SEMARANG KOTA KENANGAN

Rest period di mana sudah diatur CASR untuk keperluan total rest sebelum dinas terbang kembali demi keselamatan dan keamanan penerbangan. Seperti halnya yang dilakukan Aliandra serta kru lainnya. Sebelum besok kembali dinas menerbangkan pesawat ke Jogja, mereka menikmati waktu istirahat dengan berbagai macam kegiatan sesuai dengan keperluan mereka masing-masing. Ada yang hanya sekadar di kamar hotel atau berjalan-jalan.

Di tengah gemerlap lampu kota, Aliandra menggandeng tangan Ilyana berjalan santai di trotoar Simpang Lima, Semarang. Semakin malam, kota itu justru semakin hidup dan ramai. Lelah sedari tadi berkeliling kota ke tempat-tempat wisata dan tempat bersejarah, akhirnya kini mereka dapat menikmati malam di ibu kota Jawa Tengah.

"Li," panggil Ilyana pelan.

"Iya." Aliandra menoleh.

"Kita cari makan yuk!" ajak Ilyana mengelus perutnya yang rata.

"Ayo! Kita balik ambil mobil dulu." Aliandra ingin membalikkan badan tapi Ilyana menahannya.

"Nggak usah, kita jalan kaki saja biar waktu terasa lama jadi nggak cepet berakhir saat bersama kamu," larang Ilyana malu-malu menundukkan wajahnya.

"Cailaaaaah, gitu amat, Buuuu...," seloroh Aliandra menjawil dagu Ilyana.

"Ciyeeee... sudah berani jawil-jawil. Awas loh minta lebih," goda Ilyana menunjuk Aliandra.

Mereka tertawa lepas, saking gemasnya Aliandra pun menarik kepala Ilyana ke bawah ketiaknya.

"Aaaaa!!!" pekik Ilyana.

Untuk menciptakan kebahagiaan, kita dapat melakukan dengan hal yang sederhana. Sesederhana hidup ini, hanya saja kadang prosesnya yang rumit.

Aliandra merangkul bahu Ilyana mengajaknya ke salah satu tempat yang menjual lumpia makanan khas kota itu. Tempat sederhana namun ramai pengunjung. Setelah Aliandra memesan lumpia, mereka duduk saling berhadapan.

"Kamu besok langsung balik ke Jakarta saja ya? Nggak usah ikut ke Jogja," tawar Aliandra kasihan jika Ilyana ikut berkeliling bersamanya.

"Aaaa... ngga mau. Aku mau ikut," rengek Ilyana manja.

"Ih, gimana bisa begitu? Boros, beli tiket pesawat kamu pikir kayak beli tiket naik odong-odong?" cerca Aliandra menarik hidung mancung Ilyana pelan. "Aku di Jogja cuma sebentar, nggak nginep langsung berangkat lagi ke Jakarta," imbuhnya.

"Ya nggak apa-apa. Yang penting naik pesawatnya sama kamu. Ya, ya, ya?" Ilyana merayu menaik turunkan kedua alisnya menatap mata Aliandra mengiba.

Aliandra mendengus lantas menyahut, "Iya."

Ilyana tersenyum penuh kemenangan. Aliandra pun mengambil ponselnya dan memesan tiket pesawat sesuai dengan yang akan dia manuver besok untuk Ilyana.

"Habis ini kita balik ke hotel ya? Kan sudah dari sore kita jalan-jalannya," ucap Aliandra lembut.

"Iya, tapi besok kita masih ada waktu main di sekitar sini kan, sebelum kamu tugas."

"Besok pagi kita jalan-jalan tapi di sekitar hotel saja ya? Kamu bangunnya harus pagi, sekalian kita joging."

"Siap!" Ilyana menegakkan tubuhnya dan memberi hormat.

Setelah lumpia pesanan mereka datang, waktunya mengisi perut sembari mengobrol dan bercanda. Usai perut kenyang lantas keduanya keluar menuju ke tempat parkir di mana mobil rental yang Aliandra sewa berada di sana. Canda tawa menghiasi kebersamaan mereka. Apalagi keduanya tidak lagi saling canggung, sama-sama telah terbiasa. Ketika Aliandra menggoda Ilyana akan meninggalkannya berlari kecil mendahului dia, dengan cepat wanita bertubuh langsing itu mengejar dan langsung naik ke punggungnya, walhasil Aliandra menggendong dia sampai ke tempat parkir.

"Sudah turun," ucap Aliandra ingin menurunkan Ilyana di samping pintu mobil. Tapi yang digendong malah mengeratkan tangannya yang mengalung di leher.

"Nggak mau, sudah PW," tolaknya manja justru dia menyandarkan kepalanya nyaman di punggung Aliandra.

"Ayo tooo... cape nih. Sudah malam waktunya balik ke hotel, istirahat." Aliandra memaksa menurunkannya di samping mobil.

Dengan berat hati akhirnya Ilyana pun membuka pintu mobil dan masuk dengan wajah kesal. Aliandra tersenyum dan menggelengkan kepala. Dia mengitari mobil lantas masuk dan mengemudikan ke hotel tempat mereka menginap. Sampainya di hotel Aliandra menggandeng tangan Ilyana mesra.

"Langsung bobo ya? Besok pagi aku bangunin," pesan Aliandra ketika mereka berada di dalam lift.

"Iya," jawab Ilyana lesu bersandar di lengan kekar Aliandra dan mengapit tangannya posesif.

Lift pun terbuka, mereka ke luar. Saat melewati kamar dengan pintu yang terbuka tempat pramugari menginap, seorang wanita cantik memanggil Aliandra.

"Kapten Langit!"

Aliandra menghentikan langkahnya lantas menoleh.

"Ya," sahutnya.

Ilyana langsung mengeratkan gandengannya di lengan Aliandra. Dia menatap pramugari yang berdiri di ambang pintu dengan sorotan tidak suka.

"Sebentar." Aliandra melepas tangan Ilyana, walaupun tidak rela tapi bagaimana lagi?

Aliandra menghampiri pramugari itu, mereka seperti sedang mengobrol serius di depan pintu. Ilyana yang melihatnya merasa cemburu dan hatinya sangat panas. Karena tidak kuat melihat Aliandra berbicara dengan wanita lain akhirnya dia pun meninggalkannya begitu saja masuk ke kamar.

"Eh sudah ya? Besok kita bahas lagi," sela Aliandra memutus obrolan mereka ketika menyadari Ilyana masuk ke kamarnya dengan wajah kesal.

"Iya, Kap."

Aliandra langsung menghampiri kamar Ilyana dan mengetuk pintunya. Sedangkan pramugari itu masuk ke kamar dan menutup pintu tidak mau ikut campur urusan pribadi kaptennya.

"Ly," panggil Aliandra mengetuk-ngetuk pintunya. "Buka pintunya dong," bujuk Aliandra.

Tidak ada sahutan.

"Ya sudah kalau nggak mau buka pintu, kamu besok langsung pulang ke Jakarta saja, jangan ikut aku," ancam Aliandra.

Saat dia memutar tubuhnya ingin pergi, pintu terbuka dan Ilyana langsung memeluknya dari belakang.

"Nggak mau," rengeknya terisak.

Senyum tipis tersungging di bibir Aliandra.

"Jangan bilang begitu, aku nggak bisa," ucap Ilyana pelan.

Aliandra membalikkan badannya lalu memegangi kedua bahu Ilyana. Dia menyeka air mata Ilyana dan menarik kedua ujung bibir gadis berparas cantik dan imut itu.

"Jangan cengeng, senyum dong," ujarnya. "Maaf kalau aku sering mengancam kamu, aku lakukan itu untuk mengajarimu menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Kamu jangan lagi menjadi cewek lemah, seorang pilot butuh pendamping yang kuat dan tangguh," ucap Aliandra menghapus air mata Ilyana dengan kedua telapak tangannya.

"Maaf, aku juga nggak tahu kenapa menjadi lemah begini kalau sama kamu. Aku nggak bisa lihat kamu dekat sama cewek lain." Ilyana menatap sendu mata Aliandra. Air matanya kembali meleleh meski Aliandra sudah menghapusnya.

Dia menarik pinggang Ilyana menghapus jarak di antara mereka.

"Kamu harus tahu sesuatu, memang ini pekerjaanku. Dikelilingi banyak wanita cantik tapi di mataku cuma kamu wanita yang paling cantik selain mamaku. Kamu harus percaya sama aku, jangan pernah ragukan kesetianku." Aliandra menyisihkan rambut Ilyana ke belakang telinga.

"Maaf," ucapnya lirih.

"Kamu percaya kan sama aku?" tanya Aliandra. Ilyana menganggukkan kepala. "Kalau percaya, hapus segala keraguanmu. Buang apa pun yang membuatmu bimbang. Kesetiaan akan tercipta dengan sendirinya ketika kita saling mencintai. Kamu mengerti kan maksud aku?" Aliandra tersenyum mencolek hidung Ilyana yang merah bekas menangis.

"Heem, aku mengerti," sahut Ilyana membalas senyuman Aliandra dan kedua tangannya menyentuh dada dia yang kekar dan bidang.

"Sekarang kamu masuk terus bobo. Jangan mikir yang macam-macam, hubungan kita bukan lagi pacaran anak ABG yang cemburu-cemburuan. Kita sudah dewasa, alangkah baiknya kalau kita sama-sama mengerti dan memahami satu sama lain. Sudah ya? Good night, pecinta senja," ucap Aliandra mencium kening Ilyana lama.

"Iya, maafin aku sudah cemburu sama kamu. Ya sudah, kita sebaiknya istirahat. Good night too, pangeran burung besi," balasnya mencium kedua pipi Aliandra.

Mereka saling melempar senyum terbaiknya. Aliandra melepas pinggang Ilyana dan membukakan pintu.

"Masuklah," titahnya lembut.

Ilyana masuk dan melambaikan tangannya.

"Sweet dream," timpal Aliandra lantas perlahan menutup pintu kamar Ilyana.

Setelah pintu tertutup rapat dia masuk ke kamar yang ada di depan kamar Ilyana. Aliandra sengaja memesankan kamar Ilyana yang sangat dekat dengan kamarnya. Biasanya setiap penginapan khusus pilot dan kopilot akan mendapat jatah satu kamar satu orang, berbeda dengan pramugari. Mereka mendapat satu kamar diisi dua sampai tiga orang.

Ilyana tersenyum manis berbaring miring mengeratkan selimutnya. Hari ini perasaannya sangat bahagia. Hidupnya lebih bewarna dan Aliandra sudah begitu banyak menawarkan kebahagiaan yang nyata serta cinta yang tulus.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Ilyana membuka, senyumannya semakin lebar setelah membaca kiriman kata cinta dari pujaan hatinya.

Rahasia senja. Indahnya warna oranye menyembunyikan kecantikan alam. Pancaran cahayanya membias menyebarkan warna keemasan hingga ke langit. Aku adalah langit dan kamu itu senja pemancar warna jingga. Dan kita adalah langit senja yang menyimpan banyak keindahan.

Hatinya semakin berbunga-bunga, pipinya terasa pegal karena selalu tersenyum lebar.

Tuhan mengatur kehidupan ini dengan sangat sempurna. Dia membiarkan aku menjalani hidup bertahun-tahun sendiri, tanpa ada cinta. Tapi ketika Dia mengirimkan seseorang, tiba-tiba aku kehilangan akal dan menjadi wanita yang begitu nekad. Tidak ada usaha yang berakhir dengan kata sia-sia. Semua akan terasa manis jika sudah waktunya.

Ilyana membalas pesan Aliandra. Di beda tempat dan tersekat ruang tidak disengaja mereka tidur saling berhadapan dengan senyuman manis.

"Malam ini aku sangat bahagia," ucap mereka spontan tidak sengaja bersamaan. Ikatan batin tercipta dengan sendirinya di dua hati yang sama-sama saling mencintai dengan tulus.

Cinta, berpotensi membuat seseorang menjadi protektif dan posesif. Ia juga dapat membuat yang kuat menjadi lemah, sebaliknya, yang lemah menjadi kuat.

########

Begini saja sudah bikin bengek. Awas yang jones garuk tembok, dimarahi emak bapak Wkwkkwkwkwk

Terima kasih untuk vote dan komentarnya. Biarlah mereka happy dulu, jangan diganggu ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top