JEBAKAN BATMAN

Ilyana menggaruk kepalanya bingung, dia mondar-mandir di samping tempat tidur. Bagaimana caranya dia memancing agar Aliandra datang ke rumahnya? Itulah yang sedari tadi dia pikirkan. Pasalnya orang tua Ilyana sudah mendesaknya supaya segera mengajak Aliandra datang ke rumah bersama orang tuanya.

Tuk tuk tuk

Pintu kamarnya terketuk, Ilyana segera membukakan.

"Maaf Non, mengganggu. Cuma mau mengantar pakaian," ucap seorang ART membawa keranjang pakaian beserta baju putih yang dihanger.

"Masuk, Bi." Ilyana membuka pintunya lebar.

Saat ART itu ingin memasukkan pakaian ke dalam lemari, Ilyana tersenyum melihat seragam putih yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Di atas kepalanya seakan terdapat lampu yang menyala. Dia mendapatkan ide agar Aliandra datang sendiri ke rumahnya.

"Bi, baju putihnya tolong masukkan ke plastik gantungan baju ya?" titah Ilyana sembari mengambil kartu nama Aliandra yang dia simpan di dompet.

"Baik, Non."

Ilyana tersenyum, idenya memang gila tapi itu lebih baik daripada dia harus menerima lamaran pria yang dia kenal kekasih teman satu kantornya. Dia tidak ingin memiliki masalah di kantor ataupun lingkungan sekitarnya.

"Bismillah Hirohmanirrokhim, ya Allah maafkan aku. Ini demi kebaikan. Jika apa yang hamba lakukan ini salah mohon berikan jalan yang lain. Bismillah." Dengan memantapkan hati Ilyana pun menghubungi nomor yang tertera di kartu kecil itu.

Panggilan pertama tak ada jawaban, Ilyana tak putus asa. Dia kembali menghubunginya sampai kali ketiga baru diangkat.

"Halo," sapa suara tegas dari seberang.

Jantung Ilyana dag dig dug berjalan abnormal. Bibirnya tiba-tiba kelu bingung dari mana dia akan mengawali ucapannya.

"Halo???" Suara dari seberang kembali menyapa.

"Ha...ha...halo," balas Ilyana gelagapan.

"Iya, maaf. Dari siapa ini?"

"Saya Aruna Florence Ilyana," jawab Ilyana menggigit bibir bawahnya mengerutuki kebodohannya.

Mengapa dia menjadi gugup dan kikuk seperti itu? Padahal biasanya dia lancar berbicara meskipun dengan rekan kerja barunya.

"Maaf, siapa?" ulang Aliandra mengulangi pertanyaannya.

"Mmm... saya cewek yang kemarin lusa menabrak Anda di bandara. Masih ingat kan?" terang Ilyana mengingatkan.

"Aaah iya, iya. Maaf, bagaimana? Apakah seragam saya sudah selesai?"

"Nah itu masalahnya, saya tidak bisa mengantar ke apartemen Anda. Apakah Anda bersedia mengambil ke rumah saya? Maaf ya, soalnya kan kita belum saling mengenal, nggak baik juga kan kalau cewek datang ke tempat tinggal cowok?" alasan Ilyana.

"Ooooh begitu? Di mana alamat Anda? Saya akan datang, mumpung belum mendapat panggilan dari kantor karena posisi saya sedang standby."

"Nanti saya SMS ya?" sahut Ilyana bahagia.

"Oke."

Panggilan pun terputus, Ilyana tersenyum girang memeluk ponselnya.

"Aaaaa... ya Allah!!!" pekik Ilyana menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.

ART yang masih memasukkan pakai ke lemari ikut tersenyum melihat anak majikannya bahagia. Ilyana langsung mengetik alamat rumahnya dan mengirimkannya kepada Aliandra. Tak berapa lama balasan pun masuk. Meskipun singkat namun entah mengapa dapat membuat hati Ilyana berbunga-bunga. Sudah lama dia tak merasakan sebahagia itu.

"Non, saya permisi dulu," pamit ART membawa keranjang pakaian.

"Iya Bi, terima kasih," ucapnya dengan bibir tersenyum lebar.

***

Ilyana menunduk bingung, pria yang tadi ia telepon menatapnya intens dan menuntut penjelasan. Berbeda dengan sikap keduanya, orang tua Ilyana justru malah tersenyum lebar dan bahagia. Akhirnya ada seorang pria yang datang ke rumahnya dan itu mereka kenal sebagai kekasih putri sulungnya.

"Nak Langit, ayo diminum tehnya." Berlin tersenyum sangat manis.

"Iya Tante, terima kasih," ucap Aliandra sungkan dan tetap menjaga sikapnya.

"Bagaimana? Kapan nih mau serius? Putri Om ini sudah cukup berumur. Nak Langit sekarang usianya berapa?" tanya David.

Aliandra melirik Ilyana yang masih setia menundukkan kepala tidak berani menatapnya.

"Mmm... 30 tahun, Om," jawab Aliandra.

"Wah sudah sama-sama matang. Menunggu apa lagi? Sudah waktunya kalian menikah," sahut Berlin semakin mendesak.

Aliandra hanya tersenyum kikuk dan menganggukkan kepalanya.

"Oh iya, Om, Tan, maaf saya harus segera pulang. Soalnya sudah ada panggilan dinas," ucap Aliandra mengambil kunci mobil dan ponselnya yang tergeletak di atas meja.

"Oh begitu, ya sudah tidak apa-apa. Lain kali ajak orang tua ke sini ya? Biar kita bisa saling mengenal lebih jauh lagi," pesan David berdiri merangkul bahu Aliandra.

Mereka mengantarnya sampai di teras, begitu juga Ilyana membawakan seragam Aliandra yang sudah diselubungi plastik khusus.

"Pulang dulu Om, Tan," pamit Aliandra mencium tangan orang tua Ilyana bergantian.

Dia melakukan itu sekadar menghormati mereka sebagai orang yang lebih tua.

"Hati-hati ya Nak Langit," ucap David dan Berlin bersamaan.

"Iya, terima kasih."

Ilyana membawakan seragamnya sampai di mobil. Sebelum dia pergi, Aliandra mencegah pergelangan tangannya.

"Kenapa Anda melakukan ini kepada saya?" tanya Aliandra menatapnya tajam namun justru meluluh lantarkan hati Ilyana.

"Maaf, terpaksa aku melakukan ini demi...." Ilyana memotong ucapannya.

"Demi kepentingan Anda sendiri? Anda tidak memikirkan bagaimana posisi saya?" Aliandra semakin kesal dengan sikap Ilyana yang terkesan memanfaatkannya.

Ilyana menunduk. "Maaf," ucapnya pelan.

Aliandra menghela napasnya dalam dan dia mengusap wajahnya gusar. Dia telah terperangkap dalam permainan Ilyana.

"Oke, saya tidak mau tahu apa yang menjadi urusan Anda. Saya minta Anda jelaskan semuanya kepada orang tua Anda. Dan terima kasih sudah mencucikan seragam saya." Aliandra masuk ke mobilnya begitu saja.

Saat ingin menutup pintunya, tangan Ilyana mencegah.

"Dengarkan penjelasanku dulu," bujuk Ilyana.

Aliandra menghembuskan napasnya kasar.

"Apa lagi yang perlu Anda jelaskan? Saya sudah bilang kan, saya tidak mau tahu urusan Anda. Saya buru-buru," tolak Aliandra menyingkirkan tangan Ilyana dan menutup pintunya.

"Kita harus segera menikah!" seru Ilyana mencengangkan Aliandra.

Aliandra terbengong mendengar ucapan wanita yang belum dia kenal kepribadiannya.

"Iya, kita harus menikah!" Ilyana mengulang lagi ucapannya dan kali ini Aliandra mendengarnya sangat jelas.

Aliandra tersenyum remeh dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan ngacok," sahut Aliandra tak acuh menganggap itu sekadar gurauan dari Lyana. Dia menyalakan mesin mobilnya.

"Aku serius!" bujuk Ilyana menahan lengan Aliandra.

Aliandra menatap ke dalam mata Ilyana, wanita itu benar-benar mengiba dan bersungguh-sungguh meminta.

"Please," mohon Ilyana.

"Maaf, saya tidak bisa," tolak Aliandra.

"Baiklah, aku tidak akan menyerah. Aku akan terus membujukmu sampai kamu mau menikah denganku," tekad Ilyana bulat.

"APA???!!! Jangan gila Anda. Saya mengenal Anda saja tidak, kenapa saya harus menikah dengan Anda?"

"Karena cuma kamu pria yang aku kenalkan kepada orang tuaku. Please." Ilyana menangkupkan tangannya di depan dada dan wajahnya dibuat sangat memelas.

Dia rela menjatuhkan harga dirinya supaya Aliandra mau menjadi suaminya. Itu lantaran orang tuanya yang sudah sangat mendesak dan pria yang Ilyana kenalkan kepada mereka hanya Aliandra.

"Maaf, tidak bisa!" Aliandra menolak mentah-mentah.

Tanpa memedulikan Ilyana, dia lantas menancap gasnya meninggalkan pelataran rumah orang tua Ilyana.

"Dasar cewek gila!" cibir Aliandra menggelengkan kepalanya.

Dia tidak habis pikir ada wanita yang sangat nekad mendesak agar menikahinya. Padahal mereka baru saja bertemu dan kenal pun secara tak sengaja.

"Aku akan membuatmu menerimaku, Kapten Langit. Lihat saja nanti," ucap Ilyana sudah bertekad.

Entah mengapa dia menjadi senekad itu, rela menjatuhkan harga dirinya dan mau-maunya mengiba kepada seorang pria. Dan lebih parahnya lagi, pria itu baru saja dia kenal tanpa mengetahui bagaimana kepribadian serta latar belakangnya. Padahal selama ini dia sangat menjaga harga dirinya di depan seorang pria.

"Aku yakin dia pilihan terakhirku," gumam Ilyana memantapkan hatinya.

Dia lantas masuk ke dalam rumah dan menutup pintu yang menjulang tinggi bercat putih tulang.

Jika hati sudah bertekad, siapa saja tak mampu menghadang.

#######

Sangat nekat dan gila! Itulah Ilyana. Berbanding terbalik dengan Aruna yang lemah lembut. Hehehe

Terima kasih untuk vote dan komentarnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top