KENAPA WAKTU BERJALAN LAMBAT?
Day off, di mana hari ini Aliandra libur, lepas dari tugas. Tapi tidak untuk Ilyana, dia masih bekerja. Kantornya libur hari Sabtu dan Minggu, sedangkan ini hari Selasa. Pagi buta Aliandra sudah bangun, berolahraga, merapikan tempat tinggalnya dan memasukkan pakaian kotor ke laundry. Maklum saja, jauh dari keluarga membuatnya harus bisa hidup mandiri dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Dia menyewa apartemen yang dekat dari bandara. Tidak begitu luas tapi cukup lengkap. Ada dapur mini menyatu dengan ruang makan tersekat meja mini bar dan pantri, satu kamar, ruang tamu yang menyambung dengan ruang tengah terbatas buffet.
Ting!
Nada pesan masuk di ponselnya. Aliandra langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di sofa depan televisi. Dia melihat siapa pengirim pesan itu. Nama Ilyana tertera di sana.
Aku keluar kantor jam 15.00 WIB. Jangan sampai telat menjemput!
Aliandra menggeleng, wanita itu sangat posesif padahal belum ada ikatan resmi di antara mereka. Pacaran? Tidak! TTM? Tapi tidak mesra. Sahabat? Baru juga kenal. Tapi yang dilakukan Ilyana seolah-olah Aliandra itu sudah menjadi miliknya.
Iya, Miss Nekad
Jawab Aliandra lantas meletakkan ponselnya dan menggapai remot di atas meja. Lelah membersihkan apartemen, kini saatnya dia bersantai.
***
Tidak seperti hari-hari biasanya, bagi Ilyana hari ini sangat lama. Dia terus melihat jam di dinding ruang kerjanya yang menunjukan pukul 13.45 WIB. Dia merasa jarumnya sangat lambat berputar.
"Permisi Nona Aruna." Sekretarisnya mengetuk pintu.
"Iya Maria, masuklah!" pekik Ilyana lantang dan tegas.
Hatinya gelisah tidak tenang. Maria masuk membawa beberapa pekerjaan untuknya.
"Nona Aruna ini dari Pak Direktur. Katanya sore ini sudah harus selesai, kalau tidak selesai, Nona diperintahkan untuk lembur," ujar Maria meletakkan tumpukan map warna-warni di atas meja kerja Ilyana.
"Oke, baiklah. Kamu tolong bantu saya ya?" pinta Ilyana.
Bagaimana bisa dia mengerjakan itu sendiri sampai jam pulang kantor? Walhasil dia meminta bantuan Maria.
"Baik, Nona." Maria mengambil beberapa map itu lantas membawa ke luar dikerjakan di meja kerjanya.
"Oke, gue harus selesaikan ini! Ngebut!" Ilyana menarik napasnya dalam, lalu mulai mengerjakan.
Wajahnya sangat serius melihat layar komputer di depannya. Matanya sudah terasa pedih, tapi dia masih semangat untuk menyelesaikan tepat waktu agar tidak disuruh lebur atasannya. Ini dia lakukan demi bertemu pangeran burung besinya. Siapa lagi jika bukan Aliandra???
"Ly," panggil Fluor langsung masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu lebih dulu.
Ilyana tidak menggubris, dia masih fokus menyelesaikan pekerjaannya.
"Hei! Dipanggil nggak noleh, nggak nyahut!" Fluor mengibaskan tangannya di depan wajah Ilyana.
"Iiih... jangan ganggu dulu kenapa sih? Lagi serius nih. Lagi buru-buru," ujar Ilyana tanpa memandang Fluor yang berdiri di samping mejanya.
Dia menjenguk layar komputer, banyak tulisan di sana.
"Tumben lo serius amat kerjanya? Biasanya juga nggak begitu-begitu amat," tegur Fluor heran.
"Lo bisa diem nggak sih? Kalau perlu lo keluar dari di sini. Gue harus menyelesaikan ini sebelum jam pulang kantor. Please, gue mohon pengertian lo kali ini." Ilyana mengiba menatap Fluor memelas.
"Iye, iye, gue keluar. Tapi entar lo bisa kan nemenin gue ke dokter kandungan?" tanya Fluor sebelum meninggalkan Ilyana.
"Sorry, gue nggak bisa," ucapnya menyesal.
"Kenapa?"
"Gue ada kencan. Please, mumpung dia libur. Cari waktu libur dia susah, Fluor. Iya?" Ilyana memohon agar Fluor memahaminya.
Fluor menghela napas berat. "Ya sudah deh. Gue pergi sendiri aja."
"Maaf ya?" ucap Ilyana tidak enak hati.
"Iya, gue paham kok. Gue juga dulu sering kan giniin lo, sekarang gue ngerasain apa yang lo rasain dulu waktu gue tinggal pacaran. Ternyata sakit ya diduakan temen sendiri," ujar Fluor lalu tertawa terbahak menutup mulutnya dengan tangan.
"Sialan lo! Sudah ke luar sana! Gue harus selesaikan ini," usir Ilyana.
"Iya, iya." Fluor pun ke luar.
Terkadang ada sesuatu rasa tidak rela di hati jika teman yang biasa bersama menemani kita memiliki kesibukan lain yang tidak melibatkan kita. Rasa cemburu dan takut kehilangan teman baik hal yang wajar, tapi kita juga harus bisa memahami dan menyikapi situasi seperti itu agar hubungan persahabatan tetap langgeng.
***
Aliandra merapikan diri di depan cermin. Kaus hitam lengan putih 3/4 dipadukan jeans panjang hitam serta tatanan rambut rapi, sentuhan terakhir jam tangan. Selesai! Tidak lupa dia menyemprotkan parfum untuk pelengkap penampilannya. Sudah waktunya Aliandra menuju ke kantor Ilyana. Jarak dari apartemennya cukup jauh, belum jika nanti terkena macet. Makanya pukul 13.30 WIB dia sudah tolak dari apartemennya.
Di sepanjang jalan ditemani lagu melo menenangkan hati di tengah padatnya kota. Terik matahari yang menyengat tidak membuatnya pantang mundur untuk menemui wanita yang sudah mengobrak-abrik harinya, mengacak-acak ruang hatinya, dan menjungkirbalikkan perasaannya. Entah kenapa dia mau menemuinya? Aliandra tersenyum miring, dia sendiri tidak mengerti mengapa dirinya begitu patuh dengan ucapan Ilyana. Dia melarang ini dan itu, Aliandra menurutinya. Dia sudah benar-benar terhipnotis oleh cinta Ilyana.
"Aku ingin terbang tinggi seperti elang, melewati siang malam, menembus awan ...." Aliandra mengikuti lagu yang sedang didengarkannya mengusir kebosanan menunggu lepas dari kemacetan.
Setelah menempuh perjalanan panjang, terjebak macet, dan menerjang terik matahari, akhirnya mobil hitam kesayangannya masuk ke salah satu gedung pencakar alam yang menjulang tinggi. Dia melihat ponselnya, jam menunjukan pukul 14.58 WIB. Aliandra menunggu di dalam mobil sembari mengawasi pintu utama gedung itu.
"Kenapa jadi gelisah begini ya?" gumamnya mengetuk-ngetukkan jari di kemudi.
Dia menarik dan mengeluarkan napasnya berulang kali mengurangi rasa gerogi. Beberapa orang terlihat ke luar kantor, debaran jantung Aliandra semakin tak karuan. Apalagi saat melihat wanita berpenampilan kantoran, rambut tergerai dengan ujung bergelombang. Celana panjang hitam berbahan kain, atasan kemeja biru toska terbalut blazer senada dengan warna celananya. Dan tangan kanannya menenteng tas bermerk. Seperkian detik dia terpesona dengan wanita itu. Ponselnya berdering, Aliandra tersentak dan langsung melihatnya. Dia menggeser tombol hijau menerima panggilan itu.
"Halo," sapanya sambil menjalankan mobil mendekat ke depan lobi.
"Kamu sudah sampai belum? Aku sudah keluar," tanya Ilyana.
"Masuk!" perintah Aliandra menurunkan kaca jendelanya.
Ilyana yang sedari tadi berdiri di depan lobi pun tersenyum bahagia menyambutnya. Tanpa menunggu perintah kali kedua, dia langsung masuk ke dalam mobil.
"Kamu sudah lama menunggu atau barusan datang?" tanya Ilyana sambil memasang sabuk pengaman.
"Baru saja," jawab Aliandra menjalankan mobilnya keluar dari kantor Ilyana.
Jantungnya berdebar seperti sedang berdisko di dalam sana. Rasanya tubuh Aliandra kaku sulit digerakan. Mau menoleh ke samping saja rasanya syaraf lehernya beku. Kenapa Aliandra jadi mati kutu seperti itu?
"Kamu berapa hari liburnya?" tanya Ilyana mengawali obrolan, memecahkan ketegangan di antara mereka.
Padahal kalau seandainya Aliandra tahu, di dalam dada Ilyana perasaannya tidak jauh berbeda dengannya. Hanya saja Ilyana menutupinya dengan sikap santai.
"Cuma satu hari," jawab Aliandra. Kepalanya sangat sulit berputar menatap ke samping.
"Oh. Terus kapan berangkat kerja lagi?"
"Nanti malam. Masuk jadwal pukul 3 dini hari. Kenapa?"
"Pukul 3 dini hari? Nggak salah???" pekik Ilyana terkejut.
"Nggak! Memang jadwalnya begitu," jawab Aliandra menetralkan perasaannya dan berusaha bersikap biasa saja.
"Aku kalau libur boleh ikut kamu terbang nggak?" tanya Ilyana berwajah polos menggemaskan menatap Aliandra menanti jawaban.
Aliandra beberapa saat terdiam, lalu merespon, "Memangnya kamu mau ikut ke mana?"
"Ke mana saja, asal sama kamu," sahut Ilyana cepat.
"Minggu-minggu ini aku menjalan pesawat domestik. Nggak ada jadwal ke luar negeri."
"Nggak apa-apa. Nggak harus ke luar negeri."
"Kamu libur kerja hari apa?"
"Sabtu sama Minggu."
Aliandra mengingat-ingat jadwalnya, dia berpikir sambil terus menjalankan mobilnya ke suatu tempat yang sudah dia janjikan pada Ilyana.
"Sabtu ini aku ada jadwal ke Jogja sih, mungkin bisa kamu ikut aku ke sana. Tapi kamu menyusul. Nggak bisa ikut satu pesawat denganku."
"Loh, kok begitu?" protes Ilyana memanyunkan bibirnya.
"Iya, soalnya aku kan jadwal flight pindah-pindah tempat. Pokoknya kamu tunggu saja di bandara Jogja. Nanti aku kabari jam berapa kamu harus tolak dari sini. Aku lihat dulu besok jadwal penerbangan menuju ke Jogja dari sini," jelas Aliandra.
"Tapi pulangnya ke sini sama kamu kan?"
"Iya, baliknya ke sini sama aku."
Bibir Ilyana tersenyum lebar, perasaannya menghangat apalagi sekarang komunikasi mereka tidak lagi menggunakan bahasa semi formal. Bahasa sehari-hari yang lebih santai membuat mereka semakin akrab.
"Oh iya, kenapa kemarin bisa delay? Aku sudah nunggu kamu lama tahu!" tanya Ilyana sedikit kesal.
"Maaf ya? Kemarin itu pesawat yang harusnya datang jam 15.20 WITA malah datang jam 15.40 WITA. Jadi delay dan harus request slot time baru," jelas Aliandra sungkan dan kasihan, Ilyana pasti kecewa.
"Apa itu slot time?" Ilyana sedikit memutar tubuhnya menghadap Aliandra dan menautkan kedua alisnya. Kata itu sangat asing di telinganya.
"Slot time itu semacam waktu yang diberikan bandara untuk mengatur atau membatasi kedatangan dan pemberangkatan pesawat. Jadi setiap airline itu sudah punya waktunya masing-masing kapan mereka harus datang, terus menurunkan penumpang dan menaikkan penumpang lagi. Nggak asal-asalan. Coba bayangkan kalau tidak diatur, semua pesawat datangnya bareng-bareng, keluar juga bareng-bareng. Banyak kecelakaan di bandara pasti, dan situasi akan ribet," jelas Aliandra panjang lebar.
Ilyana membayangkan dan dia tertawa lepas sampai mendongakkan kepalanya.
"Oh iya, ya? Baru tahu loh aku. Terus, terus, terus, kalau delay begitu gimana? Kenapa bisa delay lama kadang sampai satu jam lebih?" Ilyana mulai tertarik masuk ke dunia Aliandra.
"Karena banyak hal bisa terjadi sih, bisa karena cuaca buruk, technical reason, slot time dan macam-macam. Masalah slot time ini belum disosialisasikan secara meluas. Makanya banyak penumpang yang nggak paham tapi asal marah-marah dan begitulah." Aliandra menggidikkan bahunya.
Ilyana melepas hak tingginya dan mengganti dengan sandal wedges yang lebih nyaman di kaki dia.
"Kalau yang kasus kamu kemarin itu, yang katanya pesawat datang terlambat termasuk delay karena apa?" tanyanya sembari memasukkan hak tingginya ke dalam tas.
"Kalau yang itu karena slot time, kami harus request slot time baru. Sebenarnya slot time ini sudah ditentukan untuk semua penerbangan sebelum hari H. Tapi kalau seperti kasus kemarin itu, kita memang harus pengajuan slot time baru. Mencari celah waktu biar bisa menaikkan penumpang dan menerbangkan pesawat tanpa mengganggu penerbangan lain. Padahal menunggu dapat slot time lagi agak susah. Paling cepat 10 menit atau 30 menit. Tapi ada juga yang sampai 3 jam, bahkan penundaan terbang sampai hari berikutnya," terang Aliandra. Ilyana menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Busyet dah! Jadi itu alasan kenapa kadang pesawat terlambat terbang dan sampai mengundur waktu penerbangan?"
"Iya. Masih banyak yang belum paham mengenai keberangkatan take off. Jadi kalau sampai mereka ada yang ketinggalan itu salah dia sendiri. Kami tidak bisa menunggu karena waktu yang diberikan setiap pesawat untuk menurunkan dan menaikkan penumpang itu hanya 45 menit," imbuh Aliandra mencengangkan Ilyana.
"Apa??! 45 menit? Gila! Bisa???" Ilyana menggeleng-gelengkan kepalanya berdecak kagum dengan pekerjaan yang selama ini dia pikir gampang dan keren tapi ternyata penuh tekanan.
"Harus bisa! Waktu 45 menit itu mulai dari pesawat parkir, buka pintu 1 menit, turunin penumpang 10 menit, kemudian cleaning, prepare buat next passenger, refueling katakanlah 13 menit, penumpang boarding 20 menit, tutup pintu lagi 1 menit. Harus bisa mengatur waktu dengan tepat dan cepat. Kalau melebihi slot yang sudah dijadwalkan, hasilnya itu tadi ...."
"Didiskualifikasi dan harus request slot time baru dan ujung-ujungnya delay?" sahut Ilyana melanjutkan ucapan Aliandra.
"Huum, benar sekali," jawab Aliandra dan mereka pun tertawa kecil. "Makanya sebisa mungkin kami harus memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya. Jangan sampai delay, karena semua pihak bisa rugi. Ini juga PR buat pilot dan juga penumpang. Misalkan di tiket take off pukul 7, penumpang sudah harus duduk manis di pesawat 6.20. Karena biasanya 10 menit sebelum pesawat berangkat pilot akan menutup pintunya. Jika sampai lebih dari 15 menit pesawat kami tidak mundur, alamat request slot time," imbuh Aliandra melirik Ilyana.
"Iiih... berat juga ya kerjaan kamu? Tapi namanya juga banyak orang pastikan pikiran mereka berbeda-beda. Ada yang santai, ada yang tempat waktu. Tahu sendiri budaya kita kan suka banget mepet-mepetin waktu," cibir Ilyana.
"Makanya itu seharusnya dari pihak bandara dan maskapai bekerja sama untuk aktif memberikan sosialisasi kepada calon penumpang mengenai slot time. Dan juga mengenai jam yang tertera di tiket itu adalah jam pada waktu take off. Itu yang sering disalah artikan sama penumpang, karena mereka kira itu jam tutup pintu pesawat. Padahal kami kalau menutup pintu 10 menit sebelum jam yang ada di tiket," ujar Aliandra.
Mereka keasyikan mengobrol, tidak terasa mobil Aliandra terparkir di depan rumah makan Mbah Jingkrak.
"Sudah sampai," seru Aliandra mematikan mesinnya.
"Yaaaah... kenapa cepet banget sih sampainya?" keluh Ilyana kecewa. "Kan aku masih pengin denger cerita kamu. Asyik tahu dengerin kerjaan kamu."
"Kan bisa kita lanjut sambil makan. Ayo turun!" ajak Aliandra lebih dulu turun dan membukakan pintu untuk Ilyana.
########
Semoga paham ya, dengan adanya ini bisa membantu teman-teman yang sering bertanya-tanya kenapa bisa delay? Memang sulit bagi angkasa pura dan pihak maskapai memberikan sosialisasi mengenai slot/slot time ini. Biasanya alasan yang sering mereka berikan singkat, yaitu keterlambatan kedatangan pesawat. Kalau nggak alasan lain, contoh trobel engine atau semacam itulah.
Oke, terima kasih untuk vote dan komentarnya. Semoga bermanfaat.
Selamat hari minggu. Lagi santai atau lagi jalan sama pacar nih???
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top