ENAM-PAINFUL

Enam

"Adit datang sama siapa?" tanya seorang anak perempuan yang usianya tidak jauh berbeda dengan Aditya.

"Adit datang sama Pak Supir," jawab Aditya.

"Kalya nggak pernah liat orang tua Adit, kenapa orang tua Adit nggak pernah datang? Adit juga bilang kalau Adit punya abang sama adik kembar, kenapa Kalya nggak pernah liat?" tanya Kalya beruntun.

Aditya hanya diam karena tidak tau harus menjawab apa, Galang dan Syaza memang tidak pernah mau datang ke sini, dan Gilang serta adik kembarnya tidak pernah diizinkan untuk pergi. Hanya dirinya saja yang dikirim setiap ada acara.

"Jangan-jangan Adit bohong, ya? Adit nggak punya mama sama papa, nggak punya abang sama adik juga, tapi Adit bohong sama Kalya," tebak Kalya tanpa sadar bahwa ucapannya membuat Aditya merasa sedih sekaligus marah.

"Enggak, kok, Adit nggak bohong, Adit memang punya semuanya, cuma nggak pernah ikut ke sini aja," balas Aditya yang tidak terima dikatakan berbohong oleh Kalya.

"Kenapa nggak pernah datang? Memangnya papa sama mama Adit tinggalnya dimana, sih? Kok nggak pernah kelihatan? Di luar negeri, ya?" Lagi-lagi Kalya menebak.

"Enggak, tinggalnya sama Adit," bantah Aditya.

"Kalya nggak ngerti, deh, kayaknya Adit ini bohong, kalau mama sama papanya Adit tinggal bareng sama Adit, pasti datang ke sini. Tapi nggak pernah tuh datang, pasti Adit bohong, Adit itu nggak punya papa sama mama, nggak punya abang sama adik juga. Aditya itu pembohong!"

"Aditya, Kalya, ayo kita berenang, semua orang udah di belakang," ajak anak perempuan yang usianya berada di atas Aditya dan juga Kalya.

"Nggak usah ajak Adit, Kak, Adit itu pembohong!" tukas Kalya.

Aditya melotot pada Kalya karena lagi-lagi sepupunya itu menyebutnya sebagai pembohong.

"Adit bukan pembohong!" bantah Aditya lalu anak itu menangis.

"Kalya jangan gitu, minta maaf sama Aditya," titah Maura.

Kalya menggeleng lalu pergi menuju ke belakang rumah Rani yang terdapat kolam berenang.

Maura memegang lengan Aditya lalu menghapus air mata anak laki-laki itu. "Aditya jangan nangis lagi, ya, Kalya cuma bercanda, nggak bermaksud untuk bikin Adit kesal," kata Maura mencoba menenangkan.

"Kalya jahat, Kak, katanya Adit pembohong, padahal Adit nggak bohong," adu Aditya.

Maura yang tidak mengerti apa permasalahan kedua anak itu hanya mengangguk, bukan keahliannya untuk menenangkan anak kecil karena Maura memang kurang menyukai anak-anak.

"Yaudah, jangan nangis lagi, ya? Sekarang ayo ke belakang, memangnya Adit nggak mau berenang?" tanya Maura membuat Adit kembali bersemangat.

Maura ikut tersenyum saat Aditya tersenyum. "Ayo."

Lengan Aditya digandeng oleh Maura, di belakang rumah sudah terdapat banyak orang yang merupakan saudara-saudara mereka.

"Itu tuh, Ma, si tukang bohong," ucap Kalya dengan suara yang besar.

Sontak orang-orang yang berada di situ langsung menatap ke arah Aditya dan Maura dengan pandangan bingung.

"Kalya jangan begitu," tegur sang ibu dengan lembut.

"Tapi Kalya nggak bohong, Aditya memang tukang bohong," protes Kalya yang tidak terima ditegur seperti itu.

"Memangnya Aditya bohong apa sama Kalya?" tanya Rani yang tidak menganggap anak-anak itu serius, Rani berpikir anak-anak itu hanya bertengkar mengenai mainan saja.

"Katanya Aditya itu punya mama sama papa, punya abang sama adik juga, tapi nggak pernah datang ke sini. Itu artinya Aditya bohong karena nggak ada bukti," papar Kalya.

Orang dewasa yang mengetahui alasan kenapa orang tua Aditya tidak pernah datang memilih untuk diam, tidak mau mengomentari permasalahan paling pelik di keluarga besar mereka.

Kaila menggeleng untuk mengisyaratkan agar Kalya diam saja, tidak perlu bicara lagi karena hanya akan semakin memanaskan suasana yang tadinya begitu hangat.

Namun Kalya yang polos ikut-ikutan menggelengkan kepalanya pada Kaila, menolak melakukan apa yang diisyaratkan oleh Kaila.

Kaila menghela nafas lalu membawa Kalya masuk ke dalam rumah, menjauhkan putrinya dari Aditya adalah yang terbaik untuk saat ini.

Aditya menunduk karena tidak ada yang membelanya, padahal Aditya sama sekali tidak berbohong. Rani menghampiri Aditya lalu membawa cucunya itu untuk duduk pada gazebo.

"Adit nggak bohong, Oma," ucap Aditya dengan pelan.

Rani mengangguk, tentu saja dia tau bahwa Aditya tidak berbohong. Rani pun tau kenapa Aditya hanya datang sendiri, tetapi bagaimana caranya ia akan memberitahu pada Kalya? Cucu perempuannya itu tidak akan bisa memahami permasalahan orang tua.

"Iya, sayang, Oma tau kalau Adit nggak bohong. Cucu Oma ini kan selalu jujur," balas Rani untuk menenangkan Aditya yang sedang sedih.

"Tapi Kalya bilang kalau Adit pembohong, Adit sedih, Oma. Padahal Adit punya mama, papa sama adik." Aditya menghela nafas lalu memandang kolam renang dengan pandangan lesu. "Tapi nggak ada yang mau nemanin Adit."

Rani mengepalkan tangannya saat mendengar ucapan Adit yang penuh dengan kesedihan. Galang dan Syaza sangat keterlaluan, apa salah Aditya pada mereka? Aditya hanyalah seorang anak kecil yang tidak mengerti apa permasalahan orang dewasa di sekitarnya.

"Oma," panggil Aditya yang mampu mengambil atensi Rani. "Kenapa mama sama papa nggak sayang sama Adit? Apa Adit itu anak yang nakal? Makanya mama sama papa nggak sayang sama Adit?" tanya Aditya.

"Loh? Siapa bilang kalau Adit ini anak yang nakal? Adit itu anak yang baik, nggak pernah nyusahin siapapun."

Ucapan Rani tidak berarti apapun pada Aditya yang sedang diliputi kesedihan, diperlakukan berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain membuat Aditya merasa begitu kecil dan kehilangan rasa percaya diri.

"Tapi Adit nggak disayang, Oma."

Tangis anak laki-laki itu pecah diiringi isakan yang membuat Rani ikut merasakan kesedihannya. Wanita itu tentu tau bagaimana cara Syaza dan Galang bersikap pada Aditya, begitu berbeda dengan anak-anak mereka yang lain.

"Udah dong sayang, jangan nangis lagi. Banyak yang sama Adit, papa juga sering main sama Adit, kan?" bujuk Rani.

Aditya menggeleng disela-sela tangisannya, membantah ucapan Rani yang tidak benar. Aditya merasa tidak ada yang menyanyanginya, Galang juga jarang sekali bermain dengannya, lebih sering bersama Gilang.

Kaila berjalan mendekati Aditya dan Rani lalu duduk di samping anak kecil itu. "Aditya," panggil wanita itu.

Tangisannya berusaha Aditya hentikan saat ada yang memanggilnya. "Iya, Tante?" jawab Aditya dengan susah payah agar suaranya tidak hilang oleh isakan.

"Tante minta maaf karena Kalya buat Adit sedih ya, Nak? Kalya sering bicara sembarangan," ucap Kaila.

Aditya terdiam sebentar kemudian mengangguk. "Nggak apa-apa Tante, tapi Adit sedih karena dibilang pembohong, Adit nggak bohong, Tante."

Kaila mengangguk. "Tante tau kalau Adit nggak bohong karena Tante tau kalau Adit punya mama sama papa," balas Kaila seraya mengusap air mata Aditya.

"Tante tau darimana? Tante nggak pernah ketemu sama mama dan papa," tanya Aditya saat merasa ada yang mengganjal.

"Pernah, Adit, saat itu Adit masih kecil."

Lebih tepatnya saat Aditya berusia tiga hari, terjadi pertengkaran hebat di keluarga besarnya, dan menjadi pertemuan terakhirnya dengan Galang dan Syaza.

"Kenapa sekarang nggak pernah lagi, Tante?"

"Belum bisa, sayang."

Lebih tepatnya ... tidak akan bisa.

🌵🌵🌵

Rabu, 12 April 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top