TIGA-PAINFUL

TIGA

"Mama, Gilang mau ke rumah Oma."

Syaza menoleh ke arah Gilang dengan pandangan menyelidik, kenapa lagi anaknya ini? Bukannya Syaza sudah menjelaskan kepada Gilang bahwa mereka tidak akan datang ke sana.

"Enggak, Gilang," tolak Syaza langsung.

"Tapi Gilang pengen, kenapa Adit boleh tapi Gilang enggak?" tanya Gilang yang lebih ke arah protes.

Syaza menatap Gilang lalu mengusap bahu anaknya itu. "Gilang, dengerin Mama, ya. Jangan ngebantah, oke?" ucap Syaza lembut.

"Tapi Gilang pengen." Gilang merengek membuat Syaza kesal.

"Gilang!" bentak Syaza karena kesabarannya sudah habis, bukannya Syaza cepat kehilangan kesabarannya, tetapi kali ini dia sedang tidak tenang.

Syaza sedang pusing memikirkan kehidupannya tetapi anaknya ini malah membuatnya kesal karena ingin pergi ke rumah itu.

"Syaza jangan gitu, Gilang masih kecil, jangan buat dia takut sama kamu."

Syaza langsung menarik tangan Gilang agar mengikutinya, Syaza malas melihat Galang karena masih kesal.

"Mama jangan marah," ucap Gilang pelan.

Syaza membawa Gilang ke halaman belakang rumahnya dan duduk di sebuah kursi yang terletak di bawah pohon.

"Kenapa kamu mau ke rumah itu?" tanya Syaza, aneh saja karena biasanya Gilang akan menurutinya tanpa bantahan apapun.

"Kata Oma di sana banyak mainan, banyak teman juga. Mama bolehin Adit pergi, tapi Gilang nggak boleh."

Wanita tua itu kembali berulah, apa lagi yang dia inginkan? Padahal Syaza sudah menjauhkan Gilang dari orang itu, tetapi tetap saja dia bisa menemukan kesempatan untuk menghasut anaknya yang polos.

"Gimana kalau kita ke taman bermain aja? Di sana banyak mainan, ada banyak teman juga," tawar Syaza.

Gilang tampak tertarik dengan ucapan Syaza, terlihat dari matanya yang kembali berbinar.

"Serius, Ma?" tanta Gilang dengan senang.

"Iya, sayang. Nanti kita ajak juga dua adik kamu."

"Sama Adit juga?"

Senyum di wajah Syaza langsung lenyap mendengar nama Aditya. "Tidak, kita hanya pergi berempat."

"Papa enggak diajak?"

"Enggak."

🌵🌵🌵

"Besok Gilang ikut ke rumah Oma?" tanya Aditya dengan semangat, anak itu benar-benar berharap saudaranya itu akan ikut, Adit sudah sangat berharap, dia ingin mengenalkan Gilang dan adik kembarnya pada sepupu-sepupunya yang lain.

"Enggak boleh sama mama, kata mama besok pergi ke taman bermain aja," jawab Gilang membuat Aditya menjadi lesu.

Aditya lagi-lagi kecewa karena Gilang dan dua adik kembarnya tidak akan ikut ke rumah sang oma, Aditya akan pergi sendiri lagi seperti biasanya, tanpa Syaza ataupun Galang.

"Kenapa Gilang sama dua adik nggak boleh ikut, ya?" tanya Aditya yang sedang bingung dengan sikap Syaza, mamanya itu selalu membedakan dirinya dengan Gilang. Bukannya mereka sama?

Gilang juga ikut berpikir walaupun akhirnya mereka tidak mendapatkan jawaban apapun, mereka hanyalah anak kecil yang tidak memahami tentang peliknya masalah yang sedang terjadi.

"Kalau gitu Adit juga nggak ikut ke rumah oma, Adit ikut mama aja ke taman bermain," seru Aditya dengan semangat, walaupun tidak akan bertemu dengan saudaranya yang lain, Aditya bahagia karena akan pergi bersama Syaza.

"Iya! Adit nggak usah ke rumah oma, kita ke taman bermain aja." Tentu saja Gilang setuju dengan ide yang diutarakan Aditya, karena walaupun sudah dilarang Syaza, Gilang tetap saja suka bermain dengan Aditya.

Kini Aditya dan Gilang tidak merasa resah lagi. "Ayo main lego," ajak Aditya.

"Gilang!"

Kedua anak itu langsung menoleh ke arah pintu, Syaza berdiri di sana dengan wajah yang tidak enak dipandang. Tentu saja dia kesal karena Gilang bermain dengan Aditya, sepertinya dia harus tegas kepada Gilang agar anaknya itu tidak mengabaikan larangannya lagi.

Gilang yang tau kenapa mamanya marah langsung berdiri dan mendekati Syaza dengan takut-takut.

"Ayo ikut Mama!" Syaza langsung menarik tangan Gilang agar anaknya itu mengikutinya dengan cepat.

Aditya mengikuti Syaza yang menarik Gilang walaupun sebenarnya dia takut melakukan itu, Aditya takut Syaza akan memarahinya lagi.

"Mama sakit," rengek Gilang karena tangannya terasa sakit akibat cengkraman Syaza.

Syaza tidak memperdulikan rengekan Gilang dan terus menariknya, sesampainya di kamar Syaza langsung menutup pintu dengan keras sehingga Aditya yang mengikutinya terkejut karena pintu itu tertutup tepat di hadapannya.

"Kamu bandel banget Gilang! Udah Mama bilang jangan deket-deket sama Aditya, apa kamu tidak mengerti?!" bentak Syaza membuat Gilang terkejut dan matanya berkaca-kaca.

"Gilang cuma ngobrol sama Adit, Ma," balas Gilang pelan.

"Kurang jelas larangan Mama selama ini?! Jangan pernah bermain ataupun bicara dengan Aditya! Kamu benar-benar membuat Mama marah," bentak Syaza lalu ia menjewer telinga Gilang untuk melampiaskan emosinya.

"Mama sakit," rengek Gilang.

"Siapa suruh ngelawan Mama?! Masih berani kamu melanggar perintah Mama?" tanya Syaza dengan tangannya yang masih menjewer telinga Gilang.

Gilang menggeleng pelan seraya menangis, Syaza tidak pernah marah seperti ini dan tentu saja Gilang menjadi sangat takut.

"Syaza, kenapa kamu jewer Gilang? Udah lepasin," ucap Galang seraya mencoba melepaskan tangan Syaza dari telinga Gilang, setelah berhasil lepas, Galang mendapati telinga anaknya itu sudah memerah.

"Dia bandel! Kalau dia nurut sama aku, nggak akan aku sampai marah gini."

Galang menghela nafas pelan, pasti suasana hati Syaza sedang sangat buruk sehingga Gilang dijewer seperti ini karena biasanya Syaza selalu sabar menghadapi segala tingkah anak-anaknya.

"Kamu jelasin baik-baik, Sya. Nanti Gilang takut sama kamu, udah ya."

Galang menggendong Gilang lalu membawanya menjauh dari Syaza, anaknya itu sudah berhenti menangis walau nafasnya masih tersenggal.

"Mama marah," adu Gilang.

"Iya, Gilang bandel, hm?" tanya Galang lembut.

"Enggak, Gilang cuma ngobrol sama Adit. Mama langsung marah," jawab Gilang pelan.

Galang terdiam mendengar ucapan Gilang, ternyata itu lagi masalahnya. Sudah sering Syaza memarahi anak-anaknya karena bicara atau bermain dengan Aditya, Syaza tidak ingin mereka menjadi dekat.

"Kenapa Gilang nggak boleh main sama Adit? Kata oma Adit itu adiknya Gilang, sama kayak adik kembar. Gilang boleh main sama adik kembar, tapi kenapa nggak boleh main sama Adit?"

Galang tidak bisa menjawab pertanyaan Gilang, bagaimana dia akan menjelaskannya? Gilang belum bisa memahami permasalahan yang orang tuanya hadapi.

"Gilang bukannya nggak boleh main sama Adit, di sekolah kalian juga main sama-sama, kan? Tapi jangan di rumah, ya? Kan mama ngelarang, Gilang mau ngelawan mama?"

"Nggak mau," jawab Gilang pelan.

Galang tersenyum lalu memeluk Gilang, berusaha menenangkan anaknya yang sedang sedih sekaligus takut itu.

"Jadi jangan ngelakuin sesuatu yang dilarang mama lagi, ya? Kamu bisa main sama Adit di sekolah, tapi kalau di rumah kamu main sama adik kembar aja, ya?"

"Iya, Papa."

🌵🌵🌵

Senin, 2 Januari 2023

Part 3 update, berikan komentar, ya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top