Bab 27
Helga menunggu dengan antusias padahal sebentar lagi bencana akan datang. Guci segelnya retak, ternyata Kemuning cukup pintar, mengumpulkan cakra dari alam sekitar. Itu kekuatan yang dapat dimanfaatkan Padma namun kekuatan itu tak cukup kuat untuk mengalahkannya. Telepon rumah Helga berdering, ia tahu itu dari keamanan.
“Suruh saja dia masuk. Antar dia ke ruangan pribadiku.” Sekarang Helga berkuasa atas rumah ini sejak Issac ke luar negeri untuk mengunjungi sang putri. Naya memang merepotkan, akan Helga apakan anak itu jika pulang nanti.
Kemuning datang dengan sorot amarah dan dendam. Bisa-bisanya sang ibu yang membuat Elena koma. Ketika kekuatan Kemuning bertambah, Mahluk sialan yang menjaga tubuh Elena dapat ia lumpuhkan tapi tiba-tiba ke luar mahluk kedua yang lebih hitam. Aura mahluk itu sama dengan Helga. Kemuning tahu Helga mengirimkannya atau memang mahluk sebelumnya Cuma pengalih saja menunggu mahluk jahat sesungguhnya muncul. Maka dari itu ia ke rumah Issac, menemui ibunya secara langsung padahal sang penjaga melarang keras namun Kemuning keras kepala dan nekat.
.
“Kau benar-benar perempuan jahat!” ucapan tajam kemuning mampu membuat Helga berbalik. Tapi bukan sorot ketakutan atau kecemasan yang helga tunjukkan. pUtri sulung Yatri itu malah santai seolah memang sengaja menunggu Kemuning datang untuk mengkonfrontasinya. “Bagaimana bisa kau mengeluarkan jiwa manusia dan menyegel tubuhnya dengan penjagaan mahluk keji. Ilmu apa yang kau pelajari. Ilmu yang membuat hatimu sekelam malam!”
“Bukan ilmu hitam yang membuat hatiku kelam tapi ayahmulah yang membuat aku menjadi sangat jahat.”
“Kau membunuhnya, seharusnya kau puas tapi kau menginginkan lebih. Jangan menyalahkan ayahku tapi salahkan dirimu sendiri. Salahkan nafsu duniamu menginginkan kekuasaan sekaligus kekayaan. Kau melupakan asal usulmu, menghapus ilmu putih yang kau dapat dari lahir!”
Dorr
Satu guci meledak, Helga sangat marah dan merasa terhina atas ujaran sang putri kandung.
“Diam! Kau tidak tahu apa pun!”
“Aku memang tidak tahu apa pun. Aku menemuimu agar kau mau membebaskan Elena!”
Helga tersenyum culas sambil memainkan kukunya. Menganggap seolah omongan kemuning hanya udara yang lewat. “Tidak akan. Berusahalah sendiri untuk membebaskannya. Kau bodoh karena mau menyembuhkannya padahal kau tahu Elena bisa mengganggu pernikahanmu.”
“Elena tidak akan mengganggu siapa pun. Elang menganggap Elena masa lalu dan dia tidak akan meninggalkanku karena dia mencintaiku!”
Helga tertegun sejenak namun senyum mengejeknya muncul. Sembari berjalan pelan ia berkata. “Cinta? Dulu ayahmu juga berkata begitu tapi setelah mendapatkan segalanya ia meninggalkanku. Elang pun sama, semua lelaki sama.”
“Elang menikahiku sedang ayahku tidak pernah menikah denganmu. Kau saja yang bodoh mau dimanfaatkan dan mau menyerahkan segalanya padahal status kalian tidak jelas.”
Kata-kata itu sungguh menyakitkan apalagi di katakan oleh putri yang merupakan bagian dari pria bejat yang dulu meninggalkan Helga. Helga sampai mengeraskan rahang, dan mengepalkan tangan. Menahan untuk tidak meledakkan ruangan. “Yah tidak semua lelaki. Issac menikahiku tapi demi kekuatanku. Dia juga memanfaatkanku, tapi dia memberiku kemewahan dan kehormatan. Sama seperti yang kau dapatkan sekarang.”
“Tidak. Elang memberiku cinta dan segalanya yang menjadi hakku sebagai istrinya. Elang tak butuh ku lindungi dan masalah Elena aku mau menyembuhkannya secara suka rela.”
“Hah?” Helga tertawa nyaring seolah omongan kemuning adalah nbanyolan yang paling lucu. “kau sangat yakin sekali tapi memang wanita seusiamu sangat percaya diri dengan perasaannya. Lakukan apa yang mau kau lakukan. Sembuhkan Elena maka kau akan melihat hasilnya.” Helga melihat putrinya lekat-lekat. Kali ini bukan pandangan meremehkan tapi pandangan teduh seolah mereka benar-benar ibu dan anak yang akur. “ Jika suatu hari kau terluka dan hatimu sakit sekali. Datanglah ke sini. Aku tahu cara mengobatinya.”
“Jangan bermimpi aku akan mengikuti jejakmu. Sampai mati pun aku tidak mau mempelajari ilmu hitam.”
“Bahkan mati lebih baik dari patah hati!”
“Ku peringatkan kau! Jangan sekali-sekali menyakiti anggota keluargaku. Aku akan melindungi mereka mati-matian!Aku yang akan membangunkan Elena kembali.”
“Coba saja kalau kau bisa,” tantang Helga santai.
Kemuning memberi Helga ucapan selamat tinggal yang tak akan pernah Helga lupakan. Lampu kristal di atas kepala Helga tiba-tiba jatuh namun jangan sebut nama Helga jika tak bisa mencegah musibah. Lampu kristal itu berhenti sebelum menyentuhnya. Helga sendiri yang melemparkan lampu itu ke dinding hingga pecah.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
“Apa di kota ini ada Hutan?” tanya Kemuning pada sang suami sebelum mereka tidur.
“Hutan?”
“Iya seperti Hutan ganpati. Ada tidak?”
Elang terdiam sejenak, berpikir untuk menemukan jawaban. “Tidak tapi ada hutan buatan yang lumayan terawat. Apa kau merindukan hutanmu?”
“Sangat tapi bukan karena itu aku mau menemukannya.”
Kening Elang berkerut tapi ia mengindahkan apa yang istrinya bahas. “Kita bisa mengunjungi bibimu kalau kau mau.”
Kemuning menjawab dengan menggelengkan kepala lalu ia menaruh kepalanya di pelukan sang suami. “nanti saja, aku masih berusaha mengobati Elena.”
“Jangan terlalu keras. Jangan terlalu menforsir tenagamu untuk menyembuhkan Elena. Kadang usaha kita tak selalu berhasil.”
“Tinggal sedikit lagi aku bisa menyembuhkan Elena. Sayang kalau tidak dilanjutkan.”
Elang merasa getir. Bagaimana ia dapat menipu wanita sebaik ini yang memberinya segalanya, tubuh dan hatinya. Ia semakin mengeratkan pelukan seakan takut kehilangan. “Bagaimana kalau besok kita ke tempat Elena sama-sama.”
“Boleh. Tapi aku pergi ke kantor setelah mengunjungi suatu tempat.”
“Terserah padamu tapi kali ini aku tidak akan membiarkanmu kehabisan tenaga sendirian.”
Kemuning tersenyum puas lantas ia melihat ke bawah. Dibawanya tangan elang untuk turun ke perutnya. Baru praduganya kalau kemungkinan dirinya hamil. Siklus bulannannya belum datang. Kemuning tak mau memberi tahu pada sang suami sebelum memastikannya sendiri ke dokter.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Tara mengigau dalam tidurnya. Ia bermimpi mimpi yang sangat buruk. Tara memimpikan Kemuning yang lari karena dikejar mahluk seperti naga . Tara ingin menolong tapi tak bisa. Kemuning semakin masuk ke dalam hutan. Kemuning tiba-tiba jatuh ke jurang yang dibawahnya terdapat tanaman yang bergerigi, yang melahapnya utuh-utuh.
“Kemuning!” teriak Tara yang mampu membangunkan Esa yang tidur di lantai.
“Kenapa Ibu?”
“Ibu mimpi buruk.” Esa buru-buru mengambil segelas air untuk ibunya minum.
“Ibu memang bermimpi tentang apa?”
“Ibu bermimpi tentang Kemuning. Ia jatuh,” jawab Tara terbata.
“Itu Cuma mimpi. Sebaiknya kita kembali tidur.”
Mimpi Tara bukan isapan jempol namun suatu petunjuk tentang nasib keponakannya itu. “Ibu ingin mengunjungi Kemuning.”
Esa merotasi bola matanya dengan malas. Kemarin ia disuruh menemui Kemuning tapi malah akhirnya Esa dilarang, Cuma disuruh mengantarkan paket untuk sepupunya itu.
“Ibu mengatakan begitu tapi akhirnya tidak jadi karena ibu tak bisa meninggalkan hutan.”
“Hutan bisa dititipkan sementara pada Layon. Aku sangat khawatir pada Kemuning, aku merasakan firasat yang tak enak.”
Esa senang kalau benar mereka akan mengunjungi kota.
“Baiklah, tapi kita berangkat dua hari lagi setelah Ibu berbicara pada Layon.”
Tara mengangguk. Ia sedikit merasa tenang sekarang untuk kembali tidur. Pikirannya menerawang jauh. Kemuning sedang diintai oleh bahaya namun dari siapa? Helga mungkin memang jahat tapi keponakannya tentu dapat mengatasinya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Semesta memanggilnya, begitulah yang Kemuning tangkap ketika datang ke hutan buatan di pinggir kota. Hutan ini tak ada sepersepuluh dari hutan ganpati namun energinya cukup besar. Binatang dan pohonnya cukup banyak. Seluruh penjaganya ia biarkan menunggu di luar hanya asistennya yng ikut itu pun selalu memandang kemuning dengan tatapan curiga. Asistennya mungkin menganggapnya dukun tapi Kemuning berusaha acuh.
“Kau harusnya tadi tidak kut aku. Mukamu menunjukkan ekspresi ketakutan.”
“Bagaimana aku bisa meninggalkan nyonya untuk masuk hutan sendirian.”
“Dulu rumahku di hutan jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Tunggulah di sini.” Perintahnya pada Mira yang sudah menengok kanan kiri. “Aku akan duduk di sana.” Tunjuknya pada tempat di bawah pohon yang paling besar.
Kemuning segera duduk sedang Mira berdiri sekaku batu. Ia takut apalagi ketika Nyonyanya mulai memejamkan mata dan menengadahkan kepala ke atas seolah menerima pemberian udara. Mira heran dan dalam kepalanya bertanya-tanya siapa sebenarnya nyonya yang telah dinikahi ketua Montana ini. Penyihirkah atau seorang petapa? Kegiatan nyonyanya di rumah sakit cukup aneh juga. Mira segera menutup jidat takut-takut pikirannya dibaca dan nyonyanya bisa murka.
🌷☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top