Pertemuan pertama
"Ini, kalian sebenernya ngapain sih, gak jelas benget ..., kumpul sama temen harus di nikmati, ngerti kata di nikmati ngak!"
Omel sosok itu tak di gubris oleh empat orang lainnya, seolah dia orang asing diantara lainnya.
Sinta melihat sosok mirip dengan manusia pada umumnya, tapi dia yang sudah mengenal berbagai jenis hantu serta setan kayak Anggun, Sinta tahu kalau remaja laki laki tengah mengomel itu bukan manusia, hanya lewat kulit pucat mayatnya, sampai pembuluh darah si hantu itu tercetak di tangan dengan mata sedikit ke hitaman mirip orang kebanyakan begadang, begitulah sosok hantu itu.
"Sin, kamu naksir ya sama salah satu mereka?" ucapan Karin mengagetkan Sinta, memalingkan wajah dari grup cowok plus hantu.
"Eh, ngak kok. Aku gak demen sama mereka, cuman pengen liat mereka seru gitu lagi main apa sebenernya, apa klub ML?"
bibir Karin hanya membentuk huruf o beberapa detik, "kirain kamu suka sama salah satu mereka, kalau bener suka mending jangan deh, suka sama anak yang hobinya main mulu begitu. Gak ada masa depan,"
"Loh, kalau suka main game sekarang bisa jadi pro player kan?"
Banyak kasus di jaman lebih moderen seperti sekarang, pemain game bisa di bayar puluhan juta dan kalau menang bisa milyaran, itu kalau menang masih di bagi sama grup kalau dia gak solo karir.
"Mereka bukan nge-game buat cari duit, tapi lagi main game kayak bongkar pasang. Yang cewek di gantiin baju terus ada fitur kencang, katanya waifu? hasbundu apalah itu, di lidahku ngak nyantol,"
"Oh, jadi mereka lagi main begitu?" Sinta cuman nyengir, tapi memang bukan kumpulan anak lalaki di meja sebrang sebagai objek penglihatannya tapi sosok hanti yang di sana.
"Ya udha, habisin makannya kalau perlu nambah."
"Gandut dong,"
"Mending gendut dari pada bawa dosa, di sini makannya banyak terus enak semua, kalau di sini gak buru mesen banyak, keduluan." wejang Karin melahap satu porsi bakso dan satu porsi soto, tangan kiri dan kanannya masing masing membawa sendok dan bergantian memasukan makanan itu kemulutnya.
'Kupikir makannya dikit, ternyata makannya kek kuli,' melihat bentuk tubuh Karin dari ujung ke ujung, 'tapi ini body nya kenapa bagus banget, mana ada dia kelihatan kalau tukang makan, ngak mau percaya tapi kenyataannya begini, ya tuhan. Aku juga mau punya badan kek gitu,' iner Sinta kembali melihat rawon pesanannya.
Suara gojrengan gitar menganggu pendengarannya, Sinta melirik ke arah jam 3, di sana ada kumpulan anak yang asik memetik gitar.
Ho-oh, ho-oh, ho-oh-oh
Ho-oh, ho-oh, ho-oh-oh
Andai aku Letto
Wis pasti aku Wong JowoTapi kenyataan aku bukan siapa-siapa (siapa-siapa)
Ku ingin engkau mencintaiku apa adanyaKu bukan superstar kaya dan terkenal
Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal
Ku bukan bangsawan, ku bukan priayi
Ku hanyalah orang yang ingin dicintaiKata orang, ku mirip Glenn Fredly
Suara merdu, wanita jatuh hati
Namun semua itu hanya mimpi (that's right, baby)
Bagimu (wo-ho-wo-uh-hu-uh)Jadi, semua itu hanya mimpi?
Ya iyalah, masa ya iya, dong?
Duren aja dibelah bukan dibedongKu bukan superstar kaya dan terkenal
Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal
Ku bukan bangsawan, ku bukan priayi
Ku hanyalah orang yang ingin dicintai
Sinta merasa risih, tentu. Lagu jadul yang pernah hist tahun 2000an, malah di nyanyikan keras, konsentrasinya unuk makan jadi buyar.
"Kalau mau nyanyi, bisa di kecilin ngak suaranya, lagu itu udah jadul banget!" pinta Sinta, baru menoleh ke tempat anak tadi, mulutnya bungkam.
Suara tadi bukan milik kumpulan anak yang asik main gitar tapi sosok hantu yang sempat ngintilik anak yang main hape.
'Glup'
Si hantu cowok itu menunjuk dirinya, "kamu bisa denger aku?"
Sinta melanjutkan makannya gak memperdulikan si sosok hantu, seolah dia tadi hanya ngelindur mendadak teriak seperti itu. Suara yang asing dengan hawa dingin di seklilingnya mendadak menyerang bulukuduk Sinta.
Suara asing itu mendekat, kini Sinta dapat merasakan hawa kematian di sebarkan oleh sosok hantu itu, "Kamu bisa lihat aku, aku bener 'kan?"
"Sin, kamu baik baik aja?"
"Eungh, iya. Kayaknya aku kebanyakan abil sambel deh, jadi mules sekarang." Sinta nyengir ke Karin, sosok hantu itu malah muncul mendadak di depan wajahnya.
Dia mengedipkan mata, terkejut. "Duh, mataku kelilipan." Sinta beralibi, tentu mana bisa dia menunjukan tanda tanda 'ketidak normalannya' bisa lihat hanti cowok yang tengah melihati dirinya bak anak ayam, terus berucap menganggu Sinta.
"Kar, aku ke kamar mandi dulu ya." pamit Sinta melengang pergi, 'Semoga tuh setan ngak ikut ikutan aku, betulan bisa sstres aku. harusnya aku tadi diem aja, masa bodoh mau ada yang konser sekali pun,' sesal Sinta.
"Beneran gak liat aku!" teriak si hantu masih mengekur dari jarak dua meter di belakang Sinta. "aku nyanyi lagi nih, " ancam si hantu tetap di abaikan oleh sinta yang terus berjalan pergi.
"Ho-oh, ho-oh, ho-oh-ohSeksi badannya Mulan Jameela
Cantiknya dia seperti aku
Giring "Nidji", sahabat aku
Dekat denganku, dialah akuTapi kenyataan aku bukan siapa-siapa
Ku ingin engkau mencintaiku apa adanyaKu bukan superstar kaya dan terkenal
Ku bukan saudagar yang punya banyak kapal
Ku bukan bangsawan, ku bukan priayi
Ku hanyalah orang yang ingin dicintaiHo-oh, ho-oh, ho-oh-oh
Ku hanyalah orang yang ingin dicintai!"
Si hantu tetap jejeritan menyanyikan melodi dengan nada orang marah, makin pening Sinta mendengar bait lagi yang jadi wadah marah marah. 'Bisa yuk, bisa abaikan. Gak perlu kamu tangapin,' batin Sinta tersus mengucap bagai mantra.
Satu belokan lagi, akhirnya Sinta bisa yang namanya melihat pintu toilet dan masuk ke dalam sana, tak berniat pipis memang, Sinta hanya berdiam diri di salah satu bilik.
'Tak, klotak, tak, klotak... .'
Suara langkah sepatu mengetuk lantai sesekali seperti sengaja menendang kukusan benda padat hingga menghasilkan bunyi.
Dari dudukan keloset, Sinta bisa melihat kaki cowok tadi berjalan mondar mandir, menunggunya keluar dari sana. 'Kenapa kakinya nampak lantai ya?' pikir Sinta heran.
Selama ini dia mengenal banyak jenis hantu (ini hasil dari mengorservasi dari Anggi) Hantu harusnya terpisah dari bumi, artinya raga dan tubuh sudah gak bisa menyatu, maka dari itu kalau lihat hantu selalu melayang gak pernah nampak lantai kayak Anggi yang mati gegara antimo.
'Apa ini Jin, ya?'
"Ih, kok lama..., ngapain sih?"
Sinta menutup mulutnya, melihat tangan puca merabah dari bawah celah pintu, berlahan mencari sepasang kaki Sinta, dingin. Kulitnya merasakan sentuhan langsung dengan si hantu cowok.
"Oh, Lagi BAB... pantes lama," monolognya, tangan pucat tadi akhrinya kembali menghilang. Suara ketukan sepatu di dinding terdengar, sepertinya si hantu menghilangkan rasa bosannya.
"Mungkin dia mencret ya, makannya lama. Terus berak-nya batu T-rex makannya lama banget."
'Ngapain setan ngerivew bentuk tai-ku! gak sopan banget sih, jir.'
"Kamu gak mau aku denger aku nyanyi, aku pinter nyanyi loh. APa kamu cuman bisa denger suaraku yang merdu ini?" Kata si hantu dari luar pintu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top