-4-

Hari ke 9
.
.
Butuh waktu 4 hari untukku menemukan alamat ini. Berharap agar sesegera mungkin menemukan bantuan. Sekarang disinilah aku berdiri. Didepan sebuah pintu utama dari rumah seorang peramal terkenal di kota ini, namanya Fukoku. Laki-laki berusia sekitar 34 tahun berwajah tampan dan berwibawa. Fukoku menjadi peramal sejak usianya masih remaja, dia bilang dirinya indigo. Bisa melihat yang tidak bisa dilihat oleh manusia kebanyakan. Sejak saat itu banyak orang beranggapan dia bisa meramal dan mendatangkan keberuntungan. Orang-orang yang datang kesini bukan hanya berasal dari dalam kota tapi hampir dari seluruh penjuru negeri. Mereka menyiarkan kabar tentang kesaktian Fukoku dari mulut ke mulut. Anehnya, setiap yang diramalkan oleh Fukoku hampir 80% tepat. Aku pikir itu pasti karena sugesti bukan karena kesakitan yang dimiliknya. Namun, untuk kali ini aku harus percaya bahwa Fuko memiliki kesaktian seperti yang semua orang katakan dan aku yakin karena kesakitannya itu dia mampu berinteraksi denganku.
Aku menunggu seseorang membukakan pintu ini untukku, aku tidak bisa memegang benda apapun sekarang, dalam wujud seperti ini apapun yang ku pegang berubah menjadi seperti kabut. Hanya seperti memegang angin. Setelah menunggu berjam-jam akhirnya Fuko sendiri yang membuka pintu itu dan dia keluar dari dalam rumahnya. Lelaki itu memakai pakaian serba hitam, jujur dia tampan sekali. Aku mungkin lebih muda 19 tahun dari dia, tapi aku yakin aku menyukai gayanya.
"Fuko!" Aku memanggil namanya "Fuko, kau bisa melihatku? Atau mendengar ku?"
Fuko menoleh ke kiri dan ke kanan seolah mendengar sesuatu
Jantungku berdetak kencang. Aku harap dia bisa merasakan kehadiranku ini.
"Aku disampingmu Fuko, lihat aku!"
Fuko hanya diam seperti orang bingung
"Aku merasakan sesuatu, tapi aku tidak bisa mendefinisikan apa itu," Fuko bermonolog
"Aku manusia Fuko, seharusnya kau bisa melihatku," ujarku jengkel. Kenapa? Kenapa Fuko bahkan tidak bisa mendengar suaraku?
"Sebaiknya aku segera pergi," Fuko kemudian melangkah kan kakinya
"Tunggu!"

Grep!

Aku menangkap tangan Fuko. Aku memegang erat pergelangan tangannya.

"Fuko... Jangan pergi.. tolong.. tolong rasakan keberadaan ku, tolonglah..."

Fuko memandangi pergelangan tangannya lama sekali. Dia dalam posisi diam sekarang.

"Aku merasakan kau ada di dekatku. Katakan siapa namamu," Fuko berbicara masih sambil memandangi pergelangan tangan kanan nya itu

Aku membeku. Jantungku seolah berhenti berdetak. Akhirnya... Fuko mendengar ku... Dan aku baru menyadari bahwa tangan Fuko adalah sesuatu yang pertama kali bisa ku pegang sejak aku menghilang seperti buih dilautan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top