta. Bibirnya memang ahli membuat janji palsu.

Kemudian Satoto bersiap pergi, sementara Anetta menarik koper hendak berjalan-jalan ke Eropa 10 hari.

***

Maaf ya kemarin gak update.

Kalau kalian antusian in shaa allah nanti malam update.

Al-Qur'an adahal sebaik-baik bacaan. Semoga ini tidak melalikan dari kewajiban, tetapi menjadi bacaan yang mengantarkan kita menjadi manusia yang lebih baik di kata Allah. Aamiin...

Yuk follow akun instagram penulis @mellyana.i soalnya aku mau adain give away novel keempatku (Diaku Imamku)

See you

Mel~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top