MEMBUKA HATI
Suasana di tempat itu ramai namun masih tetap tenang. Keadaan pencahayaan remang, banyak hiasan bulan sabit dan bintang yang menggantung di atap ruangan. Lampu dibagian depan panggung mini kerlap-kerlip berwarna-warni menimbulkan nuansa romantis.
Temboknya pun dipasang stiker sesuai dengan tema dan konsep kafe, yaitu bulan dan bintang. Ilyana dan Mega duduk berhadapan. Live music dari panggung mini di kafe tersebut menghibur pengunjung. Lebih dari 10 menit mereka duduk di sana tanpa ada perbincangan. Sampai pesanan mereka datang, Mega dan Ilyana sama-sama mengatupkan bibir.
"Kamu ngajakin aku ketemuan cuma mau diam begini aja?" tegur Ilyana bosan didiamkan begitu.
Dengan sikap tenang, Mega menegakkan tubuhnya, dia melempar senyuman terbaik lantas memerhatikan panggung mini yang ada di depannya. Otaknya berputar, ada sesuatu yang ingin dia ungkapkan pada Ilyana namun dengan cara spesial.
"Kamu tunggu di sini ya?" ujar Mega beranjak dari duduknya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Ilyana menengadahkan wajah melihat Mega mendekati panggung mini.
Mega tidak menjawab, dia hanya menoleh sekilas dengan senyuman yang sangat manis mampu menggetarkan perasaan Ilyana.
"Dasar!" cibir Ilyana sangat pelan, hanya dia yang mendengar ucapannya.
Sesampainya di panggung Mega berbincang dengan pengiring musik dan seorang penyanyi. Ilyana tidak mengerti apa yang akan dilakukan Mega. Dia dengan sabar menunggu dan memerhatikannya. Setelah berdiskusi Mega berdiri di depan mikrofon.
"Selamat malam pengujung kafe Bintang & Bulan. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin mengungkapkan isi hati saya dengan sebuah lagu. Dan ini saya peruntukan pada Dia." Mega menunjuk Ilyana yang masih setia duduk di kursinya.
Semua mata tertuju padanya, Ilyana mengembangkan senyum lebar antara malu dan bahagia. Musik instrumen mulai melantun, Mega mendekatkan bibirnya di depan mikrofon lantas bernyanyi.
Di suatu hari tanpa sengaja kita bertemu
Aku yang pernah terluka kembali mengenal cinta
Hati ini kembali temukan senyum yang hilang
Semua itu karena dia
Mega menunjuk Ilyana, menyanyi seolah dia seperti sedang bercerita.
Oh Tuhan kucinta dia
Kusayang dia, rindu dia, inginkan dia
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya, untuk dia
Dia mendekati Ilyana dan mengajaknya naik ke atas panggung.
Jauh waktu berjalan kita lalui bersama
Betapa di setiap hari kujatuh cinta padanya
Dicintai oleh dia kumerasa sempurna
Semua itu karena dia
Song by Anji ~ Dia
Mega dan Ilyana berdiri saling berhadapan. Dia mengelus pipi Ilyana lembut yang halus serta sedikit merah menahan malu karena mereka menjadi pusat perhatian.
Musik terus berlanjut sampai berakhir. Mega memperlakukan Ilyana sangat baik hingga dia merasa menjadi satu-satunya wanita yang spesial dan beruntung. Tersanjung sudah panti! Dia merasa seperti dibawa Mega terbang tinggi melambung ke langit ketujuh. Beruntungnya dia pernah dicintai orang baik dan pada akhirnya kembali menemukan seseorang yang lebih baik.
Musik pun berakhir, Ilyana bingung bersikap, hanya ucapan terima kasih yang dia lontarkan setelah Mega selesai bernyanyi.
"Aku ingin bicara serius dan aku hanya akan mengatakan ini satu kali tanpa ada siaran ulang, jadi tolong dengarkan baik-baik," tegas Mega menggenggam kedua tangan Ilyana.
Tubuh Ilyana menegang dan jantungnya berdebar-debar tak karuan. Seluruh tubuhnya terasa panas dingin dan darahnya berdesir. Petikan gitar semakin membuat suasana romantis. Semua pengunjung tenang dan ikut tegang menanti kata dari bibir Mega.
"Entah sejak kapan aku menyukaimu. Jika aku lancang, maafkanlah. Tapi niatku tulus dan jujur dari hati. Izinkan aku melamar kamu ke rumah orang tuamu dan terimalah aku menjadi suamimu. Mungkin terlalu cepat bagi kita untuk melangkah jauh, tapi aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu." Mega terus menatap kedua bola mata Ilyana dalam yang berkaca-kaca terharu.
Bibir Ilyana bergetar, ingin menangis bahagia tapi malu.
"Apa kamu mengizinkanku datang ke rumah orang tuamu dan memintamu di hadapan mereka?" pinta Mega dengan jantung berdegub kencang dan perasaan was-was.
Ilyana diam beberapa menit, menciptakan suasana tegang dan tak sabar bagi Mega dan pengunjung yang ingin mengetahui jawabannya.
"Bagaimana?" tanya Mega tidak lagi bisa menahan rasa penasarannya.
Tersungging senyum menawan yang khas meski dengan linangan air mata kebahagiaannya. Ilyana menganggukkan kepala mantap. Mega bernapas lega namun belum puas dengan jawaban Ilyana.
"Kok cuma mengangguk? Jawab dong," bujuk Mega bahagia.
"Ya!" pekik Ilyana malu-malu lalu menyembunyikan wajahnya di balik lengan Mega.
Semua bersorak dan bertepuk tangan gembira. Mega merangkul dan memeluk dia, diampitnya kepala Ilyana di bawah ketiak Mega.
"Aaaa... jangan begitu make up aku kehapus." Ilyana melepaskan diri dari bawah ketiak Mega.
Mega tertawa lega dan hatinya plong sudah mengungkapkan niat baiknya. Tinggal satu hal yang harus dia selesaikan sebelum melamar Ilyana ke rumah David. Dia harus segera memberi jawaban atas penawaran Hilman bulan lalu yang memintanya turun ranjang menikahi Fia, adik almarhum Dinda.
Setelah keadaan tenang, Mega mengeluarkan cincin dari saku celananya. Dia mengangkat tangan kanan Ilyana dan ingin memasangkan cincin itu, tapi di jari manis dia sudah terisi cincin peninggalan Aliandra yang juga disematkan Mega di momen spesial ketika mereka di Belanda waktu lalu.
"Biar aku lepas." Ilyana ingin melepasnya, tapi Mega menahan.
"Tidak perlu, biarkan itu berada di tempatnya. Jangan dilepas dan jangan digeser ataupun dihilangkan. Aku datang belakangan, jadi aku harus mencari tempat lain untuk mengisi yang kosong." Mega mengangkat tangan kiri Ilyana dan memasangkan cincin itu di jari manisnya.
Ilyana terharu, dia tidak menyangka Mega berlapang dada menerima masa lalunya yang hingga sekarang belum sempurna dia lupakan. Tapi sampai kapan pun nama Aliandra tidak akan pernah bisa dihapuskan dari hatinya, hanya saja nama itu tersimpan rapi di sudut hatinya yang paling dalam.
Dari Aliandra, Ilyana mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran. Dia mengenal arti cinta sejati dan ketulusan untuk yang kali pertama dari airman. Dari Aliandra dia bisa menjadi wanita yang memiliki keberanian mengungkapkan rasa dan memiliki tekad yang tinggi.
Semua bukan masalah siapa yang paling awal berjuang dan siapa yang paling akhir berjuang. Tapi semua berawal dari siapa yang paling berani menyatakan dan bertahan untuk berjuang. Percuma jika berani berjuang namun tidak mampu bertahan.
***
Suasana tegang menyelimuti ruang tamu kediaman Hilman. Mega duduk di hadapan Hilman, Nina dan Fia. Ia dengan tegas mengambil keputusan.
"Jadi kamu menolak tawaran Papa, Ga?" tanya Hilman menahan kekecewaan.
"Maaf, Pa. Tidak mengurangi rasa hormat Mega pada keluarga ini. Tapi Mega sudah memiliki pilihan lain. Jangan salah paham, Fia gadis yang baik tapi maaf, hati Mega tidak dapat menerimanya. Mega mencintai orang lain," ucap Mega dengan tegas mengambil keputusan sebelum Hilman dan Nina menaruh harapan besar padanya.
Perasaan Nina sangat kecewa karena baginya Mega adalah seorang menantu idaman dan sayang sekali jika sampai keluarganya melepaskan. Namun apa daya? Mega bukanlah boneka yang dapat mereka atur dan permainkan. Mega memiliki rasa dan nyawa, dia hidup dengan normal dan memiliki keputusan sendiri untuk hidup serta masa depannya.
"Jika memang itu keputusanmu, kami bisa apa, Ga? Hanya doa restu yang dapat kami berikan. Tapi Papa minta satu hal yang sangat penting, biarpun sekarang Dinda sudah tidak ada setidaknya jangan putuskan silahturahmi kita ya?" pinta Hilman berusaha ikhlas dan berlapang dada menerima keputusan Mega.
Fia yang duduk bersebelahan dengan Nina hanya dapat menahan sesak di dada. Memang awalnya dia kurang menyetujui permintaan orang tuanya yang ingin menjodohkan dia dengan Mega. Namun seiring berjalannya waktu karena bujukan Nina dan Hilman, Fia sedikit demi sedikit sudah dapat menerima Mega.
"Papa dan Mama jangan khawatir. Sampai kapan pun jalinan kekeluargaan kita tidak akan putus. Biar bagaimana pun Mega sudah menjadi bagian keluarga kalian. Papa sama Mama juga sudah Mega anggap sebagai orang tua sendiri, begitupun Fia, dia sudah Mega anggap adik seperti Yoga." Mega mengucap seraya menatap Fia dan melempar senyum tulus padanya.
Fia membalas dengan senyuman tipis meski hati menahan sesuatu yang berat dan seperti ada yang mengganjal.
"Kalau Mama boleh tahu, siapa sih wanita yang beruntung itu?" tanya Nina penasaran.
Mega hanya tersenyum tidak menjawab. Untuk mengalihkan perhatian dia mengangkat cangkir tehnya dan perlahan menyeruput.
"Hmmm... seperti buatan almarhumah," gumam Mega selepas meminum teh sembari meletakkan cangkirnya di atas meja. "Siapa yang membuat, Ma?" tanya Mega basa-basi.
"Mama dong, siapa lagi?" sahut Nina.
"Pantas saja rasanya tidak jauh seperti buatan Dinda," ujar Mega berhasil mengelabui Nina, sehingga dia tidak menuntut jawaban atas pertanyaannya tadi.
"Halah, kamu ini bisa saja. Libur berapa hari kamu?" tanya Nina menutupi ketersanjungannya gara-gara pujian Mega.
"Biasa Ma, cuma 1 hari," jawab Mega lalu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sudah pukul 9 Ma, Pa. Nggak enak kalau kelamaan bertamu, entar kalau pulangnya kemalaman bisa menimbulkan fitnah," ujar Mega lantas beranjak dari sofa mengambil kunci mobil yang diletakkannya di atas meja bersebelahan dengan cangkir tehnya.
Semua ikut berdiri termasuk Fia.
"Iya, tidak apa-apa, Papa mengerti kok." Hilman merangkul bahu Mega beriringan ke luar rumah diikuti Fia dan Nina. "Kalau ada waktu main-mainlah ke sini. Biarpun nanti kamu sudah menikah dengan orang lain, pintu rumah ini selalu terbuka untukmu dan Yoga. Oh iya, bagaimana perkembangan tesnya?"
Hilman masih saja mengajak Mega mengobrol sembari mengantarnya ke pelataran rumah.
"Alhamdulillah Pa, kemarin diterima dan sekarang sedang mengikuti pelatihan. Doakan saja semoga kuat dan gol menjadi aparat negara yang dapat dibanggakan semua pihak."
"Aamiin," sahut semuanya.
"Ya sudah hati-hati menyetirnya," pesan Hilman menepuk bahu Mega.
"Iya, Pa. Mega pulang dulu ya?" Mega mencium tangan Hilman dan Nina bergantian tanda hormat anak pada orang tuanya.
Saat Mega berdiri di depan Fia, dia tersenyum lantas berbicara, "Kamu gadis yang baik. Tapi maaf, Kakak tidak bisa mencintai kamu. Allah tahu pria yang lebih baik dari Kakak yang nanti akan mendampingimu. Jangan berkecil hati, Kakak masih tetap menyayangi kamu seperti dulu. Kamu dan Yoga sama-sama adik yang akan selalu Kakak jaga dan berikan kasih sayang sebagaimana mestinya."
Ucapan Mega tulus menusuk ke jantung hati Fia. Perasaannya seperti digampar dan seketika membuatnya terbangun dari mimpi indah. Dia disadarkan oleh ucapan Mega. Hampir saja Fia tidak dapat membedakan arti sayang sebagai adik kepada kakak dengan perasaan simpati serta kagum kepada lawan jenis yang dapat tumbuh menjadi cinta.
Tapi yang Fia rasakan kepada Mega bukanlah cinta, tapi sebuah rasa desakan dan bumbu-bumbu ucapan manis yang mendesaknya hingga buta rasa. Dia menganggap rasa simpati, tertarik, dan mengagumi itu adalah cinta. Padahal semua berbeda rasa, makna, dan arti.
"Iya, Kak. Aku mengerti, terima kasih," ucap Fia dengan seulas senyuman manis namun sama sekali tidak menggetarkan perasaan Mega.
Bagi Mega, Fia tetaplah akan menjadi adiknya. Dia tidak akan bisa menaikkan tingkat sayang sebagai kakak ke perasaan yang lebih dari itu.
"Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu." Mega mengacak rambut Fia sayang sebagai kakak.
Perasaan dia menghangat dan ada rasa yang timbul dari hatinya seperti mendapatkan perlindungan dan kasih sayang seorang kakak yang tulus. Mega masuk ke dalam mobil, dia membuka kaca jendela lantas menyalakan mesinnya.
"Hati-hati, jangan ngebut," pesan Nina.
"Iya, Ma. Makasih," ucap Mega dengan senyuman tiga jari. "Assalamualaikum," pekik Mega.
"Waalaikumsalam," jawab semua lantas mobil itu berjalan ke luar pelataran rumah Hilman.
Banyak orang yang tidak mampu memahami perasaannya sendiri, sehingga yang terjadi pada akhirnya adalah penyesalan dan kekecewaan.
############
Akhirnya update juga. Aku masih sibuk. Maafkan aku temen-temen. Mohon maaf, maaf, maaf, maaf, dan maaf. Aku sibuk di dunia nyata, jadi beberapa hari nggak buka WP😂.
Makasih ya yang masih mau bertahan dan menunggu. Terima kasih juga buat vote dan komentarnya.😊🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top