DIA MASIH HIDUP

Sengaja pakai lagu ini. Yang dari Jawa siapa? Pasti tahu kan artinya? Yang nggak tahu arti lagu ini buka di google. Cari apa maksud artinya. 😄😆😅
Judul : Suket Teki
Song : Didi Kempot

Ini arti liriknya ke bahasa Indonesia, kalau menurutku ya? 😂
Maaf kalau salah🙏🙏🙏

Aku yang kan mengalah
Lebih baik mundur daripada sakit hati
Tak kejar pun kamu sudah lupa
Tak mungkin kembali

Ibarat badan hidup tinggal tulang
Rela kujalani
Ternyata janjimu, ternyata sumpahmu
Tak bisa dipercaya

Orang salah tak mau mengaku salah
Lama-lama siapa yang kan betah
Mataku sudah tahu kenyataannya
Kau hanya mau menang sendiri
Kutanam padi ternyata yang tumbuh rumput teki

Brgituah kira-kira artinya.😅😆😆
Selama jalan-jalan di Jawa Tengah, selalu mendengarkan lagu ini dan langsung jatuh cinta sama nih lagu.😆

#########

Flashback

Kabar mengejutkan menghampiri keluarga Firman. Lebih dari dua bulan setelah pemakan itu, tiba-tiba suara Aliandra menelepon menggunakan nomor kode luar negeri.

"Pa, jemput aku di Srilanka," pintanya pelan.

"Langit?" pekik Firman terkejut.

Chusnul dan Sidni yang mendengar Firman menyebut nama 'Langit', lantas mereka mendekat dan mendengarkan suara Aliandra bersama-sama.

"Pa, aku masih hidup. Aku selamat," ucapnya terdengar sangat lemah.

"Kasih tahu di mana posisi kamu, Papa akan menjemputmu."

Aliandra pun memberikan alamat dirinya dirawat. Tanpa berpikir panjang keluarga Firman memesan tiket ke Srilanka.

***

Firman, Chusnul, dan Sidni berlari di lorong rumah sakit di salah satu kota kecil, Srilanka. Mereka mencari ruang perawatan Aliandra.

"Ma, sini!" pekik Sidni melihat nama ruang yang ditunjukan resepsionis.

Mereka dengan pelan membuka pintu, keterkejutan tampak sangat jelas di wajah keluarga itu. Aliandra berbaring di ranjang dan beberapa perban tertempel di bagian tubuhnya, kondisi dia terkulai lemah. Di samping tempatnya berbaring, dia didampingi seorang wanita berseragam putih.

"Langit," panggil Chusnul berkaca-kaca.

Wanita berseragam putih itu menoleh begitu juga Aliandra. Chusnul lantas berlari kecil dan memeluk Aliandra. Dia menahan sakit di bagian dada.

"Mama, dadaku sakit," rintihnya menggigit bibir bawah.

Chusnul melepaskan pelukannya lalu mengusap kepala putra kebanggaannya.

"Mama pikir kamu ...." Chusnul tak kuasa melanjutkan kata-katanya.

Firman dan Sidni ikut mendekat. Mereka terharu, antara percaya tak percaya. Mereka benar-benar mengalami kebesaran Tuhan, Mukjizat-Nya luar biasa.

"Kak," lirih Sidni menggenggam tangan Aliandra yang kurus.

Tubuh kekarnya berubah menjadi layu, seperti hanya tulang dan kulit.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Firmah menatap Aliandra dan melirik wanita yang sedari tadi hanya diam memerhatikan pertemuan mengharukan itu.

"Perkenalkan, nama saya Arista." Wanita berparas cantik itu mengulurkan tangan, berjabat tangan dengan Firman, Chusnul, dan Sidni bergantian. "Maaf baru sekarang saya mengabari kalian, karena Kapten Langit baru sadar dari koma dua hari yang lalu. Selama dia koma saya bingung harus ke mana menghubungi kerabatnya," jelas Arista melirik sedih Aliandra.

"Koma?" tanya Sidni terkejut.

"Iya. Dan saya juga baru mengetahui tadi, ternyata Kapten Langit adalah salah satu korban jatuhnya pesawat Rajawali Airline di perairan dangkal selat Palk," terang wanita itu fasih berbahasa Indonesia.

Sidni dan Firman melongo, bahasa mereka sama padahal mereka berada di negara lain.

"Anda bisa lancar berbahasa Indonesia?" tanya Sidni menunjuk Arista.

Seorang dokter yang selama ini merawat Aliandra tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Iya. Saya asli lahir di Indonesia dan sebagian besar keluarga saya di sana. Tapi karena saya menikah dengan orang Srilanka, walhasil saya pun hidup di negara ini dan bekerja di sini," ujar Arista menjawab rasa penasaran Sidni.

"Terus bagaimana bisa Anda menemukan anak saya?" susul Firman bertanya.

Arista melihat Aliandra yang sedang mengusap air mata Chusnul. Tak henti-hentinya dia menangis dan menggenggam serta menciumi tangan putranya.

"Waktu itu kebetulan saya ditugaskan di lapangan untuk membantu korban jatuhnya pesawat Rajawali Airline di selat Palk. Tepatnya di perairan dangkal Dhanushkodi," terang Arista.

Selat Palk adalah selat yang terbentang antara Tamil Nadu, India, dan Srilanka. Selat itu juga menghubungkan Teluk Bengal ke timur laut dengan teluk Mannar ke selatan.

"Saya langsung bergerak ke lokasi setelah mengetahui bahwa itu adalah pesawat Indonesia. Beberapa hari pencarian korban sampai hari terakhir, saya menemukan Kapten Aliandra terdampar di pantai.  Lokasinya jauh dari tempat jatuhnya pesawat. Saya pikir dia sudah meninggal, karena banyak luka di bagian tubuhnya. Saya tidak menemukan tanda pengenal apa pun.

Karena denyut nadinya melemah tanpa pikir panjang, saya langsung membawanya ke rumah sakit. Saya kalang kabut, tanpa punya pikiran melaporkan penemuan korban, saya mengambil tindakan sendiri. Tugas saya menyelamatkan, jadi membawanya ke rumah sakit adalah keputusan pertama yang harus saya ambil waktu itu." Arista menjelaskan dengan sedikit rasa menyesal. "Maaf, terlambat meberikan kabar ini," imbuhnya.

"Terima kasih," ucap Firman. "Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kami yang harusnya sangat berterima kasih, karena Anda sudah menyelamatkan putra kami. Terima kasih, kami berhutang budi," timpal Firman.

"Tidak, Pak. Tidak ada yang berhutang budi, ini adalah tugas saya dan kewajiban saya. Jadi sekarang saya lega, Kapten Aliandra dapat selamat walaupun dia harus berjuang sendiri tanpa didampingi keluarga." Arista menahan air matanya dan memegang lengan Aliandra.

"Makasih, saya janji setelah sembuh nanti akan membalas kebaikan Anda. Jangan sungkan meminta bantuan saya," ujar Aliandra lemah.

"Selama beberapa bulan ini aku dan suamiku merawatmu, kami sudah menganggapmu adik. Melihat kamu sadar adalah sesuatu yang membahagian dan kelegaan buat kami. Tapi ...." Arista menggantungkan kata-katanya.

Semua menatap dia, menantikan kata selanjutnya dengan jantung yang berdebar-debar.

"Kamu harus sabar. Karena lama koma, jadi ada beberapa syaraf yang butuh perhatian. Kamu sementara di sini, syaraf-syaraf kakimu masih kaku dan itu yang menyebabkan kaki kamu sulit digerakkan," timpal Arista sendu.

"Maksud Anda, kakak saya lumpuh?" sahut Sidni.

"Ini hanya sementara, kalau Kap---"

"Panggil nama saja, Dok. Rasanya saya sudah tidak pantas dipanggil kapten," sela Aliandra sedih bercampur aduk dengan berbagai perasaan yang sulit digambarkan.

"Jangan bicara seperti itu, tidak ada yang menginginkan celaka," timpal Chusnul.

"Tapi, Ma. Sudah pasti lisensiku akan dibekukan jika sampai perusahaan tahu aku selamat. Aku sudah tidak bisa menjadi pilot lagi. Bekerja di dunia penerbangan pun akan sulit. Seandainya ada yang menerima, itu pun sangat jarang, satu banding seribu, karena aku adalah pilot yang sudah cacat di mata mereka," ujar Aliandra sangat sedih.

Cita-cita yang dia impikan sejak dulu terenggut begitu saja. Jika lisensi dibekukan artinya Aliandra tidak bisa lagi bekerja di penerbangan.

"Pesawat itu jatuh bukan di tanganku. Tugasku digantikan Inflight Relief Pilot, ketika pesawat terjadi sesuatu aku sedang istirahat. Aku percaya Inflight Relief Pilot yang menggantikanku bisa mengatasinya. Tapi, semakin lama pesawat itu kehilangan kendali, kami melayang-layang di udara. Aku turun ke kabin, semua penumpang sudah histeris dan kalang kabut. Aku mencari Dinda, dia duduk tenang di sudut kabin sedang berdoa.

Entahlah, waktu itu semua kacau, yang aku pikirkan bagaimana aku mempertanggungjawabkan jika terjadi sesuatu. Apalagi dengan Dinda, apa yang harus aku katakan pada Mega, bagaimana nanti jika Mega marah padaku." Aliandra mengingat detail bagaimana kejadian kecelakaan tersebut. "Ma, apa Dinda selamat?" lanjut Aliandra menatap Chusnul dan Firman bergantian.

Mereka saling menatap, lantas Sidni yang menjawab, "Kak Dinda ditemukan tapi sudah meninggal."

"Apa?!" Aliandra terkejut dan merasa sangat bersalah. "Bagaimana aku mempertanggungjawabkan pada Mega, Ma," lirih Aliandra menangis histeris.

Hatinya hancur, Aliandra merasa tidak becus mengemban tanggung jawabnya sebagai kapten. Seharusnya dia mengutamakan keselamatan penumpang, tapi takdir Tuhan siapa yang bisa menentangnya.

Chusnul memeluk Aliandra dan ikut menangis. Dia menyesalkan, kenapa bukan dia yang memanuver saat itu.

Seorang kapten adalah satu-satunya orang yang dimintai pertanggungjawaban. Jika terjadi sesuatu, penumpanglah yang selalu diutamakan. Dia tak memerdulikan keselamatannya sendiri, asal penumpangnya bisa selamat dia sudah lega meski harus mengorbankan nyawanya.

Tapi jika takdir berkata lain, dan seorang pilot selamat dari kecelakaan, ia juga harus menanggung risikonya. Salah satunya adalah lisensi dibekukan dan dia kehilangan pekerjaannya. Belum lagi sanksi dari Angkasa Pura dan cacimaki masyarakat. Meski kejadian tidak seperti yang mereka ketahui, tapi di mata orang, pilotlah yang bersalah.

Terlepas itu semua, kebijakan selalu ada dan semua tergantung dari hasil investigasi serta penyelidikan alasan terjadinya kecelakaan. Tidak akan ada orang yang mau disalahkan, begitupun pilot. Apabila kapten sudah menjalankan prosedur yang benar, akan dipertimbangkan. Banyak faktor yang bisa menyebabkan accident and incident.

***

Aliandra menjadi pendiam, dalam otaknya penuh dengan rancangan ulang masa depannya. Apa yang harus dia kerjakan setelah tidak lagi menjadi pilot? Bagaimana dia nanti bertemu dengan Mega? Apa yang harus dia jawab dan katakan?

Selama dua bulan setelah tersadar dari koma, Aliandra menjalani terapi agar bisa berjalan normal. Selama itupun dia melarang siapa pun mengetahui keberadaannya termasuk Ilyana. Kecuali keluarga inti, Aliandra tidak mau menemui.

Sudah satu minggu dia berada di rumah orang tuanya. Tanpa keluar dari kamar, tanpa melakukan pekerjaan apa pun, ia hanya melamun dan meratapi nasib.

"Kak, diminum dulu obatnya," ucap Sidni menaruh gelas di atas meja samping tempat tidur.

Aliandra tak menjawab, dia melamun membayangkan apa yang terjadi jika tiba-tiba dirinya muncul di depan Ilyana. Apakah dia masih mau menerimanya? Dalam kondisinya yang bukan lagi seorang pilot.

"Kak." Sidni memegang bahu Aliandra. "Kasur ini bekas Kak Aruna loh. Selama dia di sini, Kak Aruna tidak pernah beranjak dari kasur ini. Dia terus memeluk seragam kakak," cerita Sidni.

Aliandra tak menghiraukannya, dia malu dan tidak percaya diri menemui Ilyana. Sidni menghela napas panjang, setiap berbicara menyinggung Ilyana, Aliandra seperti tak peduli. Padahal dalam hatinya berkecamuk.

"Kak, terus siapa ya yang dulu kami makam kan?" tanya Sidni bingung mengalihkan pembicaraan. Dia mengetuk-ngetukkan telunjuknya di dagu.

Aliandra merespon, dia menoleh mengerutkan dahi.

"Memakamkan?" ulangnya bertanya.

"Iya. Kami sempat memakamkan seseorang, tapi petinya nggak boleh dibuka karena jasad itu sudah membusuk. Mereka mengindentifikasi bahwa itu jasad Kakak," cerita Sidni.

Aliandra terdiam berpikir dan mengingat-ingat.

"Apakah itu Brian? Atau Mustafa?" gumam Aliandra.

"Siapa mereka?" tanya Sidni.

"Mustafa adalah kopilot yang mendampingi Kakak sejak tolak dari Jakarta. Tugas Kakak digantikan Brian, Inflight Relief Pilot karena duty Kakak sudah hampir mencapai 9 jam dan memang harus digantikan," jelas Aliandra.

"Oh begitu. Terus kenapa bisa jatuhnya di perairan dekat India sana? Emangnya rute Rajawali Airline kalau ke Amsterdam lewatnya mana saja?" Sidni mengambilkan minum yang dia letakkan di nakas dan memberikannya untuk Aliandra.

"Rute seperti biasanya. Jakarta, Srilanka, India, Muscat (Oman), Dubai (Uni Emirat Arab), Kuwait, Istanbul (Turki), Budapest (Hungaria). Karena penerbangan lebih dari 12 jam, makanya ada pilot 4 di penerbangan itu. Kami bergantian tugasnya. Kalau cuma penerbangan 9 jam sih biasanya 3 pilot cukup. Karena duty kami maksimal 9 jam, kalau long flight sebisa mungkin harus diatur kerjanya, bagaimana biar enak,"  jelas Aliandra. "Terus kalian sudah tahu siapa jasad yang dulu dimakamkan?"

"Belum tahu, Kak. Tapi waktu itu, katanya jasad kopilot sudah ditemukan," jawab Sidni membukakan obat Aliandra. "Berarti kalau begitu, yang dikira pilot itu, bisa jadi Kapten Brian dong? Bukan Kakak," pekik Sidni menyimpulkan.

"Bisa jadi, tapi herannya kenapa identifikasinya bisa keliru? Kasihan dong keluarga Brian, mereka pikir jasadnya tidak ditemukan." Aliandra mengambil obat yang sudah disiapkan Sidni dan menenggak dengan air mineral.

"Iya ya, Kak," sahut Sidni menghela napas dalam. "Turun yuk, kita sarapan," ajak Sidni menarik tangan Aliandra.

"Ambilkan tongkat Kakak," pinta Aliandra menyibak selimutnya.

Sidni mengambilkan kanadiann kruk (kruk lengan), alat bantu jalan seperti walker atau kruk ketiak. Tapi kruk milik Aliandra mempunyai cuff dan handle yang kecil. Kruk lengan bentuknya lebih praktis jika dibandingkan dengan kruk ketiak yang memanjang dari ketiak hingga tungkai.

"Ayo aku bantu." Sidni membimbing Aliandra, membantunya berdiri.

Masih butuh waktu untuk memulihkan syaraf di kakinya agar berjalan normal.

Mereka ke luar kamar, ketika sampai di ruang tengah tak sengaja Aliandra mendengar Chusnul berbicara dengan seseorang melalui telepon seluler.

"Jika itu keputusanmu dan Ali adalah pilihan terakhirmu, Mama hanya bisa merestui dan mendoakan."

Jantung Aliandra seketika seperti terjatuh dari tempatnya. Hatinya bagaikan dihujami belati. Apa maksud mamanya? Chusnul menutup telepon, dia menyeka air mata.

"Apa maksud Mama?" tanya Aliandra.

Chusnul terkejut, mematung di tempat, lantas ia berlari memeluk putranya dan memecahkan tangisan.

"Mega melamar Aruna," ujar Chusnul.

Tubuh Aliandra lemas, dia menyandarkan tubuhnya di tembok dan perlahan merosot ke lantai. Matanya memanas dan bayangan wajah cantik Ilyana menari-nari di pandangannya yang mengabur.

"Mega?" tanya Aliandra kecewa, sedih dan dadanya terasa seperti dihantam beban berton-ton.

Dia mengusap kepalanya, mengerang dan menangis histeris. Chusnul dan Sidni saling berpelukan melihat kehancuran Aliandra.

"Kenapa kamu tidak sabar menungguku!!!!" teriak Aliandra diiringi tangis menyayat hati.

***

Mendengar rencana pernikahan Ilyana dan Mega, Aliandra pun mundur dan pergi menjauh dari kehidupan mereka. Negara Jepang adalah pilihannya. Susah payah ia melamar pekerjaan dan memulai kehidupannya dari nol tanpa siapa pun kecuali Sidni. Bersama Sidni, dia tinggal di negara itu. Dia berusaha melupakan Ilyana dan tidak memerdulikan apa pun mengenai kehidupannya. Tapi yang namanya perasaan cinta sangat sulit dihilangkan. Aliandra masih sangat mencintai Ilyana, dia tidak mampu menghapus wanita itu dari pikiran dan hatinya.

"Kamu pantas bahagia, Mega. Aku tebus kesalahanku karena sudah merenggut kebahagiaanmu bersama Dinda. Dengan kepergianku, semoga kalian senantiasa bahagia tanpa merasa memiliki penghalang."

Yang tak mungkin terjadi bisa terjadi jika Tuhan menghendaki. Sejauh apa pun Aliandra pergi dan bagaimanapun dia menghindar, ketika Tuhan mentakdirkan dia bertemu Mega dan Aruna, kapan pun bisa terjadi.

Flashback off

########

Sudah terjawab pertanyaan kalian di bab sebelumnya? Tahu kan alasan kenapa Aliandra bisa tertukar dengan orang lain?

Terima kasih untuk vote dan komentarnya. Sedikit informasi, bahwa pekerjaan pilot bisa sewaktu-waktu berhenti entah dari perilakunya sendiri atau bahkan dari pihak lain. Misalkan Airline tempat dia bekerja.

Semoga bermanfaat. Terima kasih.

_____________________

Disarankan beli buku versi terbarunya di IG @tokobuku_rexpublishing karena cerita lebih menarik dan komplit. Cerita di sini apa adanya, belum diedit, beda dengan bukunya. Di versi buku ada tambahan beberapa part.

***

Format pesanan

Nama :

No HP :

Alamat lengkap :

Desa / kelurahan :

*Kecamatan :

*Kota / kabupaten :

*Provinsi :

*Kode Pos :

Judul buku :

Jumlah pesanan :

Ekpedisi pilihan : J&T, Wahana, Pos, Si Cepat, Tiki, Lion Parcel, dll.

Kirim format ke 085710415323 (Kak Ebie) / 088220245296 (Rex Delmora) / 081249092360 (Rex Publishing).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top