Bab 12
Derrick cemas sendiri, Elang kalau emosi itu menakutkan. Tak bisa di larang, atau di cegah. Elang nekat tapi tidak dengan cara saya seperti ini. "Apa kau mau ke sarang Zeldan dengan menodongkan senjata."
tanya Derrick khawatir
"Mengapa tidak?" Elang mengambil beberapa peluru lalu mengisi pistolnya penuh.
Derrick dengan sigap menyingkirkan pistol Elang. "Kau boleh emosi tapi tetaplah waras. Simpanlah peluru itu di belakang pinggang. Tak perlu menggunakan senjata untuk membuka mulut seseorang." Elang menurut, ia menyimpan senjatanya. Tapi senjata ini ia akan bawa untuk berjaga-jaga.
Mobil yang dibawa mereka kini telah masuk ke sebuah bangunan besar yang didominasi warna hitam dan di hiasi patung banteng di halamannya. "Boleh kami masuk?"
Derrick meminta ijin ke salah satu penjaga.
"Kalian siapa?"
"Laporkan saja kalau kami Elang dan Derrick dari klan Montana datang."
"Sebentar, aku telepon dulu Tuan Issac." Elang kalauu di kuasai emosi pastilah jadi tak sabaran. Ia mengetuk-ngetuk jemarinya di atas dashboard mobil.
"Hentikan itu," Teriak Derrick agak menggeram marah. "Tenanglah."
"Mereka membawa Kemuning, aku tak bisa tenang. Kemuning tak boleh celaka lagi, dia sudah kehilangan keluarganya gara-gara aku. Aku tak bisa membiarkannya kehilangan nyawa juga," Ucapnya sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan.
"Jadi ini karena balas budi?." Derrick yakin bukan karena hal itu saja namun ketika Elang sudah mau menjawab, seseorang yang menjaga gerbang tadi mengetuk kaca mobil mereka.
"Kalian boleh masuk."
"Thanks" Derrick memutar setir dan menekan pedal gas. "Di dalam diamlah, biar aku yang bicara dan jangan membuat masalah." Ucap Derrick kepada Elang sebelum mereka masuk ke dalam bangunan tempat sarang Issac Zeldan.
Bangunan itu berlantai 3, dan tentunya ruangan Issac berada di lantai paling atas. Elang berjalan dengan raut muka muram, tak ada senyuman ataupun sekedar pandangan wajar. Beberapa anak buah hanya diam, walau tak sedikit juga yang menunduk hormat.
Di depan ruangan Issac, mereka di sambut asisten Issac yang menawan. "Mari, saya antarkan masuk." Hanya Derrick yang mengumbar senyum sedang Elang tetap memasang wajah dingin.
"Ada apa kau sampai kemari? Masuk ke kandang musuh tanpa anak buah, ceroboh sekali." Sambutan Issac ketika dua musuhnya datang.
"Kami datang kemari ingin membicarakan sesuatu."
"Jangan berbelit-belit Derrick." Larang Elang, ia jadi tak sabaran melihat raut wajah Issac yang congkak.
"Kami kemari karena ingin mencari Alfonso!! Dia telah menculik salah satu anggota keluarga kami!!." Ucapnya tajam di sertai sebuah bentakan kasar. Issac yang semula duduk jadi berdiri.
"Bicara apa kamu!!." Hardiknya kasar. "Jangan mencari alasan untuk menyalahkanku atau menjadikan aku tersangka?." Elang yang tak punya rasa sabar mengacungkan senjata api tepat di depan Issac.
"Dimana Alfonso, dimana dia menyandera Kemuning?" Tanyanya tak sabar.
"Kau menantangku?" Giliran Issac yang mengacungkan senjata. Mereka sama-sama tak mau mengalah, dua ketua klan siap bertarung satu lawan satu.
"Turunkan senjatamu!!." Perintah Derrick pada Elang. Namun kawannya itu malah menatap Issac dengan pandangan bengis dan tanpa ampun. "Issac tak berbohong, dia tak tahu dimana Kemuning berada." Mendengar ucapan Derrick Elang mendelik tak percaya. Ia tak akan mampu di bodohi dengan semudah itu.
"Dimana Kemuning?" Teriaknya marah.
"Sialan, aku tak tahu siapa itu Kemuning dan dimana dia!!" Issac tak kalah murka, ia mulai menarik pelatuknya untuk memberi peringatan pada Elang.
"Dia tak berbohong, turunkan senjatamu." Elang menimbang-nimbang, selama ini Derrick sangat cerdas. Ia bisa membaca situasi dan bahas tubuh lawan bicaranya. Derrick selama ini tak pernah salah menganalisis bahasa tubuh seseorang. Elang mengalah terlebih dulu dengan menurunkan senjatanya. Issac memang masih waspada namun ia tetap rasional, tak akan pernah membiarkan Elang mati di sini.
"Maaf, Tuan Isaac. Anda pasti tahu dimana Alfonso?" Kali ini Derrick yang bicara dengan suara lembut dan mimik wajah setenang mungkin. "Anak buah anda telah menculik anggota keluarga kami."
Issac tahu jika Alfonso penjilat yang handal namun untuk apa anak buahnya itu menculik salah satu anggota keluarga Elang? Ia tak memerintahkan anak buahnya untuk berlaku seperti itu. "Alfonso ada di dermaga, mengawasi pengiriman barang."
Tanpa pamit Elang langsung berbalik pergi, hanya Derrick yang menundukkan punggung kemudian pamit mewakili pemimpinnya.
🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
"Kemuning berjalan turun melalui undakan pendek. Rumah yang di tempati Esa dengan ibunya begitu kecil dan sederhana tapi banyak bunga dan tanaman obat yang di tanam di sini. Kemuning tak bosan memandangi berbagai macam tanaman di dalam pot walau letaknya agak berserakan dan ada pula yang bertumpuk.
Kemuning duduk melihat tanaman anggrek yang mati. "Kasihan tanaman sebagus ini layu!!".
Dia menyentuh kelopak bunga anggrek bulan itu, lalu menyalurkan kekuatannya agar bunga itu kembali hidup. Dalam hitungan detik bunga yang tadinya menunduk kini kembali tegak.
Prankk
Suara besi jatuh menggema di belakang Kemuning. Tara menjatuhkan ember besi ketika melihat gadis itu menggunakan sihir.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa menghidupkan tanaman yang hampir mati?". Kemuning berdiri dengan tergesa-gesa mendekati wanita yang telah menolongnya itu.
"Jangan mendekat, apa ucapan Esa benar bahwa kau penyihir. Bisa menyembuhkan luka?". Di katai penyihir hati Kemuning tertohok sakit. Ia pernah menerima sebuah sebutan yang lebih menyakitkan dari itu.
"Maaf madam, aku bukan penyihir. Aku punya kemampuan menyembuhkan luka tapi aku tak bisa melukai orang atau mengirim teluh". Jelasnya singkat, agar Tara tak salah paham.
"Aku tak akan percaya!! Mungkin saja kau bisa membunuh orang atau menghidupkan orang mati!!". Ucap Tara sambil waspada
"Aku tak bisa melakukan hal yang kau tudugkan. Percayalah!!". Di lihat sekilas memang perempuan kelihatannya lembut dan baik tapi mana kita tahu niatnya apa.
"Lalu siapa kau, asal usulmu dari mana? Kenapa kau punya kemampuan itu?". Kemuning menarik nafas sejenak kemudian duduk di dipan bambu.
"Aku Kemuning atau lebih tepatnya Padma Kemuning. Aku seorang padma penjaga hutan ganpati". Tara terkejut, kepalanya menggeleng tak percaya. Ia ingat hutan ganpati, hutan larangan yang amat di keramatkan. "Aku punya kemampuan menyembuhkan luka, menumbuhkan tanaman, berbicara dengan hewan tapi aku tak melukai siapapun!!".
Kemuning terlonjak kaget saat tiba-tiba Tara memeluknya dengan sangat erat. "Aku harusnya tahu itu kamu,,, harusnya aku sadar ketika melihatmu pertama kali!!".
Kemuning bingung, kenapa Tara memeluknya sambil menangis.
"Kau Padma Kemuning, anak yang di lahirkan Kenanga kakak perempuanku!!".
"Jadi macam adalah bibikku?".
"Iya aku anak kedua nenekmu, anak perempuan tak tahu diri yang kabur ke dunia luar demi bersama laki-laki yang ia cintai!!". Pelukan Tara mengendur, ia menangkup wajah Kemuning melihatnya baik-baik. "Kau begitu mirip dengan ibumu, kau begitu cantik tapi matamu itu sangat mirip dengan milik ayahmu!!".
"Maaf, tapi aku anak perempuan dari Darma". Tara tahu tak mungkin ibunya mau bercerita tang sesungguhnya. Bila gadis ini tahu kalau ibu kandungnya meninggalkan Kemuning saat bayi merah. Bisa di pastikan hatinya akan hancur.
"Kau, anak perempuan dari Kenanga dan aku bibimu Kemala". Ucap Tara mencoba meyakinkan.
"Kata nenekku, aku anak dari putranya dan ibuku meninggal ketika melahirkanku!!". Jelas semua bohong, Tara yakin bahwa Kemuning ini adalah anak Kenanga.
"Ibu berbohong, maksudku nenekmu berbohong".
"Tapi kenapa?".
"Karena ibumu masih hidup dan dia meninggalkanmu saat baru terlahir !".
"Itu tidak mungkin, seorang ibu tak mungkin melakukan itu pada buah hatinya". Itu mungkin karena Kenanga bukan ibu tapi dia iblis.
"Aku tak tahu apa alasannya, tapi sepertinya nenekmu berbohong tentang asal-usulmu". Kenanga tahu namun enggan membuka suara, ibunya cukup punya alasan kuat. "Bagaimana kabar beliau?".
"Dia meninggal karena tertembak. Di tembak oleh orang yang hampir menculikku kemarin". Kenanga tentu terkejut sampai membekap mulut. Ia belum memohon ampun pada sang ibu, dosanya terlalu banyak. Ia telah melahirkan anak durhaka macam Kenanga dan Kemala.
Kenanga terduduk lemas, maaf dan pengampunan dari ibunya tak bisa mungkin ia dapat.
"Bibi pasti sedih juga karena kehilangan nenek. Aku kesepian satu-satunya keluargaku telah tiada".
Kemala langsung menghapus air mata yang mulai mengalir. "Kau masih punya aku, aku keluargamu". Kemuning memeluk tubuh bibinya dengan erat. Dia saat ini satu-satunya keluarga yang Kemuning punya. Namun suasana haru harus tercemari dengan kedatangan Esa dan kawannya.
"Kenapa kalian pelukan, aku tidak di ajak?" Pelukan mereka terlepas. Menyisakan Tara yang menatap Esa galak. Anak itu semenjak kapan jam segini sudah pulang.
"Kenapa kamu pulang?"
"Karena lapar, aku belum makan ibu, " Esa pandai kalau sudah beralasan. Dia sengaja kembali hanya untuk memandang kecantikan Kemuning. "Ibu masak apa?"
"Umurmu berapa, bertanya ibu masak apa?" Esa hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Makanlah, ajak temanmu sekalian." Esa tersenyum mengiyakan permintaan ibunya kemudian mengedipkan satu matanya ke arah Kemuning yang manis.
🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳🌳
Elang harusnya tahu kalau dia tak akan mendapati keberadaan Alfonso do dermaga. Sudah jelas Issac melindungi tangan kanannya, penculikan Kemuning juga pasti atas suruhan Issac. "Sial... sial...." Elang memukul setir mobil dengan emosi keberadaan Kemuning tak menemui titik terang, malah buntu. "Harusnya aku tembak saja kepala Issac."
"Issac berkata jujur, kau ingat orang dermaga tadi bilang. Alfonso datang dua hari yang lalu dan kini terbaring sakit karena patah tulang." Derrick memainkan ujung dagunya yang lancip, ia nampak mencerna semua informasi yang ia dapat. "Kemungkinan Kemuning selamat dan tengah bersembunyi."
Elang teringat dulu Alfonso sempat Kemuning cekik dengan ranting pohon. Apakah luka lelaki itu ada hubungannya dengan Kemuning? Tentu saja Elang melewatkannya, Kemuning bukan gadis biasa. Dia dulu mendatangkan api lebih besar ketika neneknya meninggal. "Iya pasti dia selamat, tugas kita mencarinya di sekitar tempat penculikan terjadi. Aku yakin dia pasti baik-baik saja.
Derrick menengok cukup lama, matanya menyipit. Dia tak mengerti tadi Elang yang panik berubah tenang, ada apa sebenarnya ini. Apa yang Elang rahasiakan tentang gadis itu yang harus Alfonso selidiki. Gadis yang besar di pinggir hutan, menguasai pedalaman hutan tentu bukanlah gadis sembarangan.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top