MENDADAK KENSEL
Aliandra berlari kecil menghampiri Ilyana di tempat yang tadi dia menunggu istri Kapten Mega.
"Kenapa Sayang?" tanya Aliandra khawatir begitu sampai di depan Ilyana.
Ilyana langsung berdiri dan memeluk Aliandra.
"Sayang maafin aku. Bosku telepon, aku lupa meninggalkan meeting penting. Aku lagi ngikutin tender," jelas Ilyana menyesal memeluk Aliandra takut dia akan marah.
Aliandra menghembuskan napas kecewa lantas dia meregangkan pelukan mereka dan mengelus pipinya sayang.
"Nggak apa-apa. Kamu urus dulu pekerjaanmu nanti bisa kan menyusul dengan pesawat lain?" Dalam hati Aliandra sangat berharap Ilyana akan menyusulnya ke Belanda.
"Iya, setelah selesai aku bakalan menyusul. Kamu tenang saja ya? Maafin aku." Sekali lagi Ilyana meminta maaf dengan nada manja dan tidak enak hati.
"Iya, nggak apa-apa." Aliandra menyisihkan rambut panjang nan hitam di belakang telinga Ilyana lantas dia berbisik, "Aku tunggu kamu di sana, aku menyiapkan kejutan buat kamu."
Mata Ilyana berbinar dan kedua sudut bibirnya tertarik lebar.
"Kejutan apa?" tanya Ilyana girang.
"Ada deh, kalau dikasih tahu sekarang nggak kejutan lagi dong. Biar kamu penasaran jadi cepet-cepet menyusulku ke Belanda," ujar Aliandra mencolek hidung mancung Ilyana.
"Aaaaah, kamu ih bikin aku kepo." Ilyana mencubit perut Aliandra mesra.
"Sudah sana urus duku pekerjaanmu, aku tunggu di sana ya?" pesan Aliandra merengkuh pinggang ramping Ilyana.
"Iya sayangku, cintaku, kasihku, pujaan hatiku, pangeran burung besiku. Aku akan menyusul nanti. Kamu hati-hati dan jaga diri baik-baik. Aku mencintaimu." Ilyana mengalungkan tangannya di leher Aliandra.
Mereka saling menatap dan melempar senyum terbaiknya.
"Foto yuk!" ajak Ilyana.
"Foto mulu ah!" tolak Aliandra.
"Ya nggak apa-apa dong. Biar semua orang tahu kalau kamu itu sudah punya aku. Jadi biar mereka nggak berani godain kamu," ujar Ilyana mengambil ponselnya di dalam tas.
"Semua juga sudah tahu kalau kamu milikku," sahut Aliandra melepas pinggang Ilyana.
"Iya sudah tahu, tapi tetep saja banyak yang nekad deketin kamu dan menggoda. Dasar cewek genit," cerca Ilyana bersiap memegangi ponselnya di depan wajah lantas mengambil foto mereka.
Hasil pertama wajah mereka berdekatan dan saling menempelkan pipi tersenyum sangat manis. Foto kedua Ilyana mencium pipi Aliandra.
"Aish, jangan begitu ini di tempat umum," tegur Aliandra menoleh kanan dan kirinya.
"Mana? Sepi kok, nggak banyak orang," sangkal Ilyana. "Kamu tadi aja cium-cium bibir," imbuh Ilyana mengerling dengan senyuman menggoda.
Aliandra tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya. Sedangkan Ilyana sibuk me-upload foto mereka di Instagram.
"Iya, deh. Sudah ya? Aku harus mengecek pesawat terus buka boarding gate. Nanti fotonya kirimin ke aku," pesan Aliandra.
"Siap bos! Aku pulang dulu. Nanti aku kensel tiket yang ini. Aku alihkan ke penerbangan besok." Ilyana menjinjing tas dan menarik kopernya.
"Hati-hati ya?" Perasaan Aliandra sangat berat melihat Ilyana menjauh darinya.
Ilyana hanya tersenyum, dia melambaikan tangan, Aliandra pun membalas melambaikan tangan. Dia terus melihat punggung Ilyana yang semakin jauh. Tangannya spontan mengarahkan ponselnya mengambil foto punggung Ilyana yang sedang menarik koper menjauh darinya. Aliandra langsung me-upload-nya ke Instagram.
Ilyana ke luar bandara dan langsung mencari taksi. Hatinya dongkol dan kesal, kenapa di saat seperti ini masih saja bosnya mengganggu. Itu juga salah dia, harusnya Ilyana tidak meninggalkan pekerjaannya begitu saja.
"Pak, ke PT Graha Group," ujar Ilyana setelah duduk manis di taksi.
"Baik, Non."
Taksi pun pergi meninggalkan bandara. Ilyana melihat ponselnya, banyak notif Instagram yang masuk. Bibirnya tersungging senyum saat melihat postingan terbaru Aliandra. Foto punggungnya yang sedang melangkah menarik koper ke luar bandara.
"Dia adalah masa depan saya. Satu-satunya wanita yang sudah berniat ingin segera saya halalkan. Pemilik punggung itu adalah pilihan terakhir saya. Semakin jauh punggung itu pergi dari pelupuk saya, justru hati saya semakin berat melepaskannya. Cepat kembali Sayang, aku menunggumu." Ilyana membaca caption yang tertulis di bawah foto punggungnya.
Senyuman indah tak pudar dari bibir merah delimanya. Dia segera mengisi komentar.
Aku akan segera datang, Sayang. Tunggu aku! I love you so much! Kau hanya milikku!!!
Balasan Ilyana langsung disambut pengikut Aliandra. Banyak balasan komentar yang rata-rata mengatakan iri dengannya. Tapi mereka mendukung jika Ilyana bersatu dengan Aliandra.
I love you more.
Balas Aliandra. Dia sengaja membalas di komentar agar semua orang dapat melihat bahwa cintanya hanya untuk Ilyana. Pintu hatinya sudah tertutup untuk yang lain. Semua akses masuk ke dalam hidupnya telah Aliandra tutup rapat. Hanya Ilyana yang ada dalam kehidupannya sekarang. Tidak ada kata dia dan mereka, hanya ada Aliandra dan Ilyana.
Ilyana membuka beranda Instagram-nya, baru tadi dia me-upload fotonya bersama Aliandra. Tapi berbagai komentar sudah memenuhi kolom di bawah caption. Ilyana kembali me-upload foto keduanya yang dia sedang mencium pipi Aliandra. Dengan imbuhan caption ....
Dia pangeran burung besi saya. Mengajarkan arti cinta yang sesungguhnya. Memberi harapan besar untuk menjalani hidup yang lebih baik serta mengukir makna di setiap detik waktu yang Tuhan berikan. Kuberharap Tuhan segera menjalakan tugas-Nya untuk menyatukan kami.
Usai mengirim Ilyana menyandarkan tubuhnya, dia melihat ke luar jendela.
***
Dengan tergesa-gesa Ilyana menarik koper masuk ke ruangan kerjanya. Mira sekretaris Ilyana melongo, bingung melihat atasannya datang ke kantor dengan pakaian santai dan berdandan natural tidak seperti biasanya.
"Mira, tolong siapkan berkas-berkas untuk meeting nanti siang ya?" Ilyana menyembulkan kepalanya di pintu.
"Baik, Nona," jawab Mira patuh dan segera mengerjakan perintahnya.
Ilyana membongkar kopernya, mencari pakaian yang bisa dia pakai untuk bekerja hari ini. Untung saja di ruangan itu dia meninggalkan beberapa blazer dan high heels.
"Assalamualaikum," pekik Fluor masuk ke ruangannya.
"Waalaikumsalam," jawab Ilyana seraya memakai blazer.
"Ciyeeee yang batal pergi," ledek Fluor terkikik menghempaskan pantatnya di kursi depan meja kerja Ilyana.
"Sialan lo! Ini tidak akan terjadi kalau lo bisa menangani." Ilyana duduk di kursinya setelah rapi mengenakan pakaian kerja.
"Sorry, mana bisa gue gantiin lo. Ini kan tugas lo. Makanya lain kali jangan asal main kabur aja. Lihat jadwal pekerjaan sebelum pergi, apalagi ke luar negeri. Terlalu berani dan terlalu nekad sih lo," cibir Fluor.
"Ya, ya, ya, ya. Semoga pekerjaan ini cepat selesai, jadi gue bisa menyusul pangeran burung besi gue," ujar Ilyana besar harapannya.
"Aamiin. Semangat!" Fluor memberi support Ilyana.
Mereka tertawa terbahak-bahak. Setidaknya adanya Fluor dapat menghibur dan mengurangi kekecewaannya.
***
Usai meeting Ilyana langsung kembali ke ruang kerjanya. Dia duduk bersandar santai di kursi kebesarannya. Ponselnya berdering, dia tersenyum sudah dapat dipastikan jika itu Aliandra. Benar saja nama 'Pangeran Burung Besi' yang memanggil.
"Halo," jawab Ilyana cepat.
"Kok baru diangkat sih?" tanya Aliandra.
"Maaf, tadi aku sedang presentasi mengenai tender yang akan perusahaanku ikuti," jelas Ilyana dalam hati sesungguhnya dia sangat ingin ikut bersama Aliandra saat ini. "Kamu di mana?" imbuhnya.
"Ini lagi transit di Singapore. Oh ya, Sayang. Kado untuk istri Kapten Mega masih kamu bawa ya?" tanya Aliandra mengira-ngira karena tadi sebelum Ilyana pergi istri Kapten Mega belum datang.
"Astaga Sayang, maaf. Iya masih aku bawa. Ya Allah, aku lupa Sayang. Maaf," ucap Ilyana yang benar-benar lupa.
"Iya sudah nggak apa-apa. Kamu simpan dulu, besok kan kamu menyusul," ujar Aliandra santai meski dalam hati sebenarnya menahan kekecewaan karena Ilyana tidak dapat ikut berangkat bersamanya.
"Iya deh," sahutnya pasrah. "Sayang," rengek manja Ilyana.
"Hm, apa?" sahut Aliandra sangat lembut.
"Nggak jadi."
"Kenapa? Apa sih? Bikin penasaran. Jangan buat aku pikiran, berbahaya bisa bikin pudar konsentrasi."
"Mmm... boleh nggak aku telepon orang tua kamu? Seenggaknya aku pengin kenalan sama mereka dulu. Video call kan bisa," rajuk Ilyana manja tidak sabar ingin mengenal keluarga Aliandra.
"Oh itu? Ya boleh dong. Aku juga sudah bicara sama Mama dan Papa. Mereka mungkin hari ini kalau nggak besok tolak dari Jayapura. Rencana setelah pulang dari Belanda kami akan datang ke rumah untuk melamarmu. Aku juga sudah bicara sama Om David mengenai ini," jelas Aliandra mengejutkan Ilyana.
Pasalnya Ilyana tidak pernah melihat Aliandra mengobrol serius dengan papanya apalagi menyinggung rencana lamaran. Tapi tiba-tiba dia akan datang melamar bersama orang tuanya. Ini sangat mengejutkan sekaligus membahagiakannya. Akhirnya keinginannya akan terwujud.
"Kamu serius, Sayang?" tanya Ilyana masih belum percaya prosesnya begitu cepat. Padahal sepertinya baru kemarin dia bertemu Aliandra, tapi sekarang pangeran burung besinya sudah akan melamar dia.
"Ya serius dong. Masa main-main sih? Menikah itu hal yang sangat sakral dan bukan untuk bermain-main. Urusannya langsung sama Allah. Berjanji langsung sama Pemilik Segalanya," jelas Aliandra meyakinkan dan kata-katanya meluluhkan hati Ilyana.
"Kamu so sweet banget sih, Sayang. Sumpah kamu tuh orangnya penuh kejutan. Kamu dewasa, pintar, penyayang, dan Insya Allah setia," puji Ilyana bangga.
"Kok terakhirnya masih meragukan gitu sih?" protes Aliandra.
Terdengar Ilyana terkikih dari ujung ponsel Aliandra. Sikap tenang adalah kedewasaan, sedikit berucap banyak bertindak, tidak harus semua orang tahu apa yang direncanakan. Yang pasti pria dewasa akan menghasilkan sesuatu yang menakjubkan. Pria seperti itulah dambaan setiap wanita.
"Iya deh, aku ralat. Kamu adalah cowok yang paling setia dan berani berkomitmen. Aku sangat mencintaimu."
Bibir Aliandra tersungging senyum perasaannya menghangat.
"Aku juga sangat mencintaimu," balasnya tulus. "Sayang, sudah dulu ya? Waktunya buka pintu buat boarding. Penerbanganku panjang, 14 jam. Aku akan mematikan ponsel, kamu jaga diri baik-baik, jangan macam-macam, dan ingat aku mencintaimu."
Ilyana tertawa terbahak mendengar ucapan cinta Aliandra dan pesan-pesannya yang terkesan over posesif.
"Iya, Sayang. Kamu hati-hati ya? Jangan lirik-lirik cewek. Awas kamu!" ancam Ilyana dengan nada bercanda.
"Iya, nggak. Kan aku sudah punya kamu. Sudah ya?" ucap Aliandra namun tidak langsung memutus panggilannya.
Mereka sama-sama menunggu tidak ada yang rela mengakhiri panggilan itu.
"Kok nggak dimatiin?" tanya Aliandra.
"Kan yang telepon kamu, biasanya kamu yang matiin dulu. Aku mana pernah matiin panggilan pertama?" sangkal Ilyana.
"Kali ini kamu dulu yang matiin."
"Nggak ah! Aku nggak mau mengakhiri sesuatu sama kamu. Mengawalinya saja sangat sulit," tolak Ilyana.
"Ya sudah kita matiin bareng gimana?" usul Aliandra dalam hati sangat berat.
"Ya sudah. Ayo!"
Tapi yang terjadi tidak ada yang mengakhiri. Mereka masih enggan menutup teleponnya.
"Nah kan, kamu nggak tega ya jauh sama aku?" goda Ilyana karena tidak biasanya Aliandra manja seperti itu.
"Mana aku bisa jauh dari kamu? Aku nggak akan bisa jauh dari kamu, Sayang. Kalau kamu jauh, hidupku akan terasa sepi tanpa mendengar kebawelan kamu, cerewetnya kamu, dan suara berisik kamu."
"Iya, tapi kamu harus kerja, Sayang. Kasihan penumpang kamu menunggu. Kamu tenang saja, aku nggak akan pernah meninggalkanmu apalagi jauh darimu. Oke?"
"Ya sudah. Kita akhiri panggilan ini bersama ya? Hitungan mundur dan kamu juga harus matiin."
"Iya."
"Tiga, dua, satu."
Tut tut tut tut
Aliandra tersenyum tipis, kali ini Ilyana yang lebih dulu memutuskan panggilan mereka. Dari pertama mereka berkenalan setiap menelepon selalu dia yang lebih dulu mengakhiri panggilannya.
"Kenapa sangat sulit jauh darimu? Hatiku sangat berat meninggalkanmu."
##########
Aaaaaaa... mengingatkan aku sama masa lalu. Emang ya paling sulit kalau mengakhiri pembicaraan lewat telepon sama seseorang yang dicintai. Asyeeeek.
Terima kasih untuk vote dan komentarnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top