Jurig 2

Cerpen 1

Son, Look at Your Family Too

Beberapa waktu lalu, media memberitakan pernyataan kontroversial dari seorang wali kota yang menolak panti jompo karena merasa tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Hasil survei BPS 2023 seolah ingin menambah bumbu satire. Data yang mereka kumpulkan menunjukkan populasi lansia di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun, dan sekitar 3-4 dari 10 lansia tinggal seatap bersama 3 generasi (tinggal bersama anak/menantu dan cucu, atau tinggal bersama anak/menantu dan orang tua menantu).

Ketika membaca cerpen Son, Look at Your Family Too, saya teringat dengan polemik tersebut. Sengaja atau tidak sengaja, penulis seolah ingin menyajikan atmosfer serupa. Melalui sudut pandang seorang pria lanjut usia penyandang disabilitas, kita diajak "bertamu", menyaksikan rutinitas paginya di sebuah tempat tinggal, yang mana juga ditempati anak, menantu, dan cucu. Menariknya, cerita ini disampaikan "apa adanya", tanpa muntahan drama atau gembar-gembor twist.

Hal yang paling saya "senangi" dari cerita ini, pada pada dua karakter utama, melekat beberapa nilai ajaran/prinsip yang erat dengan maskulinitas yang sering dipercaya masyarakat luas. Beberapa di antaranya, perdebatan tentang emas, pertanyaan tentang "bukankah laki-laki akan terus terikat dengan orang tuanya meski telah menikah?", dan banyolan "wanita tidak sekeras pria". Menariknya lagi, hal ini disampaikan dengan cara yang sedikit "lugu", tidak bersikeras. Sungguh mencerminkan ironi yang sering kita temukan di kehidupan nyata.

Nilai dari saya: 90

Beberapa masukan:

1. Gali lebih dalam perdebatan-perdebatan internal karakter. Sesuai judulnya, Son, Look at Your Family Too, saya berharap bisa menyelam lebih dalam ke hubungan antara ayah dan anak ini. Konflik internal keduanya pasti lebih kompleks dari yang terlihat di permukaan. Misalnya, konflik internal si ayah yang ingin anaknya "lebih bertanggung jawab" pada keluarga barunya, tetapi juga butuh pertolongan karena keterbatasannya. Atau, konflik internal si anak yang memiliki "tanggung jawab" ganda, mengurus keluarga baru yang ia bina dan mengurus ayah yang lansia.

2. Gunakan detail (sekecil apa pun) untuk memberi dampak pada cerita, bukan sebagai filler atau pengisi belaka. Misal, kenapa dibuka dengan "besok aku ulang tahun", sementara tidak ada yang membahas hal ini di sepanjang cerita? Mungkin, (sebagai contoh saja) bisa dihubungkan dengan cucu dan bunga. Mungkin, bunga bisa dijadikan sebagai hadiah pembuka. Ini juga akan berpengaruh pada ikatan emosional antara kakek dan cucu.

3. Perhalus peralihan latar dan perpindahan adegan. Misal, pada awal cerita, dari kamar tidur ke tempat sarapan, ketika si ayah menyuruh anaknya mengambil cincin, masih kabur di imajinasi saya apakah mereka masih di dalam kamar atau sudah berpindah tempat.

4. Perdalam riset tentang rutinitas penderita diabetes. Misal, apakah bubur termasuk sarapan yang disarankan? (Meski tidak disebutkan bubur apa, pembaca bisa mengira itu bubur nasi). Atau, bisakah mereka langsung sarapan begitu bangun pagi?

5. Untuk ejaan dan tanda baca, sebenarnya sudah cukup baik. Hanya saja, ada beberapa ketiadaan tanda koma di tempat yang seharusnya menggunakan tanda koma. Misal:

- "Kalau begitu[,] ambilkan cincin ibumu ...."

- Setelah sampai teras.[,] Aku menanyakan jam .... (seharusnya "waktu")

Selain itu, ketika ada dialog panjang, tidak perlu diberi tanda titik (.) dan tanda petik penutup (") jika dialog itu masih bersambung ke paragraf selanjutnya. Ini terjadi pada monolog si ayah menjelang akhir cerita.

Dialog dan tindakan dari orang yang berbeda juga sebaiknya tidak dijadikan satu paragraf. Satu contoh:

"Aku mengerti sekarang, Ayah." Aku menengok lurus pada wajah anakku. "Semahal apa pun cincinnya ...."

Format ini bisa membingungkan pembaca. Siapa yang berdialog? Siapa yang melakukan aksi? Jika orangnya berbeda, sebaiknya gunakan paragraf baru agar mudah dibedakan.

"Aku mengerti sekarang, Ayah."

Aku menengok lurus pada wajah anakku.

"Semahal apa pun cincinnya ...."

⭐ Secara keseluruhan, cerita ini sudah cukup berhasil membuat saya terkesan dengan karakter yang relevan dengan realita.

Cerpen 2

Kenangan dalam Bunga SangTerkasih

Seperti cerita sebelumnya, cerpen Kenangan dalam Bunga Sang Terkasih juga menyajikan konflik internal tentang seorang lansia yang merindukan pasangan. Meskipun tinggal bersama anak dan cucu, Keith lebih suka berdiam diri di rumah kaca untuk merawat bunga geranium peninggalan mendiang sang istri.

Yang menarik dari cerita ini adalah narasi pembuka yang menghadirkan pertanyaan besar. Ada apa dengan bunga geranium? Menggelitik rasa ingin tahu saya dan berhasil membuat saya ingin membaca lebih jauh. Karakter tokoh utama juga berhasil membuat saya terkesan. Seorang kakek yang sedikit jutek, mengingatkan saya pada Ove di novel A Man Called Ove. Sifat blak-blakan Keith dalam mengutarakan kekesalannya menunjukkan sisi vulnerability yang membuatnya semakin manusiawi. Saya suka.

Hal menarik lainnya, pengungkapan elemen "sihir" menuju pertengahan, membuat cerita ini semakin sulit untuk ditebak. Meskipun saya merasakan ketidakmenentuan dalam elemen fantasinya, saya sangat mengapresiasi cara penulis membuka satu demi satu lapisan (mulai dari set-up, hook, konflik, hingga penyelesaian) dengan cukup rapi. Tanda baca dan ejaan juga menurut saya sudah cukup apik, tidak banyak kesalahan yang mengganggu.

Nilai dari saya: 87,5

Beberapa masukan:

1. Yang paling utama, latar pagi dalam cerita ini menurut saya kurang berperan dalam cerita. Konflik kucing merusak tanaman bisa terjadi kapan saja. Keith pun bisa santai-santai di rumah kaca pada sore hari. Saran saya, pikirkan suatu hal yang memang harus terjadi di pagi hari, tidak bisa diganti dengan siang, sore, atau malam. Misalnya, gunakan bunga yang hanya mekar di pagi hari. Dengan begitu, Keith punya alasan kuat untuk datang ke rumah kaca tiap pagi.

2. Perkuat dan perjelas elemen fantasi. Sihir apa yang digunakan Mirabel? Apakah mereka seketurunan memang punya kekuatan sihir? Jika benar, kenapa kakeknya tidak bisa merasakan memori yang ditinggalkan istrinya? Kenapa menjadikan bunga sebagai media? Bukankah kelopak-kelopak bunga (dan daun pastinya) dalam kurun waktu 10 tahun akan gugur dan berganti dengan yang baru? Bagaimana bisa memori itu tetap melekat pada bunga yang baru? (Merujuk pada pengakuan Mirabel: "Aku bisa merasakan ada sihir lain yang melingkupi bunganya.") Atau, apa mungkin bunga ini sejenis bunga abadi?

3. Karena cerpen memiliki keterbatasan kata, masukkan tokoh pendukung hanya jika tokoh ini memiliki peran penting dalam alur cerita. Misalnya, Vilhem. Selain sebagai pemilik peliharaan hamster yang menimbulkan konflik, apa lagi yang bisa ia perankan?

4. Mungkin poin ini lebih termasuk ke pertanyaan alih-alih masukan. Namun, dengan menjawabnya, mungkin bisa digunakan untuk mengembangkan potensi cerita. Pertanyaannya, dalam kurun waktu 10 tahun, apakah Keith tidak mencoba mengembang-biakkan bunga itu? Pertanyaan ini timbul ketika saya membaca pengakuan Keith: "Pekerjaanku dulu melibatkan tanaman." Setelah googling sekilas, geranium itu tampaknya sejenis tanaman hias. Dari gambar-gambarnya, geranium sering ditanam di dalam pot dan tidak mesti ditanam di rumah kaca. Jika bunga ini merupakan sesuatu yang penting bagi Keith, terlebih ia sudah berbekal pengalaman kerja, apakah tidak ada keinginan memperbanyak tanaman itu untuk diletakkan di tempat yang lebih dekat dengannya (misal, di balkon atau teras rumah)?

5. Yang terakhir, perkuat teknik show dalam bernarasi. Ada beberapa kalimat yang menurut saya terlalu direct menjelaskan emosi (tell). Misalnya:

"Keith makin marah"

"ia kembali lagi dengan wajah khawatir"

"rasa sedih di hatinya meluap"

Alangkah lebih baik jika diutarakan melalui aksi atau detail pancaindra, supaya pembaca bisa menginterpretasikan sendiri emosi atau situasinya. Misal, "Keith makin marah" bisa dinarasikan dengan "wajah Keith semakin merah padam".

⭐ Secara keseluruhan, cerita ini unik dan penuh kejutan; menghibur sekaligus mengharukan.

Cerpen 3

Pujaan Hati

Menurut saya, yang paling menonjol dari cerita ini adalah gaya bernarasi yang terasa sangat personal, seperti sedang bersentuhan dengan jurnal pribadi yang dituliskan seseorang di sisa-sisa masa tua. Kebersamaan dengan keluarganya yang diceritakan narator bisa saya imajinasikan dengan "hidup", membuat saya tersenyum sepanjang membacanya.

Hanya saja, rasanya seperti disodorkan 1-2 lembar saja. Kurang cukup. Ada banyak potensi-potensi yang bisa dikembangkan dalam cerita ini, salah satunya saya sebutkan di daftar masukan.

Nilai dari saya: 86,25

Beberapa masukan:

1. Gunakan Anda dengan huruf kapital di awal.

2. Tentukan intensi utama yang ingin diceritakan narator. Apa yang membuat ia menulis narasi itu? Keresahan apa yang ingin disampaikan (terutama kepada istrinya)? Misalnya (hanya sebagai contoh), apakah ia menulis karena rindu dengan kebersamaan anak dan cucunya? Atau, ia menulis setelah menyadari semakin tua lidahnya semakin terasa hambar, padahal ia ingin terus bisa merasakan masakan sang istri? Atau mungkin ia menulis setelah mendapat vonis dari dokter? Saya rasa, jika narator memiliki tujuan yang spesifik, cerita ini akan jauh lebih menarik.

⭐ Secara keseluruhan, cerita ini seperti hidangan pembuka yang berhasil membuat saya penasaran dengan hidangan utamanya.

Cerpen 4

Nikmati Mentari Pagi SebelumMati

Saya sangat tertarik dengan karakter-karakter dan latar yang disebutkan dalam cerita ini. Kehidupan masa tua di sebuah desa yang jauh dari kota, bersama dengan para lansia lain. Ini sebuah set-up yang potensial.

Sayangnya, sama seperti cerpen keempat, Nikmati Mentari Pagi Sebelum Mati terasa seperti sebuah "pembuka" dari sebuah cerita utama. Apa yang terjadi pada Pak Arman, Bu Amira, anak-anak mereka, dan Bu Aisyah selanjutnya? Saya berharap bisa masuk lebih jauh ke kehidupan mereka.

Nilai dari saya: 87,5

Beberapa masukan:

1. Riset lebih dalam kehidupan lansia di pedesaan. Apakah memang se-sepi yang dirasakan Pak Arman? Adakah program yang sering dilaksanakan pemerintah atau LSM? Atau mungkin, adakah konflik yang bisa disorot, misalnya: lansia di desa mayoritas masih bekerja (berdasarkan hasil survei Susenas 2023).

⭐ Sama seperti cerita sebelumnya, cerita ini punya potensi yang bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Semoga saya bisa membaca kelanjutannya!

Cerpen 5

TERAKHIR

Kalimat pembuka yang kuat membuat saya langsung ingin terjun ke dalam ceritanya. Konflik antara orang tua dan anak yang kompleks berhasil membuat saya terhubung secara emosional. Hal yang paling menarik, penulis, melalui karakter "antagonis", mengangkat isu yang sedang relevan di masyarakat masa kini, yaitu judi online. Penulis seolah ingin mengajak kita untuk berefleksi sosial.

Tokoh-tokoh dalam cerita ini mengundang rasa simpati dan empati saya, terutama ketika Lani harus meninggalkan kuliahnya untuk mengurus ibunya yang sakit. Penggunaan sudut pandang ketiga (POV 3) bisa dibilang pilihan yang baik, karena saya tidak dipaksa berpihak pada karakter mana pun, hanya menjadi saksi akan ketidakseimbangan peran sebuah keluarga.

Sayangnya, tema pagi dan tokoh lansia masih belum berperan besar dalam cerita ini.

Nilai dari saya: 85

Beberapa masukan:

1. Perhatikan tanda koma (,) dalam penulisan kata seru atau partikel. Misalnya:

- "Iya. Hati-hati di jalan(,) ya."

- "Saya antarkan ke ruang makan(,) ya."

- "Kamu tadi mendoakan Sultan(,) tidak?"

2. Perhatikan ejaan yang digunakan, pastikan kata-kata dipilih dengan benar. Misalnya:

- "patriaki" harusnya "patriarki"

- "memrotes" harusnya "memprotes"

- "satir" harusnya "satire", dan ini kata benda, bukan kata sifat.

3. Perbaiki struktur kalimat agar lebih efektif, sehingga narasi menjadi lebih lancar dan mudah dipahami pembaca.

4. Perhatikan pengembangan alur dan pace cerita. Menurut saya, cerita ini terasa agak kebut-kebutan, terlalu banyak informasi dan konflik yang muncul berdekatan, lewat sepintas tanpa penjelasan. Misalnya:

- Ibunya tidak mampu mendukung Lani. (Kenapa seorang ibu tidak membela anak perempuannya? Apa mungkin hubungan ayah dan ibunya tidak harmonis?)

- Sultan iri dan berusaha menghancurkan masa depan Lani. (Dengan cara apa?)

- Sultan mendorong Ayah karena tidak terima kemauannya tidak dituruti .... (Apa yang diinginkan Sultan?)

Mengingat jumlah kata yang terbatas, pertimbangkan untuk menyederhanakan beberapa konflik agar cerita tidak terlalu padat. Jika fokus pada satu konflik utama, pembaca akan lebih memiliki waktu untuk larut dalam emosi dan memahami setiap peristiwa lebih mendalam.

5. Perdalam karakter ayah sebagai tokoh utama. Menurut saya, cerita ini terlalu fokus pada konflik internal Lani sebagai anak. Porsi orang tuanya (yang seharusnya menjadi karakter utama, sesuai dengan tema yang telah ditentukan) terlalu sedikit. Akan lebih menarik jika tokoh ayah diberikan eksplorasi lebih jauh lagi. Mungkin bisa dengan menambahkan penggambaran tentang perasaan ayah Lani: kenapa ia membagi kasih sayang secara tidak merata pada anak-anaknya? Apa ada alasan tertentu? Apakah ada tekanan sosial di balik itu semua? Dengan begini, pembaca bisa memahami sepenuhnya dilema yang dihadapi ayah Lani.

⭐ Secara keseluruhan, cerpen ini menghadirkan konflik keluarga yang kompleks dan relevan dengan isu-isu masa kini, saya dengan mudah terhubung secara emosional dan menaruh simpati.

Cerpen 6

Selamat Pagi, Selamat Tinggal

Sebelum menilai, saya harap Bella bisa tidur dengan tenang, ya. 🙏

Hubungan yang ditampilkan antara seorang nenek dan kucingnya, Bella, sukses mencuri perhatian saya. Apalagi saya termasuk pengguna yang suka lupa waktu melihat-lihat video kucing di sosial media. Melalui kedekatan ini, penulis juga berhasil menyoroti kebutuhan emosional lansia untuk memiliki "teman" dalam bentuk yang sederhana, tetapi penuh makna.

Selain itu, saya juga sangat mengapresiasi ketepatan penggunaan EYD dalam tulisan. Gaya berceritanya juga cukup mengalir. Tidak ada gangguan selama membacanya. Saya suka.

Nilai dari saya: 91,25

Beberapa masukan:

1. Perkuat lagi kedekatan Nenek Yet dengan Bella. Saya merasa hubungan nenek dengan Bella bisa dieksplorasi lebih dalam. Misalnya, bisa ditambahkan momen-momen kunci yang memperlihatkan kedekatan mereka secara emosional. Sebagai contoh, dalam cerita Bella dititipkan oleh anak Nenek Yet. Kenapa bukan Nenek Yet yang "memutuskan" untuk merawat Bella? Atau, bagaimana jika Bella digambarkan sebagai kucing yang aktif dan sedikit "berisik", tetapi dia tetap setia? Dengan begitu, ketika Bella jatuh sakit, kesunyian di rumah Nenek Yet akan lebih terasa, memperkuat kesan betapa pentingnya kehadiran Bella dalam hidup Nenek Yet.

2. Perkuat lagi rutinitas pagi antara Nenek Yet dan Bella, agar lebih berkesan.

⭐ Secara keseluruhan, cerpen ini berhasil menghadirkan kedekatan manis yang terasa nyata antara nenek dan kucingnya.

Cerpen 7

Budi, Pukul Tiga Pagi

Saya merasa konflik internal yang dihadapi Budi, tokoh utama dalam cerita ini, sudah cukup relevan. Setelah memutuskan pensiun di usia 70-an, wajar jika Pak Budi mengalami kesulitan penyesuaian diri untuk menghadapi perubahan rutinitas. Yang dulunya bekerja keras membuat bakso, sekarang menghabiskan waktu dengan mengenang masa-masa produktif. Rasanya, ingin saya memperkenalkan Budi dengan beberapa hobi.

Membaca cerpen ini seperti mendengar nostalgia seorang kakek. Terasa akrab dan menginspirasi. Saya juga suka melihat interaksi antara Budi dan Giri. Mereka masih seperti pasangan muda yang tidak sungkan menunjukkan perasaan dan pendapat.

Nilai dari saya: 91,25

Beberapa masukan:

1. Perhatikan pace cerita. Narasi tentang backstory terasa agak panjang dan lambat. Beberapa detail bisa disederhanakan atau diringkas (misalnya, tentang pernikahannya dengan Giri) agar cerita lebih fokus pada rutinitas pagi Budi pada pukul tiga pagi, yang menjadi inti cerita.

2. Kurangi pengulangan informasi. Terdapat beberapa informasi yang diulang, misalnya narasi tentang kebiasaan Budi pergi ke pasar setiap pagi. Banyak terulang di beberapa bagian. Mengurangi repetisi ini akan membuat cerita lebih efektif dan mengalir.

3. Perbaiki beberapa kesalahan nama dan kalimat yang membingungkan (saya sudah komentar langsung di ceritanya).

⭐ Secara keseluruhan, cerpen ini memberi kesan nostalgia yang akrab, dengan pergulatan batin Budi yang terasa nyata dan menginspirasi.

Cerpen 8

Wasiat Mencari Pusaka

Petualangan Pak Bejo dan Senin memberikan udara segar yang berbeda dari cerpen-cerpen sebelumnya. Saya tertarik dengan latar belakang Bejo, kenapa dia menetap di hutan, suara-suara apa yang didengarnya, dan bagaimana dia menjalani kesehariannya. Namun, ternyata cerita ini lebih fokus pada acara barter kuda dan senjata.

Yang paling menonjol dari cerita ini adalah karakter-karakternya. Pak Bejo sendiri bisa dibilang termasuk karakter yang mudah disukai. Sikap pikunnya ditampilkan dengan cerdas dan humoris. Kehadiran Senin seolah menjadi pelengkap. Sikapnya yang sering kesal pada tingkah Pak Bejo, tetapi tetap menuruti arahannya, benar-benar mencerminkan gap generasi di antara mereka. Rasanya, saya ingin ikut bertamu ke kediaman Pak Bejo supaya bisa merasakan pagi yang penuh warna.

Sayangnya, cerita ini menurut saya butuh perbaikan teknis secara masif. Kesalahan ejaan dan tanda baca bertaburan sepanjang cerita. Beberapa kalimat juga kurang efektif, terasa janggal, butuh mengulang sekali-dua kali untuk memahaminya. Beberapa poin itu saya sertakan di daftar masukan.

Nilai dari saya: 87,5

Beberapa masukan:

1. Perbaiki kesalahan ejaan, kata, dan struktur kalimat. Saya beri contoh yang paling vital:

- Kata depan seperti "di," "ke," dan "dari" harus dipisah dari kata setelahnya, misalnya: "di mana" atau "ke sana."

- Penulisan "Anda" harus diawali dengan huruf kapital, meskipun berada di tengah atau akhir kalimat.

- Kata sapaan sebaiknya diawali huruf kapital, seperti "Maaf, ya, Nak."

- Beberapa kalimat bisa dibuat lebih efektif, misalnya: "Senin hanya bisa mendengus pelan, batinnya lansia memang pikun." dapat dirapikan menjadi "Senin hanya bisa mendengus pelan. Lansia memang pikun, batinnya."

2. Perhalus jalinan adegan per adegan, terutama pada bagian Senin dan Bejo mencari senjata pusaka. Saat membaca, saya merasa tiap adegan terasa patah-patah dan terkesan acak. Coba susun adegan dengan lebih rapi, fokus pada satu peristiwa hingga tuntas sebelum berpindah ke peristiwa lain, sehingga petualangan mereka lebih jelas dan lebih berkesan.

⭐ Secara keseluruhan, cerpen ini cukup berhasil menghadirkan aksi yang segar dengan karakter yang unik dan menyenangkan.

Cerpen 9

The Old King

Hal pertama yang menarik perhatian saya adalah latar kerajaan dan konflik yang langsung ditampilkan dengan baik sejak awal. Sang Raja yang menua tengah menanti penerusnya, tetapi belum ada tanda-tanda siapa pengganti itu. Menurut saya, ini premis yang menjanjikan. Sistem pemilihan penerus raja yang tidak bergantung pada garis keturunan menambah ketegangan, seolah menunjukkan bahwa solusi untuk konflik ini tidaklah sederhana.

Saya juga mengapresiasi usaha penulis dalam membangun dunia cerita secara detail. Mulai dari tatanan kerajaan, sejarah penyakit yang diderita sang Raja, hingga kehidupan di istana, semua disampaikan dengan runtut, sehingga mudah bagi saya untuk membayangkannya.

Nilai dari saya: 86,25

Beberapa masukan:

1. Menurut saya, cerita ini masih sebatas pengenalan konflik yang belum mencapai resolusi. Fondasinya sudah kuat, saya harap penulis mau mengembangkannya menjadi sebuah karya utuh. Mungkin bisa dalam format yang lebih panjang. Jika ingin tetap dalam format cerpen, saya sarankan untuk menceritakan latar belakang kerajaan yang relevan saja. Hindari juga pengulangan informasi atau adegan yang serupa (misalnya, adegan batuk, cukup sekali dijelaskan, saya sudah mengerti kondisi kesehatan Raja). Dengan fokus pada hal-hal esensial, akan tersisa ruang untuk penyelesaian konflik.

2. Perhatikan penggunaan imbuhan "-nya". Saya sarankan, jangan terlalu sering digunakan, apalagi dalam satu paragraf. Misal:

- "setiap harinya" cukup dituliskan "setiap hari".

- "setiap malamnya" cukup dituliskan "setiap malam".

- "raja terdahulunya" cukup dituliskan "raja terdahulu".

Jika digunakan terlalu sering, proses membaca jadi lebih terhambat.

3. Minimalkan penggunaan kata hubung intrakalimat seperti "dan" dan "tapi" di awal kalimat. Saya sebenarnya termasuk orang yang tidak terlalu mempermasalahkan hal ini dalam format tulisan informal. Satu-dua kali, saya masih maklum, Namun, jika terlalu banyak, cukup mengganggu. Terlebih lagi untuk kasus yang sebenarnya tidak memerlukan kata penghubung. Misalnya: Ayah dan ibunya tak diketahui. Dan kekasihnya meninggal karena .... Pada kalimat kedua, jika "dan" dihilangkan, maknanya tetap bisa saya tangkap.

⭐ Secara keseluruhan, cerpen ini berhasil menyuguhkan dunia kerajaan yang kaya detail, dengan konflik pergantian takhta yang potensial.

Cerpen 10

Rumah Tua untuk PengunjungBaru

Pembukaan cerpen ini sudah cukup kuat dengan latar bawah tanah yang mencekam, langsung membangkitkan rasa penasaran saya. Pada adegan "ring tinju", ketegangannya terasa nyata, membuat saya tertarik untuk menyelami lebih jauh dunia yang dibangun penulis.

Teknik penceritaan yang menyiratkan daripada menyatakan langsung memberikan keunikan tersendiri, seolah mengundang pembaca untuk menafsirkan sendiri beberapa detail cerita. Hal ini sebenarnya cukup riskan untuk format cerpen. Pembaca tidak memiliki banyak waktu untuk menduga-duga, tetapi pilihan diksi yang baik membuat saya betah mengulik apa yang sedang dan akan terjadi.

Selain itu, dari semua entri, cerpen ini satu-satunya yang menyuguhkan karakter lansia tanpa menunjukkan sisi "rentan" secara gamblang. Mungkin karena tokohnya terbilang paling muda dari tokoh-tokoh di cerita lain. Dunia kriminal yang ia geluti juga menambah daya tarik karakter utamanya.

Nilai dari saya: 87,5

Beberapa masukan:

1. Sebaiknya, istilah asing yang digunakan dapat dipadankan ke dalam istilah bahasa Indonesia. Contohnya istilah "eye poking", "low blow"," dan "smirk". Jika bisa diutarakan dalam bahasa Indonesia, akan membantu memperkaya pemahaman pembaca, jadi tidak terpaku pada istilah itu sendiri.

2. Perkenalkan tokoh utama dengan lebih eksklusif. Jujur, dalam cerita ini, awalnya saya agak kesulitan memastikan siapa tokoh utamanya, sampai Rajeev diperkenalkan di paragraf 4 atau 5. Kemudian, perhatian saya teralih pada sosok Giam yang mengambil peran dari pertengahan hingga menjelang akhir.

3. Dalam cerita ini, latar cerita terbagi antara arena tinju dan pasar gelap. Masing-masing latar sangat menarik, punya kekuatan tersendiri, dan digambarkan dengan detail. Ini sebenarnya menjadi kelebihan. Hanya saja, karena masih banyak pertanyaan yang belum terjawab di latar pertama; siapa orang-orang yang bertinju itu, kenapa ada pertarungan antara anak muda dan orang tua, dan lain sebagainya, saya seperti diseret paksa ke latar kedua tanpa penjelasan yang memuaskan.

Menurut saya, akan lebih baik jika fokus pada satu latar. Kalaupun ingin menggunakan keduanya, pastikan transisinya lebih mulus dan setiap latar mendapatkan pengembangan yang cukup.

⭐ Secara keseluruhan, cerpen ini menghadirkan ketegangan dunia kriminal bawah tanah dengan latar yang kuat dan berkesan. Saya harap bisa menyelami kehidupan karakter lebih dalam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top