GELISAH KARENAMU

Setelah mendarat dengan selamat di sebuah bandar udara alternatif karena keadaan darurat, bukannya bersyukur malah beberapa penumpang menuduh awak pesawat egois dan lalai. Bukannya berterima kasih dan bersyukur semua dapat selamat, justru cibiran serta cemoohan yang didapat kru. Kesal dan dongkol pasti kru penerbangan rasakan, hanya saja mereka menahannya. Begitukah balasan yang mereka dapatkan setiap terjadi kesalahan yang mereka sendiri tidak menginginkannya?

"Kap, diminum dulu." Seorang pramugari memberikan Mega botol air mineral ketika mereka duduk di crew lounge.

"Terima kasih," ucap Mega tanpa senyum lantas membuka tutup botolnya.

Mega menenggak air mineral sekali tarikan napas habis setengah. Dia teringat Ilyana, setelahnya Mega merogoh saku celana mengambil ponsel. Dia menghilangkan mode pesawat di ponselnya, tak berapa lama pesan singkat pun banyak yang masuk. Dari keluarga dan teman-teman yang mengkhawatirkan keadaannya. Itu karena berita yang sangat cepat meluas. Mega tersenyum ketika membaca pesan dari belahan jiwanya.

Hubby, aku menunggumu di bandara. Cepat pulang.

Mega tahu, pasti sekarang Ilyana sedang gelisah memikirkan keadaannya. Tak ingin semakin membuatnya kepikiran, dia pun menelepon Ilyana.

"Halo," sahut Ilyana terdengar tak sabar dari seberang.

"Assalamualaikum. Cepet banget angkat teleponnya? Kenapa? Kangen ya?" goda Mega sengaja meluluhkan suasana tegang.

"Ya Allah, Hubby! Bagaimana keadaan kamu? Kamu sekarang di mana? Kamu baik-baik saja kan? Apa yang terjadi? Kenapa bisa ada berita seperti itu?" Ilyana langsung memberondongi pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya semakin tak sabar ingin segera bertemu Mega dan mendengar langsung jawabannya.

Mega terkikih kecil. "Jawab dulu salamku, baru bertanya."

"Astogfirulloh, maaf Hubby. Aku sangat khawatir. Waalaikumsalam," ucapnya. "Sekarang jawab pertanyaanku," sambung Ilyana mendesak.

"Alhamdulillah, semua baik-baik saja," jawab Mega santai.

Yang di seberang sangat cemas setengah mati, tapi yang dikhawatirkan masih saja terdengar tenang seolah-olah tidak terjadi sesuatu.

"Masya Allah, Hubby. Aku tanyanya serius," omel Ilyana kesal dan tidak puas dengan jawaban Mega.

"Aku juga serius, Love. Nggak ada apa-apa, semua aman terkendali," jawab Mega bersikap santai agar tidak menambah kekhawatiran calon istrinya meskipun di dalam hati dia masih berdebar-debar dan berkecamuk, sedikit ada perasaan takut.

"Apa sih yang sebenarnya terjadi? Kenapa beritanya mengatakan pesawat kamu terjadi trouble engine?" Ilyana masih terus mendesak ingin mendengar penjelasan langsung dari sang pilot yang memanuver burung besi bermasalah itu.

"Biasa, Love. Keadaan seperti itu bisa sewaktu-waktu terjadi. Kamu harus membiasakan diri mendengar berita begini. Nanti juga kamu bakalan terbiasa setelah menjadi istriku," jawab Mega santai.

"Hubby, kamu mau buat aku cepat mati ya? Mendengar kamu seperti itu saja, rasanya leherku kayak dicekik 1000 tangan. Kapan kamu balik ke Indonesia?" Ilyana berucap sekali tarikan napas.

"Malam ini langsung balik ke Indonesia. Kamu tenang saja ya? Aku pasti pulang dengan selamat. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku mencintaimu," ujar Mega menutupi kenyataan yang baru saja dia alami, agar Ilyana tidak paranoia.

"Ya sudah, aku tunggu di bandara."

"Jangan, Love. Kamu tunggu aku di rumah saja ya? Aku kemungkinan besok pagi baru sampai, aku akan istirahat sebentar terus ke rumah kamu."

"Nggak mau, pokoknya aku akan menunggu kamu di bandara," bantah Ilyana kukuh.

"Berani membantah?" gertak Mega terdengar serius.

Nyali Ilyana pun menciut.

"Tapi, Hubby...."

"Kamu pulang atau aku yang nggak balik ke Indonesia," ancam Mega.

"Oke. Iya, aku pulang." Ilyana pun mengalah daripada Mega tidak menemuinya.

"Ya sudah, hati-hati di jalan. Jangan ngebut. Sama siapa kamu di bandara?"

"Sama Fluor."

"Sekarang kamu pulang, selesaikan semua urusan rencana pernikahan kita. Besok setelah sampai Indonesia, aku day off 2 hari. Kita bisa foto pre wedding sama sebar undangan, sekalian mau ngecek gedung dan lain-lainnya," perintah Mega tak terbantahkan.

"Iya, Hubby. Aku pulang. Setelah sampai Indonesia telepon aku ya?"

"Iya, Love. Pasti! Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Mega memutus panggilannya. Setelah menyimpan ponsel ke saku celana, dia bergabung mengobrol bersama rekan dan pramugari-pramugara yang bertugas dengannya saat itu.

Bagaimana pun seorang suami atau pasangan bekerja, sekalipun berisiko tinggi dan terjadi sesuatu hal yang mengancam keselamatannya, mereka tidak akan mengatakan kebenaran kepada istri dan keluarga. Yang dia mau hanyalah, keluarga mendengarkan hal-hal yang baik supaya ketika ia kembali senyum dan kehangatan keluargalah yang menyambut, bukan air mata sendu.

"Tadi banyak korban nggak, Des?" tanya Mega kepada purser.

Purser adalah jenjang karir tertinggi sebagai awak kabin sama dengan flight safety manager atau dapat dikatakan menager pramugari dan pramugara di sebuah penerbangan. Sebagian besar awak kabin pasti menginginkan posisi sebagai purser.

"Nggak sih, Kap. Cuma beberapa orang yang pingsan, mungkin karena mereka tidak tahu prosedur memakai masker oksigen atau terlambat memakainya. Hal biasa kan, Kap kalau sedang panik," jawab Desi yang duduk berjarak dua kursi dengan Mega.

"Nah itu kesalahan mereka sendiri, banyak penumpang yang menyepelekan hal penting ketika pramugari menjelaskan prosedur pemakaian alat keselamatan sebelum flight. Padahal itu kan buat kebaikan mereka juga. Tapi kalau sudah terjadi apa-apa, kita yang disalahkan," sahut Angga kesal, kopilot yang mendampingi Mega.

"Manusiawi, Kap. Setiap terjadi sesuatu pasti kita yang pertama disalahkan, padahal kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kita harus bisa menyikapinya dengan besar hati. Mereka tidak tahu saja kalau kita sama takutnya seperti yang mereka rasakan. Bedanya kita bisa bersikap tenang karena sudah melewati training keras," ujar Mega besar hati menerima cemoohan penumpang meski sejujurnya dalam hati dia sakit dan sedikit kesal.

Tapi apa daya, dia hanyalah pekerja jasa yang melayani ratusan penumpang. Ingin membalas cibiran mereka? Apa untungnya? Hanya menahan emosi yang dapat mereka lakukan. Yang tidak banyak penumpang tahu, kru penerbangan sudah mengorbankan banyak hal demi mengantarkan mereka ke tempat tujuan dengan selamat.

Bertaruh rindu keluarga, berkorban waktu, rela melewatkan hari spesial, serta memicingkan mata dalam hal yang sebenarnya penting hanya saja tidak dianggapnya penting. Contohnya saja hari lahirnya sendiri terkadang lupa, atau ulang tahun pernikahan mereka, bahkan terkadang melupakan hari spesial pasangan.

Tidak hanya itu saja, pilot juga kerap mendapat berita miring. Tentang gaya hidup yang penuh hura-hura, selingkuh dengan pramugari, bahkan sampai mengonsumsi obat-obatan terlarang. Belum lagi, risiko kematian yang tinggi. Padahal di balik itu semua, kehidupan mereka jauh berbeda dengan yang sering diekspos media.

***

Belum juga surut berita mengenai pesawat yang dimanuver Mega dari pemberitaan, kini ada lagi pemberitaan perselingkuhan yang tejadi antara pilot dan pramugari. Hal itu membuat hati Ilyana diselubungi kecurigaan. Semalaman ia tidak bisa tidur menunggu matahari terbit berharap Mega segera datang menemuinya.

"Pagi, Ma," sapa Ilyana lemas pagi buta menghampiri Berlin di dapur setelah salat Subuh.

Lingkaran hitam menghiasi kelopak matanya. Bola mata merah dan wajahnya pun kusam.

"Pagi, Sayang. Kenapa lemes begitu?" tanya Berlin menoleh ke belakang setelah mencolokkan rice cooker.

Ilyana berdiri di depan pantri, membuat kopi. Berharap dengan secangkir kopi dapat mengusir rasa kantuknya.

"Aku kepikiran Ali, Ma," jawab Ilyana mengaduk kopinya setelah dia sedu dengan air panas.

"Bukannya kemarin kata kamu, dia dan penumpangnya selamat? Apalagi yang kamu khawatirin?"

Berlin mengambil sayuran dari kulkas. Ilyana memutar tubuhnya, menyandarkan setengah pantat di tepi pantri dan menikmati aroma kopi luwak yang khas.

"Beda lagi, Ma," sahut Ilyana lalu menyesap kopinya yang masih mengepul secara perlahan.

Antara manis dan pahit ditambah aroma kopi yang dapat menenangkan perasaan, bercampur menjadi satu rasa yang komplit. Seperti hidup ini, pahit dan manis selalu datang beriringan.

"Apa lagi sih, Na yang kamu pikirkan? Mama tuh heran sama kamu, mau menikah saja ada aja gangguanya. Yang inilah, yang itulah!" cerca Berlin seraya mengupas bawang putih.

"Ma, semalam aku mendengar berita soal perselingkuhan pilot dan pramugari. Sekarang Mama bayangkan, pilot dan pramugari itu kerjanya satu paket. Ke mana-mana pilot selalu didampingi pramugari. Tidur satu hotel, bekerja satu tempat, ini dan itu bareng. Kalau kata orang Jawa, 'tresno jalaran seko kulino' yang artinya cinta itu bisa datang karena terbiasa. Gimana kalau itu terjadi sama Ali?" ujar Ilyana meletakkan cangkir kopinya di meja pantri lalu mendekati Berlin membantunya mencuci sayuran.

Berlin menghela napas dalam, ada saja kecurigaan yang Ilyana pikirkan. Padahal semua itu belum tentu terjadi.

"Maksudnya, kamu takut Ali selingkuh?" terang Berlin menoleh Ilyana yang berdiri di samping dia. Ilyana menganggukkan kepala. "Ah, semua pria memiliki peluang untuk melakukannya. Jadi itu bukan alasan untuk menjauh dari dia. Wajar kecurigaan itu mengepung setiap hubungan. Tapi, bukankah setiap cowok juga berpeluang untuk selingkuh? Pengkhianatan cinta bisa dilakukan semua manusia, bukan hanya satu nyawa atau bukan hanya orang yang berprofesi pilot. Tukang ojek saja kalau ada niat dan kesempatan juga bisa selingkuh."

"Iya juga sih, Ma. Tapi...."

"Ah, kamu tuh terlalu takut kehilangan. Makanya jadi over protektif dan pikiran kamu bawaannya negatif mulu. Boleh memikirkan dia, asal jangan berlebihan, jadinya nggak baik. Bisa-bisa kamu ujung-ujungnya menuduh dia melakukan sesuatu yang belum tentu dia melakukannya," nasihat Berlin menyahut ucapan Ilyana.

Ilyana terdiam, apakah ucapannya Berlin benar? Dia merenung dan mencocokkan pada dirinya sendiri. Beberapa menit Berlin dan Ilyana saling diam. Mereka sibuk melakukan tugasnya masing-masing.

"Ma, apakah aku keterlaluan kalau punya pikiran begitu sama Ali?" Ilyana merasa bersalah sudah berpikir yang tidak-tidak kepada calon suaminya.

"Was-was boleh saja, nggak ada yang melarang. Tapi kamu bisa melihat bagaimana calon suamimu itu. Kalau memang dia main api di belakang kamu, coba kamu pikir baik-baik. Buat apa dia langsung mengajakmu menikah tanpa pacaran, padahal istrinya belum genap 1 tahun meninggal? Dia rela menolak turun ranjang demi memilihmu, dia mau mengalah dan menuruti keegoisanmu yang pengin pesta resepsi mewah, hampir setiap satu jam sekali kamu telepon dia dan Ali mengangkatnya, kamu kirim dia pesan singkat selalu dia berusaha membalas, mana ada waktu buat wanita lain sedangkan kamu setiap detik mengganggunya?"

Ilyana terdiam, dia intropeksi diri.

"Benar kata Mama, meskipun dia jauh tapi Ali selalu berusaha melayani dan menuruti kemauanku dengan sangat baik."

"Kalau kamu takut dia pergi, berusahalah menciptakan keadaan rumah yang hangat dan harmonis, supaya pasangan nyaman di dalam rumah. Tidak perlu hal mewah, cukup dengan senyumanmu, ketulusanmu melayani dia, sambutan hangat kamu, dan masakan sederhana penuh cinta buatan tanganmu sendiri," ucap Berlin mengangkat kedua tangan Ilyana dan tersenyum hangat.

Perasaan Ilyana selalu membaik jika sudah mendapat pencerahan dari sang mama. Biarpun terkadang kita merasa jengkel dan sebal karena kecerewetan seorang ibu, di dalam omelan dan kebawelannya menyiratkan pesan yang sangat bermanfaat. Mungkin kita belum merasakan ketika dia berucap, namun suatu hari pasti kita akan merasakannya.

#########

Pertanyaan yang selalu mampir dan akan aku jawab di sini.

1. Kapan nikahnya sih? Lama banget.
~ Memangnya apa yang kalian tunggu setelah menikah? Hah?

2. Ceritanya lelet, nggak nikah-nikah, jadi males baca.
~ Aku tidak memaksa kalian membaca cerita ini kok. Kalau males monggo mundur teratur. Aku hanya ingin membagi pengalaman, kalau menikah dengan pilot ya kurang lebih begini persiapannya. Karena mereka bakalan tidak punya banyak waktu untuk menemani kalian, 24 jam atau setiap hari mengurus pernikahan kalian.

3. Kenapa sekarang update-nya telat-telat terus?
~ Karena saya punya kesibukan lain di dunia nyata. Pastinya kalau saya tidak sibuk sudah setiap hari update. Tolong pengertiannya. Terima kasih.

Oke, terima kasih atas vote dan komentarnya. Selamat menunaikan ibadah puasa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top