2
Saya ada menuliskan sedikit tentang pakaian adat sunda. Bagi yang mengerti mohon koreksi ya, kalau ada salah. Karena saya dapat dari google. Sehingga saya bisa memperbaiki.
***
Aku tengah membenahi bibit rumpun mawar import bernama Boule De Parfum yang baru dipotong untuk dikirim ke pembeli. Bunga berwarna Ungu yang berukuran medium itu terlihat sangat cantik. Sejak kecil aku memang penyuka mawar. Bunga yang menjadi koleksi mami di taman belakang rumah. Aku suka pada aroma dan bentuk mereka saat mulai mekar. Saat akhirnya memutuskan untuk menjadi florist juga karena kecintaanku terhadap bunga ini.
Awalnya aku hanya senang mengkoleksi. Kemudian membeli dari beberapa situs penjual resmi. Lama kelamaan bunga itu semakin banyak. Awalnya sering dimintai bibit oleh kerabat atau teman. Namun lama-lama mereka menyarankan agar aku menjual, karena mereka tidak enak meminta terus. Maka mulailah aku menjual bibit. Promosi dari mulut kemulut membuat namaku semakin di kenal. Akhirnya aku juga menjual bunga potong untuk pelanggan dalam jumlah kecil hanya skala rumahan ketika itu.
Begitu tamat kuliah, papa memberiku pilihan. Tetap menjadi guru seperti cita-citaku sejak kecil, atau meneruskan bisnis bunga. Akhirnya pilihanku jatuh pada yang kedua. Papa kemudian membelikan sebidang tanah di Bogor. Dari sanalah aku memulai usahaku. Dari yang usaha kecil, sampai sekarang bungaku menjadi langganan beberapa pejabat termasuk istana Negara. Mereka mengenalku dari pameran yang kuikuti.
Dari sanalah aku mendapat kepuasan sekaligus uang. Bahkan pada tahun ke lima, aku bisa membeli sebidang tanah disamping kebun dengan uang sendiri. Sehingga sekarang aku merambah kepada anggrek. Bahkan aku juga mulai menyewakan berbagai jenis bunga dan tanaman untuk hotel dan pesta. Hasilnya sangat lumayan.
Sayang kesuksesanku tidak berbanding lurus dengan kehidupan percintaan. Entah kenapa aku selalu mencintai pria yang salah. Yang beda agamalah, aku diselingkuhi, kekasihku temperamental dan ada beberapa hal lain yang membuatku memutuskan hubungan.
Kadang saat malam aku bertanya pada cermin di kamar. Wajahku tidak jelek, kulitku putih. Rambutku hitam, panjang dan tebal. Aku berpendidikan S1. Hidupku tidak pernah aneh-aneh. Bahkan sampai usia seperti ini aku tidak pernah pulang ke rumah lebih dari jam sebelas malam. Bisa dibayangkan kalau ada temanku yang sedang berpesta. Maka akulah yang paling duluan pulang.
Bahkan adik laki-lakiku saja sudah mendahului untuk menikah. Bisa dibayangkan seperti apa wajahku saat ada pertemuan keluarga. Banyak yang mengira kalau aku menetapkan standard yang tinggi. Padahal mereka salah. Bahkan aku pernah menurunkan standarku dan berpacaran dengan pria seadanya. Cuma akhirnya aku merasa tersiksa. Karena memang harus mengorbankan banyak hal dalam hubungan kami terutama perasaan. Akhirnya aku menyerah.
Kini aku sudah letih. Meski dalam hati selalu gelisah. Apalagi sekarang salah seorang sahabatku akan menikah. Ayana sangat beruntung. Dia berpacaran dengan Iwan selama enam tahun. Orangtuanya tidak setuju karena kekasihnya adalah seorang model. Bahkan pernah menjadi model pakaian dalam pria. Jelas akan dicoret dari daftar calon menantu keluarga Ayana yang religius. Tapi sahabatku tak pernah menyerah. Ia tahu kalau Iwan melakukan itu untuk membiayai kuliahnya. Dan kini, pria itu sudah menjadi salah seorang bos startup di Jakarta. Dan ia bisa bahagia karena mimpinya menjadi kenyataan.
***
Aku melangkah memasuki hotel yang akan tempat pernikahan Ayana. Mereka akan menikah besok pagi. Malam ini kami akan menghabiskan malam bersama. Kulihat Ayana sudah sangat cantik di kamarnya. Terlihat jelas hasil perawatan selama berbulan –bulan. Ia memelukku erat.
"Akhirnya lo datang juga."
"Pasti dong, seragam gue nanti mau dikemanain?"
"Eh sini, yang lain udah pada datang juga. Sebentar lagi kita meeting bareng WO."
Kusapa beberapa teman yang juga menjadi Bridesmaid besok. Sambil menunggu, Ayana menggandeng tanganku memasuki kamar.
"Gue mau cerita sesuatu ke elo."
"Tentang?"
"Gue sama Mas Iwan akan ngenalin lo ke seorang cowok yang baik banget. Dan kita berdua pasti dia cocok sama elo."
Kutatap wajah Ayana serius.
"Gue capek dikenalin terus. Kemarin juga tante gue bilang mau ngenalin."
"Yang ini berbeda, pasti lo suka. Dia news anchor di sebuah stasiun televisi. Soal penghasilan gue jamin lo nggak bakal kekurangan, karena dia juga punya chanel youtube sendiri dengan follower belasan juta . dia ganteng, berpendidikan dan yang pasti jomlo.
Meski tampilan dari luar dia kelihatan sombong sih. Tapi biasalah kan harus jaga image. Selain karier yang bagus dan mapan. Orangnya juga humble bisa diajak makan ke angkringan sampai dinner dihotel bintang lima. Namanya Daud."
Aku mengerenyit kening dan akhirnya memutar bola mata. Rasanya nama itu tidak asing. Berusaha mengingat siapa yang pernah menyebut nama itu. Ah ya, seorang pelangganku bernama Mbak Lyo. Istri dari pengusaha kaya bernama Bara TedjaKusuma. Kalau tidak salah tanteku juga kemarin menyebut nama itu. Katanya putra dari pemilik toko tas langganannya. Apa sekarang Ayana berencana memperkenalkanku pada pria bernama Daud juga? Betapa banyak orang yang bernama Daud tiba-tiba muncul di depanku. Tidak mungkin orang yang namanya mereka sebutkan itu sama. Apalagi mereka tidak saling mengenal.
"Cowok yang lo sebutkan tadi terlalu sempurna buat gue. Dan gue pasti nggak akan masuk ke dalam daftar dia."
"Lo salah, kemarin Mas Iwan sudah ngomong sama dia. Katanya dia nyari perempuan rumahan, yang bisa buat jaga dan mendidik anak-anak dia nanti. Nah lo kan SPd, pasti bakalan cocok banget."
"Nggak ah, gue ogah sama tipe cowok kayak gitu. Memang sekarang gue lagi nyari, tapi bukan tipe temennya si Iwan itu juga."
"Gini deh, lo kenal aja dulu orangnya. Besok kan acara gue mulai dari pagi tuh. Dia juga sudah ambil cuti untuk pernikahan ini. Lo ngobrol dan kenalan aja dulu. Terus nilai orangnya seperti apa. Siapa tahu kalian berdua cocok."
"Gue yakin nggak akan cocok sama laki-laki yang tiap hari dandan rapi, pakai parfum dan kulit terawat. Nah gue? Lo tahu kan sepanjang hari juga ngurusin kebun?"
"Gue tahu, tapi lo kan petani elit bu. Bayangin aja, bunga lo bisa masuk ke rumah Pak Menteri sama pejabat tinggi. Dan elo tuh cantik banget. Kecantikan elo alami, nggak ke salon aja udah bersinar. Gue aja jadi perempuan sirik abis. Pokoknya gue nggak mau tahu. Habis ini kita Zoom. Dan lo bisa lihat bagaimana seorang Daud. Atau lo googling deh dari sekarang. Besok pagi lo harus sudah kenal sama dia."
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kesal. Tak lama seseorang mengingatkan kami untuk ikut meeting terakhir. Tidak ada pembahasan apa-apa selain rundown acara. Kulihat melalui layar, Iwan sangat santai baru selesai pemotretan. Sampai kemudian seseorang diantara kami berteriak.
"Ya ampun ada Daud disana?"
Aku menoleh pada Shania yang tengah menggigit bibir dan menatap wajah seorang pria yang duduk tepat disamping Iwan.
"Tuh, belum apa-apa lo sudah punya saingan buat besok. Ganteng kan yang namanya Daud itu?" bisik Ayana.
"Lumayan." Jawabku. Karena memang dia tampan. Tapi jujur wajahnya yang terlihat seperti seorang player membuatku mual.
Meski begitu aku tidak bisa menutup mata kalau pria itu memang memiliki kharisma. Tubuhnya tinggi dan berisi. Terlihat jelas karena ia hanya mengenakan kaos putih dan celana jeans biru. Tidak ada lemak sedikitpun diarea perutnya. Kutatap Shania yang masih menggigit bibir dan terlihat terpesona. Seperti inikah para perempuan diluar sana saat menatapnya?
Aku seketika bergidik dan menggelengkan kepala. Berharap ada dua Daud lain yang bukan pria dihadapanku. Semoga Daud yang dimaksid oleh Bu Lyo dan tanteku adalah pria biasa. Sehingga tidak perlu ditatap seperti cara Shania menatapnya saat ini.
***
Pagi ini seluruh kesibukan terlihat di kamar utama. Aku memutuskan untuk berdandan sendiri, karena tidak suka menunggu lama. Meski akhirnya harus meminta bantuan dari pihak MUA untuk memperbaiki alis. Aku sangat tidak ahli untuk yang satu itu. Pria yang memperbaiki make upku memuji bentuk wajah, mata dan pipiku. Juga alis tebal rapi yang katanya jarang dimiliki seorang perempuan. Aku hanya tersenyum.
Selesai semua, aku berpindah untuk menata rambut. Hanya digelung simple dan diberi bunga. Kali ini bunga-bunga jenis anggrek, Lily, mawar dan baby breath yang sudah disemprot agar terlihat tetap segar siap untuk digunakan. Aku sendiri memilih menggunakan mawar dengan campuran baby breath saja.
Kami semua mengenakan kebaya seragam dengan model kutu baru berwarna baby pink. Agar terlihat bernuansa 70an sesuai tema acara, dilengkapi dengan selendang batik yang dilipat kecil disampirkan dibahu. Kemarin aku mendapatkan pinjaman bros berlian koleksi mama sebagiai penahan selendang. Cukuplah untuk tampilan pagi ini. Dibagian bawah aku mengenakan kain batik yang dililit seperti biasa digunakan perempuan jawa pada jamannya. Aku bisa berjalan dengan luwes tanpa kesulitan. Karena memang sudah biasa mengenakan saat ada acara keluarga. Papaku memang asli Solo yang menerapkan aturan ketat pada ketiga anak perempuannya, untuk tetap mencintai budaya Jawa. Sehingga kami biasa mengenakan jarik disetiap acara keluarga. Sebagai alas kaki kami mengenakan selop khas garut yang dipesan khusus.
Pukul delapan tepat, kami mengiringi Ayana yang sudah sangat cantik dengan balutan kebaya pengantin sunda. Menuju ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan akad nikah. Terlihat wajah-wajah bahagia penuh haru disekitarku.
Bersama ketujuh teman lainnya kami akhirnya bertemu dengan rombongan pengantin pria. Shania yang berjalan didepanku tampak sumringah dan tersenyum lebar. Hampir saja aku menahan tangannya agar tidak melompat berlebihan.
"Daud ganteng banget." Bisiknya saat menoleh ke belakang.
Dengan segera aku menatap kearah pandangannya. Disana sekelompok pria dengan baju bedahan dan kain kebat. Dihiasi arloji berantai emas yang dimasukan ke bagian saku sebagai asesoris. Kepala mereka dihiasi blangkon khas sunda. Mereka juga berjalan beriringan sampai kemudian tepat berada disamping kami. Entah sengaja atau tidak, aku berpasangan dengan Daud. Memang benar, ia sangat tampan dan melangkah dengan penuh percaya diri.
Kuberikan senyum pada pria itu, kulirik Shania sekilas. Wajahnya seketika cemberut saat melihat pria yang tengah diincarnya berjalan disisiku. Dalam hati aku tertawa, tapi nanti aku akan meminta maaf karena sudah mematahkan harapannya. Kami semua duduk dikursi yang telah disediakan. Terdengar suara degung sunda yang dinyanyikan dengan halus. Kutatap Ayana yang terlihat menghapus airmatanya berkali-kali. Aku ikut menitikkan airmata saat melihat sahabatku duduk dikursi pelaminan didepan sana. Perjalanan panjang mereka akan dimulai sejak hari ini. Tiba-tiba seseorang disebelahku memberikan sebuah saputangan sambil sedikit berbisik.
"Hapus airmata kamu. Sayang kalau eye linernya nanti luntur."
***
Happy reading
Maaf untuk typo
221020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top