Bab 10 - Demi Kesembuhan Syanum
Hendaklah engkau senantiasa beristghfar, karena engkau tidak pernah tahu dosa apa yang engkau lakukan dalam ketidaksengajaan.
~Pangeran Hati~
***
"Malam," sapa puluhan wartawan saat Syanum memasuki ruangan.
Tangan Margaretta mengenggam tangan Syanum kuat, mengisyaratkan supaya gadis itu balik menyapa.
"Malam," balas Syanum dengan senyum tipis.
Tepat pukul 8 malam acara dimulai. Wartawan bergantian mewawancarai Syanum, Margaretta, dan Anetta.
Pertanyaan pertama muncul dari wartawan wanita yang ada dibaris paling ujung. "Pertanyaan untuk Syanum. Apakah benar Anda dikucilkan dari keluarga besar Pak Satoto karena dianggap aib keluarga?" Pertanyaan barusan merupakan tanda tanya besar ribuan bahkan ratusan juta pasang mata yang menyaksikan acara itu.
Butuh waktu tiga detik untuk Syanum membuka mulut. Wanita di samping Syanum dengan dandanan glamor tersenyum, menutupi kekhawatiran kalau Syanum berkata yang tidak-tidak. Satu kata keluar tidak bisa dipotong karena banyak stasiun televisi menyiarkan jumpa pers ini secara langsung.
"Pemberitaan dari berbagai media tidak ada yang benar. Saya tidak pernah merasa dikucilkan."
Gumpalan kegelisahan di dada Margaretta keluar, sangat lega. Syanum bisa diajak kerja sama. Dari kejauhan Syarif mengamati seksama. Ada kelegaan, meski berbohong setidaknya Syanum bisa mengontrol emosi, perkembangan menakjubkan.
"Lalu kenapa Anda berpisah dari orang tua dan saudara Anda?" tanya yang lain.
"Sejak kecil saya suka menyendiri. Suasana sejuk pedesaan akan membuat pikiran saya tenang. Saya juga sedang proses menghafal Al-Qur'an, jadi suasana pedesaan akan mendukung memperbaiki fokus saya."
"Apa Anda setuju dan mendukung Ayah Anda maju sebagai calon presiden?"
"Tentu saja."
Praduga buruk media mulai luntur. Hingga seorang wartawan yang baru datang membuat suasana tegang.
"Apa mungkin Syanum mengidap suatu penyakit yang aneh?"
Anetta angkat suara. "Adik saya sehat, bisa tanyakan kepada dokter Syarif selaku dokter keluarga kami yang kebetulan menghadiri konfersi pers kali ini."
Puluhan kamera menyoroh kepada Syarif. Ia duduk tegap, tersenyum, lalu mengatakan penuh keyakinan. "Syanum sehat. Saya membawa rekam medis yang bisa diperlihatkan ke media.
Berbohong demi kebaikan, memang diperbolehkan dalam beberapa hal. Seperti dalam keadaan perang, ketika si A mencari keberadaan si B karena hendak membunuhnya, maka si C yang ditanyai keberadaan B boleh berbohong, meskipun B tahu keberadaan C. Berbohong juga diperbolehkan untuk mendamikan kedua orang yang tengah berkelahi. Berbohongnya seorang suami dan isteri juga diperbolehkan dalam hal kebaikan, seperti ketika memuji pilihan pakaian isteri bagus padahal sebaliknya menurut sang suami. Sekalipun bohongnya diperbolehkan, Syarif tetap beristighfar karena manusia tidak pernah tahu dosa apa yang ia perbuat dalam ketidaksengajaan.
Pertanyaan demi pertanyaan mampu dijawab dengan baik oleh Syanum. Lantas konfersi pun ditutup pukul 9. Ketiganya masuk ke mobil yang sama untuk memanipulasi publik tentang kerukunan. Bahkan Anetta selalu merangkul Syanum seolah keakraban memang ada diantara mereka.
Syarif mengikuti sampai rumah. Ia memutuskan untuk bicara kepada Margaretta.
"Ada apa Anda menemui saya? Apa ada perkembangan kesehatan dia?"
"Disosiatif merupakan coping mechanism, dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap rasa sakit fisik dan emosional dari pengalaman traumatik dan stres. Syanum menggunakan cara ini guna menjauhi, menghindar, dan melepaskan diri dari situasi stres serta kenangan buruk yang membuatnya trauma. Cara ini Syanum gunakan untuk memutuskan hubungan antara dirinya dengan dunia luar, serta untuk menjauhkan diri dari kesadaran tentang apa yang terjadi, Maka dari itu tidak mudah memulihkan kesehatan mental Syanum tanpa dorongan keluarga."
"Maksud Anda saya harus membantu penyembuhan Syanum?" tanya Margaretta dengan jumawanya.
"Iya. Setiap kepribadian yang dimiliki Syanum harus dibantu untuk memahami bahwa dia adalah bagian diri satu orang yang sama. Kepribadian-kepribadian tersebut juga dimunculkan oleh diri Syanum. Kita juga harus berempati kepada setiap kepribadian, bahkan mengunakan nama kepribadian yang muncul untuk kenyamanan. Disini harus berhati-hati bagaimana caranya tidak memunculkan eksistensi satu kepribadian, karena jika sampai rasa ini muncul, kepribadian tersebut akan ingin lebih banyak muncul atau ingin membunuh kepribadian asli,"
"Sangat diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma masa kanak-kanak yang telah memicu munculnya berbagai kepribadian. Kalau saya amati belasan tahun ini, karyawan ibu bahkan ibu sendiri mengunakan kekerasan pada Syanum. Ini akan memperkeruh mentalnya,"
"Dengan kelembutan kita harus meyakinkan kepada setiap kebribadian. Baik itu Syanum, Insyra, maupun Felisia bahwa tidak perlu lagi memecah diri untuk menghadapi berbagai trauma masa lalu, sekarang, atau masa depan."
"Tidak sudi," jawab Margaretta lantas beranjak pergi. "Saya sibuk. Tidak sempat memikirkan Syanum, bikin kepada sakit aja."
Tidak heran Syarif kepada keluarga Syanum, tampak indah namun busuk di dalam. Tidak pantas menduduki jabatan tinggi di negara ini. Syarif meninggalkan ibu Syanum yang asik ngobrol dengan tim sukses Satoto. Semoga Allah menghindarkan negara ini dari pemimpin rakus keduniawian.
***
Sebuah kapsul obat tidur sudah diminum Syanum, hari yang memelahkan ini tidak mau ia pusingkan lagi. Esok ia akan kembali ke desa, meski suasananya sama saja sepi, ia lebih nyaman di sana. Dimana pun ia sendiri. Beruntung ada Syarif yang mengajarkan bahwa Allah selalu ada. Tidak lama ia juga mengenal Iqbal yang tulus ingin membantunya.
Status kita dimata manusia bisa berubah-ubah. Bisa menjadi isteri, kekasih, musuh, adik, kakak, dan lain sebagainya. Kapan pun status itu bisa berganti. Namun dimata Allah, status kita tetaplah hamba tercinta-Nya. Dimana selagi kita mendekatkan diri, ia akan semakin mendekat. Kita memohon ampun, ia akan mengampuni. Dengan mencintai Allah, kita tak akan tersakiti. Bahkan seluruh penduduk langat dan bumi akan mencintai kita.
Kata-kata dari Syarif selalu ia ingat. Efeknya sangat besar, yang biasanya Insyra dan Feli datang 5 sampai 7 kali sekarang hanya hadir 1 atau 2 kali dalam dua hari.
Ketika ponselnya terpancar, Syanum tergoda untuk melihatnya.
Dokter Iqbal
Selamat. Kamu berhasil.
Syanum tersenyum, tertarik untuk membalasnya.
Syanum
Dokter melihatnya?
Dokter Iqbal
Tentu saja. Meski dengan televisi yang penuh semut
Syanum tersenyum lagi, pasti televisi Iqbal jaringannya jelek.
Syanum
Yah:( wajahnya banyak semutnya
Dokter Iqbal
Gpp. Tandanya manis.
Tak tahu harus membalas apa. Syanum senang dengan kehadiran Iqbal dihidupnya. Entak sejak kapan rasa itu muncul, yang jelas ia mulai nyaman dengan Iqbal. Rasanya Syanum ingin segera kembali ke desa. Suasana asri desa dipercantik dengan kehadiran lelaki itu. Maha indah ciptaan Allah.
Dokter Iqbal
Sudah malam. Selamat tidur. Jangan lupa berdoa. Happy nice dream.
Syanum
Juga.
Lantas Syanum terlelap dengan cahaya bulan setia menemani bintang malam yang menembus rumah fentilasi. Kalau dalam pribahasa rumahku surgaku, bagi Syanum rumahku nerakaku. Hukum tersebut berlaku sejak ia lahir ke dunia, sepertinya. Dia tidak tahu kenapa mereka sangat membencinya. Bukankah Allah berfirman setiap bayi yang terlahir ke dunia tidak memiliki dosa alias masih sucu? Lalu kenapa Syanum seolah penuh dosa?
Bahkan pelukan hangat kedua orang tua tidak pernah dirasakannya.
***
Ada yang senyum-senyum?
Jangan lupa vote, komen, dan rekomensasikan ya. Biar Syanum nomor satu dihatinya Iqbal, eh ntar ada yang cemburu.
Udah mulai muncul nih kubu Syanum sama Anza. Kalian kubu siapa?
Mel~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top