Jurig 3
Halo semuanya. Pertama-tama, saya berikan apresiasi dulu untuk semua yang sudah berpartisipasi dalam event menulis bulan ini. Kalian semua hebat! Saya sendiri juga masih perlu belajar banyak, tapi semoga sedikit komentar saya ini bisa berguna untuk bahan evaluasi, ya. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata.
Son, Look at Your Family Too
Heartwarming, mengharukan. Ada banyak nilai-nilai tentang keluarga di dalam cerpen ini. Karakter lansia cukup terbangun dengan baik, terutama dari narasi berulang si tokoh yang mengenang istrinya dan anaknya ketika masih kecil. Untuk EYD, aman. Namun, menurut saya, ada beberapa kalimat yang kurang cocok penempatannya.
Contoh:
"Lukman, ambilkan cincin ibumu di laci!" ucapku.
"Ayah, laki-laki enggak boleh pakai cincin emas loh." Aku menghela napas.
"Kalau begitu, ambilkan cincin Ayah," ucapku. Lukman tersenyum.
"Baik, kalau Ayah mau. Aku ambil dua-duanya ya, tapi yang punya ibu jangan dipakai, takutnya bahaya kalau pakai cincin emas." Aku mengangguk sambil membalas senyumnya.
Menurut saya, akan lebih enak kalau seperti ini:
"Lukman, ambilkan cincin ibumu di laci!" ucapku.
"Ayah, laki-laki enggak boleh pakai cincin emas loh."
Aku menghela napas. "Kalau begitu, ambilkan cincin Ayah," ucapku.
Lukman tersenyum. "Baik, kalau Ayah mau. Aku ambil dua-duanya ya, tapi yang punya ibu jangan dipakai, takutnya bahaya kalau pakai cincin emas."
Aku mengangguk sambil membalas senyumnya.
Jadi, action tag tokohnya berada di paragraf yang sama dengan dialognya agar lebih mudah mengidentifikasi siapa yang lagi bicara.
Untuk diksinya, nggak ada masalah; sederhana dan sangat mudah dicerna. Kalimatnya pendek-pendek, dan ... dialognya agak (terlalu) banyak. Kurang imbang dengan narasinya, menurut saya. Untuk tema pagi, saya rasa penulis juga sudah cukup baik dalam menggambarkan suasana paginya. Terima kasih sudah mengirim cerpen bulan ini. Good job!
Kenangan dalam Bunga sang Terkasih
Karakter lansia dalam cerpen ini digambarkan dengan konflik yang mirip seperti cerpen sebelumnya: kangen istri. Menurut saya, penggambarannya sudah cukup baik. Entah kenapa, saya mendapat kesan kalau Keith itu seorang kakek-kakek galak dan kaya raya. Secara EYD, penulisannya juga bagus, saya nggak menemukan kesalahan. Namun, saya merasa kurang bisa "masuk" ke dalam emosinya. Mungkin akan lebih ngena kalau emosinya bukan disebutkan, melainkan digambarkan.
Marah —> wajahnya berubah merah padam.
Sedih —> dada terasa sesak, matanya memanas ingin menangis.
Lalu, saya rasa tema paginya kurang terasa. Iya, duduk-duduk di rumah kaca setiap pagi, tapi cuma itu. Rasanya masih bisa dieksplor lebih jauh. Selain itu, jujur, saya juga kaget karena tiba-tiba ada unsur "sihir" di tengah-tengah cerita, karena sedari awal saya sama sekali nggak mendeteksi adanya bau-bau fantasi, wkwkwk. Tapi, nggak masalah, sih. Terima kasih sudah menulis cerpen ini, ya. Nice work!
Pujaan Hati
Maaff banget, tapi kata "Anda" yang nggak kapital itu ... sangat mengganggu. Menurut saya, cukup fatal malah, karena tersebar di sepanjang cerita. Namun, terlepas dari itu, saya suka dengan keunikan cerpen ini. Heartwarming. Karakter lansianya juga cukup oke, penuh nostalgia akan masa muda, tapi juga masih dimabuk cinta seperti orang muda. Intiimm sekali, rasanya kayak saya baru membaca diari pribadi, wkwkwk. Namun, saya juga agak merasa janggal karena suami-istri manggilnya saya-Anda. Bukan aneh, sih, lebih ke nggak biasa aja. Ada beberapa kesalahan tanda baca, tapi nggak mengganggu. Saya juga suka gaya berceritanya; adegannya mudah dibayangkan. Sayang sekali, tema paginya kurang terasa, cuma disebut di awal saja. Namun, cerpen ini tetap bisa dinikmati dengan keunikannya sendiri. Terima kasih sudah menulis cerpen ini. Well done!
Nikmati Mentari Pagi Sebelum Mati
Cerpen ini ... apa, ya? Unik, menyoroti dua sisi yang berbeda dari kehidupan lansia yang merasa kesepian. Namun, saya merasa karakterisasi kedua tokohnya hanya di permukaan saja. Daripada menggunakan narasi panjang di akhir (3 paragraf terakhir) yang menyimpulkan konflik internal para lansia itu, mungkin akan lebih baik kalau pergumulan batin dan pikiran para lansia itu digali lebih dalam. Gaya penulisannya padat narasi, jadi rasanya juga kurang hidup. Penggambaran paginya cukup oke, saya bisa membayangkan dengan mudah. Penulisannya juga minim kesalahan. Secara keseluruhan, saya merasa cerpen ini sangat bisa dikembangkan lagi. Terima kasih sudah menulis cerpen ini. You're doing great!
Terakhir
Ada beberapa kesalahan EYD, tapi minim, nggak terlalu mengganggu. Beberapa hal yang saya suka dari cerpen ini adalah penggambaran emosinya. Maap, saya ikut emosi bareng Lani. Dialognya terasa hidup, berantemnya natural. Saya jadi bersimpati sama Lani. Tapi, tunggu dulu, seharusnya saya fokus ke lansianya, 'kan? Saya butuh dua kali baca untuk paham bahwa lansia yang dimaksud adalah Pak Hadi. Menurut saya, sudut pandang Pak Hadi bisa lebih digali lagi untuk memperdalam penyesalannya. Usia dan latar pagi hanya terkesan seperti tempelan. Agak melenceng dari tema. Untuk tema bulan ini, mungkin akan lebih masuk kalau konflik internal Pak Hadi yang dipaparkan. Terlepas dari itu, cerpen ini bagus pesan moralnya, tentang penyesalan orang tua yang ngawur parenting-nya. Jadi, bisa banget dikembangin lagi. Terima kasih sudah menulis cerpen ini, yaa. Good job!
Selamat Pagi, Selamat Tinggal
Saya paling suka cerpen ini. Suasana pagi digambarkan dengan baik. Karakter lansianya juga oke. Saya seakan bisa ikut merasakan sepinya hari-hari Nenek Yet, sampai betapa senangnya ketika akhirnya dia punya teman baru. Penggambaran emosinya bagus banget. Sedihnya dapet, padahal saya nggak suka kucing. Namun, ada beberapa kesalahan di tanda baca sebelum/sesudah dialog. Nggak terlalu mengganggu, kok. Terima kasih sudah menulis cerpen ini. Excellent!
Budi, Pukul Tiga Pagi
Saya merasa tema paginya digambarkan dengan sangat baik. Ketika Budi mengenang masa lalunya, rutinitas pagi di masa mudanya, lalu dibandingkan dengan paginya yang sekarang. Dari semua cerita, saya paling suka cara tema paginya dirajut ke dalam cerita di cerpen ini. Sayangnya, saya merasa karakternya sebagai lansia agak kurang. Cara bicaranya terlalu ... apa, ya? Gaul? Wkwkwk, maap, tapi saya merasa gitu. Interaksi kedua tokoh kurang mencerminkan lansia. Ada beberapa kesalahan EYD, tapi nggak terlalu mengganggu. Terima kasih sudah menulis cerpen ini. Well done!
Wasiat Mencari Pusaka
Saya kaget, karena saya suka cerpen ini! Wkwkwk. Pilihan katanya bagus, efektif menggambarkan suasana. Adegan mudah dibayangkan. Saya suka gaya berceritanya. Sayang sekali, ada banyak kesalahan EYD, terutama dalam penulisan tanda baca sebelum dan sesudah dialog, dan huruf kapital. Sepaham saya, sapaan "Nak" seharusnya kapital. Penggambaran tokoh lansianya juga bagus; kenangan tentang perang, pemakaman sahabatnya, sulit mengunyah, dan PIKUN! Ini lucu, karena pikunnya ini berpengaruh ke alurnya. Kakek Bejo ini juga yang beda dari yang lain, ya. Saya dapat kesan tangguh gitu dari kakek satu ini karena status veterannya itu. Penggambaran suasana paginya juga cukup baik. Terima kasih sudah menulis cerpen ini. You're doing great!
The Old King
Daripada menggali tema pagi dan karakter lansianya, saya merasa cerpen ini justru lebih mengeksplorasi konflik kerajaannya. Tema paginya kurang dieksplorasi. Karakter lansianya juga kurang. Saya merasa karakternya masih sangat bisa digali lagi, terutama soal konflik internalnya yang sudah ingin pensiun, tapi masih terikat tanggung jawab sebagai raja. Belum lagi kesepiannya itu. Terlalu banyak tokoh juga, jadi saya agak bingung dalam mengikuti jalan cerita. Secara kepenulisan, saya nggak menemukan kesalahan yang mengganggu. Lalu, ada beberapa diksi yang saya kurang sreg, kayak "saintess" dan "smirk". Rasanya akan lebih pas kalau pakai padanan katanya dalam bahasa Indonesia saja. Terima kasih sudah menulis cerpen ini. Nice work!
Rumah Tua untuk Pengunjung Baru
Topiknya berat. Saya rasa cerpen ini cocok untuk ditulis dengan jumlah kata yang lebih banyak agar lebih leluasa dalam menggali kedalaman topiknya. Sayang sekali karena karakter lansia dan tema paginya kurang dieksplorasi. Konflik internal tokoh Rajeev bisa lebih dikembangkan lagi. Namun, diksinya bagus, saya suka. Penggambaran suasana chaos-nya, riuhnya, dan setiap adegan bisa dibayangkan dengan mudah. EYD juga oke, rapi banget penulisannya. Terima kasih sudah menulis cerpen ini. Good job!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top