DIBUNUH JAM TERBANG YANG PADAT

Pekerjaan berisiko tinggi. Tapi begitulah, semakin tinggi tingkat risiko, semakin serius hubungan yang terjalin. Tak ada waktu untuk bermain-main. Kesadaran itu akan membawa hubungan lebih serius. Hidup bersanding bersama airman, terjamin kesejahteraannya. Kebutuhan selalu tercukupi dengan kadar di atas rata-rata.

Jika keadaan sudah mapan, tidak ada lagi yang ia tuju, maka pelaminan adalah satu-satunya tempat yang dituju. Tahap itu bisa dikatakan sebagai tahap yang mapan dan tidak lagi dipenuhi keraguan. Sebab, pilot selalu membutuhkan rumah agar tak kelabakan dibunuh jam terbang yang begitu padat. Untuk itu, dia ingin segera berbagi cerita dan kebahagiaan bersama belahan jiwa. Satu-satu yang mengkhawatirkan adalah jika pernikahan tak kunjung digelar lantaran pekerjaannya yang sangat padat.

"Hubby," lirih Ilyana sore itu yang bersandar manja di dada Mega, ketika mereka bersantai di ruang tamu.

"Hmm," gumam Mega menyahut.

Letihnya masih terasa, pagi hari ia baru sampai di rumah. Istirahat sebentar lantas sorenya datang menemui Ilyana yang sudah merengek kangen.

"Aku lapar, cari makan yuk!" ajaknya menegakkan tubuh.

Mega mengusap wajahnya lemas, matanya sepet, tengkuknya kaku, dan punggungnya pegal. Rasanya ingin seharian bermalas-malasan di tempat tidur, meregangkan otot yang kaku karena sepekan penuh bekerja dan berkonsentrasi membuatnya stres. Atau memanjakan tubuh dengan pijat terapi. Tapi keadaan belum mendukung, dia harus segera menyelesaikan persiapan pernikahannya.

"Ya sudah, ayo! Bawa sekalian undangannya, kita sebarkan hari ini," titah Mega seraya bangkit dari duduknya.

"Oke."

Dengan semangat yang membara, Ilyana berlari masuk mengambil tas dan undangan yang ingin dibagikan ke calon tamu di acara resepsi mereka nanti. Mega ke luar rumah, menunggu Ilyana di pelataran. Ketika ia ingin membuka pintu mobil, sebuah mobil hitam terparkir di belakang mobilnya.

"Mau ke mana, Li?" tanya David keluar dari mobilnya.

"Mau ngantar undangan, Om." Mega menghampiri David, mencium tangannya hormat.

"Oh, kamu libur berapa hari?" David merangkul bahu Mega, mengajaknya ke teras.

Sembari menunggu Ilyana, mereka duduk di kursi rotan, mengobrol membahas rencana pernikahan dan resepsi. Mega dan David terlihat sangat akrab, berbincang santai diiringi canda tawa meski membahas hal yang serius.

"Papa," sapa Ilyana dari ambang pintu menjinjing dua paperbag berisi undangan.

Mega berdiri, dengan sigap meminta dua paperbag itu dari tangan Ilyana.

"Pa, kami mau sebar undangan dulu ya?" pamit Ilyana menjabat tangan David dan menciumnya.

"Iya, hati-hati," pesan David mengantar Ilyana dan Mega sampai di depan teras.

Mereka masuk ke mobil, segeralah Mega menyalakan mesin mobil.

"Om, kami berangkat dulu," pamit Mega bersiap menjalankan mobilnya.

"Hati-hati, Li. Jangan ngebut," pesan David.

"Iya, Om. Assalamualaikum," ucap Mega melajukan mobilnya pelan.

"Waalaikumsalam," jawab David masih terdengar Mega.

Mobil Mega ke luar melewati gerbang, dengan kecepatan rata-rata ia membelah padatnya jalan di sore hari, bersama pujaan hati. Ilyana tak bosannya selalu menatap wajah tampan yang beberapa hari sudah sangat ia rindukan.

"Jangan menatapku begitu, Love. Grogi nih," tegur Mega salah tingkah tanpa menoleh Ilyana yang masih serius memerhatikan lekuk wajahnya yang lelah.

"Hubby, aku mau tanya sesuatu sama kamu." Ilyana menaikkan kakinya dan bersila nyaman duduk menyerong supaya lebih jelas menatap Mega.

"Tanya apa? Jangan yang susah, entar aku nggak bisa jawab," seloroh Mega ditimpali kikihan.

"Ih kamu! Emangnya ujian? Nggak kok, Hubby. Aku cuma mau tanya soal postingan ibu-ibu yang viral di internet itu loh. Penumpang pesawat singa yang melihat seorang ibu membawa anaknya masuk ke kokpit, yang ternyata itu keluarga salah satu pilot. Emang boleh ke kokpit saat pesawat sedang terbang?"

Mega malah tertawa geli, dia sebentar mengusap pipi Ilyana dengan ibu jarinya lantas kembali fokus menyetir.

"Ya Allah, Love. Sebenarnya ibu itu sudah mempertanyakan ke kru mengenai perartuan 'apakah boleh kokpit pesawat dikunjungi penumpang saat terbang?'. Nah, karena tidak puas dengan jawaban kru kabin bahkan tidak puas dengan jawaban kapten, maka ibu itu membuat posting lengkap dengan foto situasi yang akhirnya menjadi viral di medsos dan jadi ramai. Padahal sebenarnya itu hal yang sudah biasa terjadi," jelas Mega mengetahui cerita kejadian sebenarnya dari seorang teman yang bekerja di maskapai bersangkutan.

Meskipun mereka berbeda maskapai, tapi jika mengenai situasi yang bersangkutan dengan penerbangan, pilot dan bahkan kru kabin lainnya akan lebih cepat mengetahui kabar tersebut.

"Terus sebenarnya gimana sih, Hubby? Aku kadang suka sebel mendengar kabar yang aneh-aneh menyangkut pekerjaanmu. Mereka itu nggak tahu aslinya seperti apa, tapi sudah menghujat," ujar Ilyana kesal melipat kedua tangan di depan dada dan menyandarkan punggungnya menanti penjelasan lebih lanjut dari sumber yang bisa dia percaya.

Mega tersenyum melihat bibir manyun Ilyana.

"Jangan manyun, jelek!" tegur Mega.

"Jelek-jelek begini juga ngangenin kan?" goda Ilyana mengerling menggoda.

Mega melepas tawanya, saat-saat beginilah yang selalu mereka rindukan apabila terpisah karena keadaan.

"Jawab dong, Hubby," rajuk Ilyana manja mengguncangkan lengan Mega.

"Manja nanget sih? Bikin pengen." Mega menyeringai dengan senyum jahil.

Ilyana malu-malu besar rasa. "Pengen apa hayoooo?" sahut Ilyana mencolek pinggang Mega hingga menggeliat.

"Pengin makan, laper, Love. Ya allah, emang pengin apa coba?" jawab Mega dibalas kikihan Ilyana.

"Udah ah! Bahas yang lain. Itu bagaimana ceritanya?" Ilyana mengalihkan pembicaraan.

"Kalau menurut aku sih itu kesalahpahaman aja. Sebenarnya 3 hal landasan hukum penerbangan. Pertama, ICAO (Internasional Civil Aviation Organization). Kedua, CASR (Civil Aviation Safety Regulation). Dan yang ketiga, BOM (Basic Operation Manual). Nah, singkatnya dunia mengeluarkan peraturan penerbangan secara umum melalui ICAO. Lalu masing-masing Negara mengadopsi peraturan tersebut dan disesuaikan dengan kondisi negara setempat. Kalau Indonesia melalui CASR. Kemudian masing-masing operator atau maskapai penerbangan mengadopsi CASR untuk diterapkan dalam peraturan yang lebih spesifik sesuai dengan kondisi maskapai melalui BOM maskapai. Begitu!" terang Mega lantas membelokkan mobilnya ke salah satu tempat makan.

"Terus?" desak Ilyana tak sabar ingin mengetahui kelanjutannya.

"Terus kita turun dulu, makan, nanti sampai di dalam aku lanjutin penjelasannya. Oke?" Mega melepas sabuk pengamannya.

"Aaaa... nggak mau. Sekarang aja, nanggung," rengek Ilyana manja dan wajahnya pun cemberut.

"Love, aku sudah lapar. Tadi pagi pulang kerja di rumah nggak ada makanan, mau keluar sudah terlalu cape akhirnya aku buat tidur. Ayo dong, Sayang," ajak Mega melepaskan sabuk pengaman yang terkait di tubuh mungil Ilyana.

"Risiko di rumah sendiri," gumam Ilyana namun masih terdengar Mega.

"Makanya cepetan kita nikah, biar kalau aku pulang di meja makan sudah ada masakan kamu. Nggak kasihan apa setiap aku pulang kesepian, perut kosong dibawa tidur keroncongan. Kalau aku kurus gimana?" ucap Mega memamerkan wajah memelas di depan wajah Ilyana.

Jantung Ilyana berdebar-debar, tubuhnya tegang dan kaku. Apalagi napas hangat Mega menerpa wajahnya. Sangat jelas ketampanan Mega di depan matanya.

"Salah sendiri jadwal terbangnya padat mulu. Kan jadi bingung cari jam kosong kamu! Cuti nikah cuma 3 hari pula!" Ilyana sengaja mendorong pelan wajah Mega agar sedikit menjauh darinya.

Jika lama-lama di posisi seperti itu, bisa-bisa Ilyana bengek. Pasokan oksigennya habis.

"Maaf, memang peraturannya begitu. Libur spesial dapat 3 hari, di luar cuti. Nikahan, istri melahirkan, dan keluarga meninggal. Kalau mau aku libur panjang ambil saja pas aku cuti. Nunggu satu tahun lagi, baru kemarin aku pengajuan jadwal cuti buat tahun depan," jelas Mega menegakkan tubuhnya.

"Enak aja, persiapan sudah 80% masa mau ditunda 1 tahun lagi? Nggak apa-apa deh libur 3 hari, yang penting punya buku lambang garuda."

"Bener? Jangan minta bulan madu dulu ya? Waktunya belum ada, entar aja kalau pas aku terbang ke luar negeri kamu ikut. Soalnya istri dan 2 anak dapat fasilitas gratis terbang 5 kali dalam waktu 1 tahun."

"Iya. Ayo turun. Kapan kita makannya kalau ngobrol terus," ajak Ilyana menahan kesal di hati karena setelah menikah itu artinya dia akan langsung ditinggal dinas Mega.

"Ayo!" Mega keluar lebih dulu disusul Ilyana.

Mega menggenggam tangan Ilyana masuk ke tempat makan, keadaan di sana tidak begitu ramai, lantunan musik klasik menambah suasana rileks. Mereka menyapu pandangannya mencari tempat duduk yang kosong.

"Duduk di sana yuk, Hubby." Ilyana menunjuk kursi paling pojok dekat dengan jendela kaca.

Mega mengangguk, lantas mereka duduk di tempat itu. Setelah memesan makanan, di sela menunggu, Ilyana menagih ucapan Mega yang katanya akan melanjutkan penjelasan atas pertanyaannya yang di mobil tadi.

"Terus gimana soal ibu-ibu yang memposting itu, Hubby?" tanya Ilyana dengan tatapan menuntut.

Mega mengembangkan senyuman, dia senang calon istrinya selalu ingin mengetahui dunianya. Dengan tangan terbuka, Mega menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang hampir setiap waktu ditanyakan Ilyana.

"Sangat bisa terjadi, tapi ada pengecualian mengenai hal-hal khusus dalam beberapa syarat, salah satu maskapai Indonesia membolehkannya. Itu diatur oleh CASR. Karena masing-masing maskapai membuat BOM yang tentu saja selalu mengacu pada aturan di atasnya, seperti CASR dan ICAO. Amerika mempunyai FAA dan Indonesia mempunyai CASR. Di peraturan maskapai Amerika tidak membolehkan siapa pun penumpang masuk ke kokpit," jelas Mega detail.

"Jadi ada beberpa maskapai di Indonesia memang mengizinkan?" tanya Ilyana menegaskan.

"Iya, tapi ada fase di mana ruang kokpit tidak dapat diinterupsi apalagi ada yang masuk, memanggil kokpit melalui interphone saja tidak diperbolehkan, kecuali hal-hal mendesak yang menyangkut prosedur keselamatan."

Penjelasan Mega terpotong ketika seorang pelayan mengantarkan minuman untuk mereka. Selepas pelayan itu pergi, Ilyana bertanya, "Fasenya saat apa saja, Hubby?"

Mega tak langsung menjawab, dia sedang menikmati jus segar yang mengalir membasahi tenggorokannya yang kering.

"Kalau aku jelaskan semuanya kamu nanti bingung, Love. Karena setiap perusahaan mengadopsi peraturan berbeda-beda. Tapi ada 3 fase yang paling mencolok, yaitu pada saat pesawat sudah bergerak menuju ke landasan pacu. Pada saat pesawat take off sampai mencapai ketinggian 10 ribu kaki atau lampu sabuk pengaman sudah dimatikan. Dan pada saat pesawat sudah approach untuk landing, atau lampu tanda kenakan sabuk pengaman menyala, sampai pesawat berhenti setelah mendarat," lanjut Mega berharap calon istrinya dapat memahami dan tahu peraturan itu agar ia dapat mengerti apabila suatu saat Mega mengajaknya terbang bersama dirinya.

"Oh, jadi ibu-ibu itu salah paham dong, Hubby?"

"Kemungkinan sih begitu. Nggak salah juga sih, mungkin karena beliau juga tidak tahu syarat dan prosedurnya. Yang pasti, kapten memutuskan kebijakan penumpang untuk masuk ke kokpit atas dasar dia sudah mengenal betul dan memberikan garansi bahwa penumpang yang diizinkan mengenal karakter, sifat, dan kebiasaannya.

"Dan dalam kondisi cuaca yang baik serta tidak dalam waktu yang lama supaya tidak mengganggu fase steril kokpit. Karena ada fase di mana kokpit steril dari kegiatan atau komunikasi apa pun secara langsung. Berbicara sama kopilot saja nggak boleh, harus diam, fokus, dan konsentrasi mendengar semua perintah radio."

"Susah juga ya pekerjaan kamu," ujar Ilyana sedikit demi sedikit memahami pekerjaan calon suaminya.

"Nggak juga sih, bayangan kamu saja. Kalau dijalankan biasa saja. Semua itu karena terbiasa, yang sepertinya susah dan dirasa tidak sanggup, tapi kalau sudah dijalankan bahkan dilakukan hampir setiap hari pasti semua bisa. Bayangan tidak seperti kenyataannya, kadang kita membayangkan mudah, tapi setelah dilakukan sulit, begitu pun sebaliknya."

Ilyana tersenyum manis, bangga dengan cara berpikir Mega. Dua kali menjalin kasih bersama pilot, dia dapat mengambil arti mencintai yang sewaktu-waktu rela atau tidak rela harus siap ditinggalkan. Dengan begitu dia harus bisa mempersiapkan hati, pikiran, dan tubuh untuk menerjang badai yang sewaktu-waktu menerpa.

"Aku bangga sama kamu, pangeran burung besiku," ucap Ilyana membelai pipi Mega lembut.

Mega tersanjung, dia tersenyum dan mengelus pipi Ilyana dengan kedua ibu jarinya.

"Kita akan segera halal, bersabarlah," ucap Mega lantas mencium kening Ilyana.

Ketika bibir Mega mengecup keningnya, nuansa cinta mengalir ke nadi Ilyana. Sejuk, nyaman, dan damai.

#########

Nggak tahu, feel-nya dapat nggak. Aku sudah berusaha banget ini.😭😭😭😭
Semoga kalian paham dan feel-nya ada. Maafkan aku, part ini berusaha aku ketik setelah sahur sampai siang ini langsung aku posting. Soalnya sudah nggak tahan dikejar-kejar suruh menikahkan mereka.

Kesel banget kalau didesak cepet-cepet menikahkan!!!! 😈😈😈😬😣😤
Memangnya apa sih yang kalian tunggu setelah menikah? YANG PERNAH MEMBACA MY HUSBAND IS A PILOT PASTI SUDAH TAHU BAGAIMANA KESIBUKAN MEREKA SETELAH MENIKAH!!!

Sudah aku putuskan setelah menikah cerita ini END!!! TIDAK ADA TOLERANSI LAGI! CAPE DIKEJAR SURUH MENIKAHKAN TOKOH!!!!!!😭😣😤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top